20. Jealosy

236 11 1
                                    

     Minggu bertemu minggu lagi. Tapi Alesha masih diam pada Nata.

     Nata sendiri sudah berusaha meminta maaf tapi tak kunjung di maafkan juga. Dan Alesha enggan barang sedikit saja mendengarkan penjelasan cowok dengan mata hitam legamnya itu.

     Setiap pagi hingga sore, hari-hari liburan Alesha dihabiskan berdua bersama Reno. Kadang berempat, ditambah Azka dan Dirga.

     Tapi sepertinya hari ini Reno menjemput agak siang, sekitar pukul sebelas. Tadi sih Reno sudah mengabari Alesha, kalau pagi ini Mamanya memaksa ingin di temani belanja sayur katanya. Alesha hanya menurut saja.

     Hari ini Alesha mendadak kehilangan selera menonton film yang sudah ia tunggu-tunggu sejak lama.

     Hanya karena sebuah postingan foto, yang muncul di explore instagramnya.

     Saat jam dinding menunjukan jarum pendek di angka sepuluh, dan jarum panjang di angka lima puluh enam, terdengar suara mesin mobil memasuki pekarangan rumah Alesha.

     Setelah merasa siap, Alesha langsung keluar kamar dan menuju pintu rumah.

     "Hei," sapa seseorang di balik pintu, saat Alesha membuka pintunya.

     Alesha membalasnya dengan segaris senyum. "Masuk dulu, Ren," ucapnya, sambil memberi ruang untuk Reno masuk.

     Reno menggeleng. "Ngga usah, Al, udah siang. Kita langsung aja yuk?" ajaknya. "Tadi pas gue jalan ke sini, jalanan udah rada macet. Nanti kita telat nyampe bioskopnya," lanjut Reno menjelaskan keadaan jalanan Jakarta yang setiap harinya gemar dengan kata macet.

     "Yaudah, ayo," tutur Alesha menyetujui.

     Perempuan itu langsung melangkah keluar rumah, dan mengunci pintu rumahnya yang hanya menyisakan dirinya, karena Alvin yang sudah berangkat kerja tadi pagi-pagi sekali.

     Dalam hati Alesha mendumel saja sejak tadi. Padahal ia melihat foto itu sudah sejak tiga jam yang lalu.

     Saat di dalam mobil pun Alesha terlihat grasak-grusuk di bangkunya. Membuat Reno yang sedang mengenakan seat belt, menoleh dengan dahi mengernyit.

     "Kenapa, Al?"

     "Ngga tau nih, seat beltnya ngga mauin," ujar Alesha gemas pada seat belt, yang entah kenapa hari ini ikut-ikutan menyebalkan baginya.

     Reno melepas kembali seat beltnya yang baru saja terpasang. "Coba sini gue liat," katanya sambil mendekatkan tubuhnya dengan Alesha, berniat menjangkau seat belt yang letaknya di sebelah kiri tubuh Alesha.

     Menyadari posisinya yang sekarang, Alesha seketika mematung. Tangan yang tadinya memegang Locking retractors langsung Alesha lepas, saat tidak sengaja meradakan tangan Reno yang bersentuhan dengan tangannya.

     "Iyalah ngga bisa, orang kotak pengaitnya aja belum lo pencet," kekeh Reno pelan, sibuk memasang seat belt Alesha.

     Jantung Alesha sendiri rasanya sudah ngga karuan. Jedag jedug terus persis kaya suasana disko di angkot-angkot.

     "Makanya apa-apa tuh tenang, Al, jangan ceroboh grasak-grusuk sana-sini," oceh Reno. "Lo mah kebia--" lanjutan Reno terhenti saat ia menegakkan tubuhnya, dan baru menyadari betapa dekatnya jarak antara dirinya dan Alesha.

     Mungkin jarak yang tersisa kira-kira hanya tsepuluh sentimeter. Buktinya Reno saja sampai bisa merasakan hembusan nafas Alesha di hadapannya.

     Dari dulu 'kan gue sukanya sama lo, Ren, tapi kenapa harus cemburu sama foto Nata tadi pagi sih? Alesha membatin. Mengingat foto yang membuatnya kesal setengah mati tanpa kejelasan ini.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang