"Yaudahlah, kantin, yok, kantin, keburu si Lukas ngamuk." lerai Raka setengah berbisik melirik Lukas, sambil berdiri untuk keluar dari mejanya. Masih terdengar kekehan pelan dari mulut cowok itu.
Sudah menjadi rahasia umum, bukan? Tentang Edo dan Azka yang tak pernah akur, tak pernah sudi untuk saling mengalah di depan lawan satu sama lain.
Jam istirahat sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, semua murid yang mendengarnya tanpa sadar menghembuskan nafas lega. Akhirnya, mereka terbebas dari jam pelajaran guru kiler yang selalu mengungkit masa lalu. Bu Susi, guru sejarah.
Tapi tidak bagi Edo dan Azka, aura panas di sekeliling mereka yang sudah tercipta sejak jam pelajaran pertama dimulai, juga tak kunjung reda.
"Males banget gue ke kantin sama dia," ketus Azka nyolot, menuding Edo dengan pandangan tak suka.
"Yee, gue juga ogah kali, emangnya gue mau ke kantin sama lo," balas Edo tak kalah senewen.
"Yaudah, sono, hush, hush, hush,"
Selanjutnya, entah datang dari mana, satu gumpalan kertas dengan mulus mendarat di dahi Azka. Membuat mata cewek itu melotot, mengitari isi kelas, mencari siapa orang yang sudah berani-beraninya mengibarkan bendera perang padanya.
"WOW! HEAD SHOOT, REN. GOOD JOB," sahut Edo dengan riang.
Membuat senyum Reno semakin mengembang dengan bangga.
Baru tiga hari Reno menginjakkan kakinya sebagai murid di SMA Nusa Bangsa. Tapi melihat keakraban antara dirinya, Raka, juga Edo, membuat mereka terlihat seperti sudah saling mengenal sejak lama. Dasarnya Reno yang pandai bergaul, juga membuatnya tak terlihat seperti murid baru yang baru seumur jagung bersekolah di sini.
Apa lagi Edo dan Reno mempunyai hobi yang sama, yaitu senang membuat Azka kesal. Menjadikan keduanya sering kerja sama, untuk membuat Azka tak berhenti misuh-misuh tak jelas akan keisengan yang mereka berdua buat.
Melihat Azka sepertinya akan meledak, Alesha menyelanya. "Sstt, udah, udah, kalian duluan aja. Gue sama Azka mau ke perpus dulu."
"Oke," balas Raka.
Edo menepuk bahu Reno, berisyarat mengajaknya. "Yuk, Bro, kantin."
Sebelum tubuhnya hilang di balik pintu, Reno dan Edo menyempatkan diri membalikan tubuhnya kembali ke arah Azka. Sarat akan ledekan serta rasa kemenangan, keduanya melambaikan tangan pada Azka dengan cengiran lebar.
Mata Azka melotot lagi, memperhatikan kelakuan konyol dua makhluk yang tak kasat mata baginya. Lalu menoleh pada Alesha, Azka menyipitkan matanya sebal. Tak terima kalau Reno dan Edo di lepaskan begitu saja.
Justru melihat tanggapan Alesha yang hanya mengedikan kedua bahunya, tak mau peduli. Azka menghembuskan nafasnya keras-keras. "Shit!"
****
Koridor sekolah cukup ramai di jam istirahat yang hampir habis, seperti sekarang. Banyak siswa yang berlalu lalang untuk ke kantin atau balik dari kantin ke kelas, ada juga beberapa yang hanya sekedar mengobrol di pinggir-pinggir koridor. Menuh-menuhin jalan aja.
Azka masih terdengar misuh-misuh tak jelas. Sejak awal mereka meninggalkan kelas untuk ke perpus, sampai saat ini mereka balik dari perpus menuju kantin. Azka masih merasa tak terima dengan sikap Alesha tadi, yang terlihat lebih memihak pada teman-teman cowoknya, di banding teman seperjuangannya sejak di bangku Sekolah Dasarnya itu.
Tiba-tiba kerumunan datang dari arah berlawanan, membuat Azka langsung mengatupkan bibirnya dan mengernyit bingung.
Tak sengaja seseorang menubruk bahu Alesha cukup keras, sehingga membuat cewek itu sedikit terhuyung ke belakang. Sang penabrak hanya meminta maaf sekilas, dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda karena menabrak Alesha tadi. Lari.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
Teen FictionIni bukanlah kisah tentang benci yang berubah jadi cinta, bukan juga kisah tentang seseorang yang diam-diam mencinta, ataupun kisah tentang persahabatan yang di dalamnya terdapat sebuah rasa. Ini adalah kisah tentang bagaimana cara menyembuhkan luka...