7. Gelap

600 71 15
                                    

Angin berhembus dengan tenang, menerpa sebagian rambut Alesha, membuat wajahnya sedikit tertutup oleh rambut cokelat tuanya yang sengaja ia biarkan terurai.

Pemandangan kota Jakarta cukup terlihat semuanya dari atas sini, dari rooftop SMA Nusa Bangsa yang Alesha pijaki sekarang.

Terdengar suara derap langkah kaki mendekat, Alesha mengalihkan pandangannya dari pemandangan kota Jakarta kepada asal suara tadi.

Alesha tak dapat bergeming. Matanya telah terkunci dengan mata seseorang. Seseorang yang sudah hampir dua tahun mencoba tetap berada di sisinya, namun tak pernah dapat Alesha terima. Karena memang hatinya bukanlah untuk dia; Dirga.

Hingga akhirnya, di akhir masa putih birunya, cowok itu berusaha tak lagi menghiraukan Alesha. Semoga di detik ini, dia telah berhasil, begitulah doa Alesha dalam hati.

Sambil tetap berjalan ke arah Alesha, tak lepas seulas senyum tetap bertahan di bibir Dirga.

"Kesukaan lo dari dulu ngga berubah ya, Al? Demen banget di rooftop." Dirga yang pertama kali bersuara sambil terkekeh pelan, memecahkan kecanggungan diantara mereka berdua.

Hanya suara tawa renyah yang dapat Alesha keluarkan sebagai balasan dari perkataan Dirga.

"Apa kabar, Al?" tanya Dirga saat sudah berada tepat di samping Alesha. Matanya menatap lurus ke depan, pada hamparan aktivitas masyarakat di bawah sana.

Alesha tersenyum getir. "Baik, Ga," jawab Alesha, bohong. Ya, seperti yang kau tahu. Saat kau merasa tak benar-benar nyaman dengannya, kau tak akan pernah merasa percaya padanya, sekadar hanya untuk mengeluarkan segala keluh kesahmu padanya, walau hanya sedikitnya. Kau tak akan bisa.

"Tapi yang gue liat, mata lo ngejawab kalo lo ngga baik-baik aja, Al," tutur Dirga yang kini sudah menghadap pada Alesha, menatap lekat-lekat cewek di hadapannya.

Lagi-lagi Alesha tersenyum miris. Senyuman yang Dirga benci. Sebuah rasa bersalah.

Lihat? Sampai detik ini pun, Dirga belum bisa melepaskan rasanya dari Alesha. Seberapa pun kau mencoba menyembunyikan darinya, tanpa di beritahu, dia telah tahu, dia terlalu memperhatikanmu, terlalu memahamimu, terlalu mengenalmu tanpa pernah kau tahu.

Menyadari hal itu, lagi-lagi membuat Alesha merasa menjadi orang yang benar-benar jahat.

"Maaf, Ga, maaf, maaf, maaf."

"Al, jangan suka umbar kata spesial itu pada seseorang yang tak pernah menjadi spesial untukmu."

"Ga.." Alesha menghembuskan nafas pelan. Sebelum melanjutkan ucapannya yang sengaja ia jeda, Dirga sudah menyelanya lebih dulu.

"Udahlah, Al. Seberapa pun lo coba ngejelasin semuanya, gua ngga akan pernah bisa ngerti. Sama kayak lo, seberapa pun lo tau gue cinta sama lo, lo ngga akan pernah mau ngerti, Al."

Alesha tertunduk mendengar ucapan Dirga, ucapan itu cukup menyentil hatinya. Sepertinya ia benar-benar telah menyakiti hati cowok di hadapannya.

****

Alesha berjalan sendiri menelusuri koridor kelas. Ucapan-ucapan Dirga saat di rooftop tadi masih terputar jelas di otaknya.

Bagaimana ia terlalu menyakiti Dirga, dan bagaimana ia terlalu mencintai dia. Masa lalu-masa lalu itu kembali berdatangan.

'Duk'

"Aw." Alesha meringis pelan saat di rasa keningnya menabrak dagu seseorang. Ia mendongak untuk melihat siapa yang di tabraknya.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang