21. Penyesalan Datangnya di Akhir

356 18 8
                                    

"Dia Alesha," jelas Nata. Cowok itu lalu menyeruput minuman pesanannya yang baru saja di bawakan oleh seorang waitress.

Sejak kepergian Alesha dan Reno. Adsilla tetap saja menanyai perihal siapa perempuan yang minggu kemarin dan barusan tadi ia temui, mampu selalu membuat Nata berlari menghampirinya dan meninggalkan Adsilla di belakang.

Alis Adsilla terangkat sebelah, tanda ia sedikit berpikir. "Kaya kenal sama namanya."

"Iya, Alesha, yang suka gue omongin dulu. Caca."

Bibir Adsilla berbentuk 'O'. Lalu ia teringat sesuatu. "Oh iya, tadi pagi ada yang ngelike foto aku, nama akunnya ada Alesha-Aleshanya gitu."

"AleshaArPutri andeskor?" tanya Nata memastikan.

"Iya, iya, itu nama akunnya." jawab Adsilla pasti. "Aku 'kan lagi on ig ya, terus ada pemberitahuan kalau dia ngelike foto aku, tapi anehnya itu foto lama. Terus pas aku refresh namanya ilang, kayaknya sama dia di unlike deh." Adsilla bercerita.

Senyum tipis terbit di bibir Nata. "Dia ngestalk?"

Adsilla mengangkat bahunya. "Kayanya."

Melihat Nata yang mesem-mesem sendiri, alis Adsilla mengkerut. "Kamu kenapa?"

"Ha?" Nata balik bertanya bingung.

"Itu, kamu kenapa senyam-senyum sendiri?"

Tak menghiraukan pertanyaan Adsilla barusan, senyum Nata kembali terbit. Lebih tepatnya cowok itu tengah menahan senyumnya.

Di kepalanya, terbayang wajah Alesha yang tengah cemberut lucu.

"Dia cemburu?" tanya Nata pelan.

"Siapa?"

"Ha? Siapa apanya?"

Adsilla jengkel dengan tingkah laku Nata yang mendadak aneh. "Kamu kenapa sih, Nat?"

****

Wajah Alesha masih terus terbayang di pikiran Nata, bahkan saat ia menepikan mobilnya di depan gerbang rumah megah yang kini menjadi tumpangan Adsilla selama liburan di Indonesia.

Sampai Adsilla membuyarkannya dengan satu pertanyaan. "Kamu mau sampai kapan kaya gini? Sampai kapan kamu mau musuhin Papa kamu sendiri, Nat?"

Wajah Nata yang tadi mesem-mesem, mendadak berubah masam. "Sampai Papa juga bisa buat Caca berhenti musuhin masa lalunya."

"Selama aku disini, ngga pernah satu hari pun aku liat dia tanpa nangis dengan foto kamu di genggamannya," tutur Adsilla mencoba membuka hati Nata untuk Daniel. "Kasian Papa kamu, Nat."

"Udah sore, Sil," intrupsi Nata menghentikan pembicaraan yang sangat ia hindari.

Adsilla menghembuskan nafas pelan. "Penyesalan biasanya datang di akhir, Nat." ucapnya sebelum keluar dari mobil Nata. Dan kemudian langsung masuk ke rumah tersebut, tanpa menoleh pada Nata lagi.

Jujur. Ucapan Adsilla tadi cukup memohoknya, buktinya butuh waktu cukup lama untuk mengumpulkan kesadarannya, dan kembali melajukan mobilnya.

****

Walaupun tidak bisa di pungkiri kalau setiap harinya waktu pagi sampai sore Nata di habiskan bersama Adsilla, tapi cowok itu selalu mampir ke rumah Alesha, untuk menghabiskan senja hingga berjumpa gelap di sana. Tidak lupa ia membawakan bingkisan cokelat dari toko kesukaan Alesha.

Cokelat-cokelat itu memang selalu habis setiap harinya oleh Alesha, tapi tetap saja perempuan itu enggan memaafkan Nata, atau barang sedikit saja menyapa dan menemuinya di ruang tengah.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang