14. Dikira Perampok

202 18 5
                                    

     Ini sudah hari ketiga, Alesha tak melihat Nata di sekolah. Semua pesan yang Alesha kirimkan padanya, tak satu pun yang terkirim. Bahkan saat di telepon nomornya juga tidak aktif.

     Apa iya, seorang Nata mendadak berevolusi menjadi sesosok cowok nerd, yang memilih untuk berdiam diri di kelasnya tanpa berniat sedikit pun keluar kelas. Dan untuk masalah Nata yang tak bisa di hubungi, mungkin ponselnya rusak sehingga mati total.

     Tapi untuk opsi pertama rasanya tak mungkin. Seberapa pun nerd orang di sekolahnya, tetap saja pasti orang itu akan keluar kelas saat jam istirahat, ataupun pulang sekolah.

     Masa bodolah apa pun alasan Nata, intinya pulang sekolah nanti Alesha akan menghampiri cowok itu ke kelasnya.

     Belum selesai Alesha memikirkan Nata yang belakangan ini tak pernah ia lihat. Kepalanya sudah di gelepak secara tiba-tiba oleh Edo.

     "Aww!"

     "Alhamduliillah lo ngerespon," ujar Edo lega. Alesha yang tadinya sudah melotot siap untuk memaki cowok itu, langsung mengernyit bingung.

     "Kita kira lo kerasukan, Al." Azka yang menjelaskan.

     Alesha yang dasarnya memang sedang malas meladeni, hanya menghembuskan nafas lelah dan meletakan kepalanya di atas tumpukan kedua tangannya. Menenggelamkan wajahnya di sana.

     "Lo kenapa sih, Al?" tanya Raka gemas.

     Jika di tanya kenapa, Alesha juga tidak tahu sebenarnya dia itu kenapa. Bawaannya badmood aja gitu. Maka dari itu, Alesha hanya menggeleng.

     "Palingan soal Nata," timpal Edo santai.

     Baru saja Alesha mengangkat kepalanya, dan bersiap untuk melayangkan satu jitakan pada Edo, seseorang memanggilnya.

     "Al."

     "Nanti balik bareng ya," lanjutnya.

     "Ngga bisa deh kayaknya, Ren. Gue mau ada urusan dulu sama Nata soalnya," balas Alesha merasa tak enak hati. "Ngga pa-pa kan ya?"

     Mendengar nama Nata di sebut, membuat hati Reno sedikit panas.

     Reno terkekeh, dipaksakan lebih tepatnya. "Selau aja kali, Al, ya kali gue marah," ujar Reno, sambil mengacak rambut Alesha seperti biasa.

     "Kantin yuk?" ajak Reno.

     "Yuk, yuk, yuk," terima Edo dengan semangat.

     "Semangat banget, Do," ucap Raka menggoda, saat mereka berlima dalam perjalanan menuju kantin.

     "Weits, iya lah, jadi bisa talking-talking gue sama Tania di kantin," Edo berseri-seri menjelaskan tujuannya bersemangat ke kantin, agar lebih leluasa mengobrol dengan Tania anak kelas sebelah yang sedang menjadi incarannya.

     Tanpa sadar Azka mendecih pelan. "Talking-talking," ulangnya. "Kaya si Tanianya mau aja sih sama lo."

     Edo mengangkat sebelah alisnya dengan tampang ngeledek. "Yee, bilang aja lo cemburu."

     "Dih, amit-amit tujuh turunan ya gue cemburu sama lo," cetus Azka tak terima.

     "Iya iyaa paham kok gue, kita bakal hidup bahagia kan nyampe tujuh turunan. Tenang aja, Ka," balas Edo sambil mengedipkan sebelah matanya genit.

     Sebelum melangkah lebih jauh meninggalkan Edo, Azka menjitak kepalanya dengan sekuat tenaga. "Jibang, Do."

     Alesha, Reno, dan Raka hanya tertawa ngga jelas di belakangnya. Menonton perdebatan-perdebatan kecil yang mereka berdua buat.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang