4. Pulang

745 97 23
                                    

"Cieee yang abis modusin Alesha."

"Bisa aja lo nyari cewe yang bening gitu"

"Sok sokan senyam-senyum modus embe lagi."

"Pake malu-malu anjing segala."

Seruan-seruan dari pojok kelas menggema saat Nata masuk ke dalam kelasnya.

"Apaan sih berisik lo pada, malu-maluin tau ngga?" balas Nata pada teman-temannya, tepat saat ia menaruh bokongnya di bangku sebelah Raihan.

"Kaya yang punya malu aja sih lo?" ledek Raihan.

"Punyalah bego, emang si Dirga udah putus urat malunya." jawab Nata seenaknya.

"Anjirr gue lagi yang kena." Dirga mendengus kesal.

"Emang bener gitu kenyataannya. Kaya tadi di kantin, Nat. Masa dia gombalin Mbak Iyem pake suara segede toak. Ya, kita temennya yang malu lah." lapor Zaki pada Nata atas kelakuan Dirga di kantin tadi, yang menyanyikan Mbak Iyem penjaga kantin, dengan lagu Marry You-nya Bruno Mars. Membuat hampir seluruh populasi di kantin, melihat Dirga dan kedua temannya dengan tatapan mengintimidasi. Padahal Raihan dan Zaki tidak tahu apa-apa.

"Emang iya? Yahh gue ngga liat dong, ilah Bu Rini sih pake acara ngehukum gue segala. Ngga update deh gue, ngga ada videonya apa gitu?" sesal Nata penasaran ingin melihat aksi gila temannya.

"Lo pada ngomongin orang, kaya yang udah ngga ada orangnya aja." sungut Dirga kesal. "Lo mah sibuk modusin Alesha, Nat. Bukannya ngeberesin perpus ini." lanjutnya.

Lagi-lagi bibir Nata tertarik saat mengingat Alesha. Senyumnya, kekehannya, matanya, segalanya yang ada pada diri cewek itu.

"Tuhkan-tuhkan, senyam-senyum gaje macem psikopat kan?" kata Dirga, pura-pura bergidik ngeri.

Nata yang tersadar, dengan cepat mengambil pulpen Raihan yang ada di dekatnya dan di lemparkan dengan sadis pada Dirga. Membuat laki-laki itu meringis dan mengusap puncak kepalanya yang menjadi korban kejahatan Nata.

"Eh pulpen gue ngga berdosa, Nat." protes Raihan tak terima melihat pulpennya di lempar begitu saja, hanya untuk menyerang kepala Dirga yang tak seberapa menurutnya.

"Apa lagi kepala gue, Rey." balas Dirga tak mau kalah.

"Ya ilah, kepala lo mah kenapa-napa juga ngga apa-apa Ga. Tinggal beli yang baru. Pulpennya si Raihan baru perlu di perhatiin." ucap Zaki santai.

"Umm Bang Zaki kalo ngomong suka bener deh, seratus buat Abang." kata Raihan menyetujui, sambil mengacungkan kedua jempolnya tinggi-tinggi.

Dirga hanya cemberut, menggerutu kesal butuh pembelaan. Sementara yang lain, terbahak melihat raut wajah Dirga. Begitupun teman-teman sekelasnya. Dirga semakin menekuk bibirnya ke bawah.

"Sok im---" ledekan Nata untuk Dirga di interupsi oleh guru Sosiologinya, Pak Regard yang telah memasuki kelas.

Kelas X IPS 1 tidak begitu tenang. Entah karena Pak Regard yang tidak terlalu galak pada muridnya, sehingga murid-murid tidak takut padanya. Atau karena cara mengajar Pak Regard yang membosankan, sehingga muridnya lebih memilih dengan aktivitasnya masing-masing. Atau karena memang kedua-duanya?

Pak Regard sama sekali tidak menegur murid-muridnya yang membuat keributan. Seperti sekarang, ada yang sibuk mengobrol, melempar kertas, berbisik-bisik, memainkan ponsel, dan sebagainya yang menjurus ke keributan.

Sementara di pojok belakang kanan, seorang cowok tengah sibuk bergelung dengan ponsel ditangannya. Cowok itu, Nata.

"Sibuk amat sih, Nat?" tanya Raihan kepo yang mengulurkan kepalanya pada ponsel Nata. "JIAHH, DIA NGESTALK SI ALESHA." ucap Raihan kelepasan keras, membuat seisi kelas yang sedang sibuk dengan aktivitasnya, serempak menoleh ke asal suara.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang