26. Flatshoes, Nggak Ada Hak

204 9 10
                                    

     Cup.

     Mata Alesha membulat, menyadari kebodohan yang ia buat sendiri.

     Begitupun dengan Nata, kaget. Alesha menjatuhkan bibirnya sendiri ke atas bibir Nata. Walaupun tidak berlangsung lama, hanya sekitar 2 detik, tapi seperti ada gerakan slow motion diantara keduanya, semua terasa melambat.

     Alesha mengerjapkan matanya. Setelah semua kesadarannya mengumpul, buru-buru Alesha menarik bibir dan juga tubuhnya dari Nata. Mencoba bangkit untuk pergi dengan pipi yang bersemu.

     Sudah jelas Alesha malu, entah apa yang harus ia katakan jika Nata menuntut sebuah kejelasan atas tindakannya barusan.

     Segitu mempesonanyakah seorang Nata di bangun tidurnya, sampai-sampai membuat Alesha lupa diri.

     Tapi gerakan Alesha terhenti, kali ini semuanya terasa secepat kilat. Nata menarik Alesha ke atas pangkuannya. Dan satu tangannya lagi ia gunakan untuk menarik tengkuk perempuan itu mendekat ke arah wajahnya.

     Lagi-lagi Alesha membelalak, ketika ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibir mungilnya. Tapi.. Ini terasa hangat, juga nyaman. Dan Alesha menyukainya.

     Perlahan-lahan Alesha mengikuti permainan kecil yang dilakukan Nata, ia melakukan apa yang sudah sejak di detik pertama Nata lakukan, memejamkan matanya.

     Kenangan-kenangan di masa lalu mulai bermunculan lagi di atas permukaan keduanya. Semua kenangan indah, juga tentang anak kecil yang akur main bersama di masa dulu. Entah kenapa kali ini tidak membuat Alesha terganggu, ia tidak mau melepaskan moment tersebut. Biarkan kenangan itu terus saling berlomba menampakkan diri dalam pikiran Alesha, sebagai suatu penambah rasa dalam moment kali ini.

     Bruk.

     Terdengar suara barang terjatuh berjarak tiga meter dari tempat Alesha dan Nata yang masih betah dengan posisi sebelumnya. Dan tentu saja suara itu membuat mereka terkejut. Masing-masing dari mereka saling menjauhkan diri satu sama lain dengan kikuk.

     Mata keduanya terpaku ke arah seseorang yang baru saja menjatuhkan sebungkus bubur ayam. Seketika suasana ruangan tersebut mendadak canggung.

     "Ren..." cicit Alesha pelan.

     Nata hanya memandang Reno dengan tatapan salah tingkah, juga menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Seperti seseorang yang habis ketahuan mengambil sesuatu barang milik orang lain. Tapi Nata 'kan tidak mengambil Alesha, lagi pula Alesha dan Reno juga tidak memiliki hubungan apapun.

     "Sorry, ganggu." ucap Reno singkat, namun terlihat dari matanya yang menyala, kalau ia sedang menahan kesal, atau malah cemburu(?)

     Reno membalikkan tubuhnya, dan melangkah pergi meninggal ruangan. Alesha yang melihat itu, mencoba mengejarnya.

     "Ren, tunggu, Ren." panggil Alesha, tapi Reno masih saja terus berjalan ke arah pintu utama.

     Nata membiarkannya. Entah apa yang akan Alesha katakan dan jelaskan kepada Reno ia tidak mau ikut campur. Nyatanya, memang Alesha bukan milik Nata maupun Reno. Seharusnya perempuan itu berhak dekat dengan lelaki mana saja, tapi kenapa kadang Nata kesal dan tidak terima melihatnya.

     "Ren." panggil Alesha lagi, saat berhasil menangkap tangan Reno.

     "Gue yang salah, Al, harusnya tadi gue pencet bel dulu sebelum masuk."

     "Ren yang tadi itu cuman..." Alesha menggantungkan kalimatnya, ia kehabisan kata, tidak tahu harus menjelaskan apa kepada Reno.

     Lelaki di hadapan Alesha menyunggingkan senyum miring, sebelum melanjutkan ucapan Alesha secara terang-terangan. "Ciuman?"

     Alesha gelagapan di todong seperti itu. "Ren, bukan gitu. A.. Anu.."

     Dengan pelan Reno melepaskan tangan Alesha di atas tangannya. Dan menatap Alesha dengan senyum yang terlihat di paksakan. "Udahlah, Al, ngga ada yang perlu lo jelasin. Tho, lo mau ngapain aja sama Nata ngga ada masalahnya sama gue, nyatanya emang di antara kita ngga ada apa-apa bukan?"

     Kok, sakit ya?

     Alesha malah jadi kelihatan bego dan ngga tahu malu. Sudah jelas begitu bukan? Antara dirinya dengan Reno memang tidak pernah ada apa-apa. Seharusnya dia ingat, alasan Reno yang tiba-tiba pergi meninggalkannya jauh ke benua lain, karena surat pernyataan cintanya dulu.

    Lagi-lagi Alesha membuat kesalahan. Seolah-olah kejadian tadi telah menyakiti Reno dan ia harus menjelaskan sesuatu agar Reno tidak salah paham. Padahal harusnya Alesha sadar betul, kalau Reno tidak pernah memiliki rasa lebih terhadapnya, dari dulu ia hanya dianggap seorang sahabat.

     Tapi tetap saja, menyadari itu membuat hati Alesha patah dan sakit lagi. Lalu ia harus bagaimana? Ingin lari ke Nata? Lelaki itu samanya saja dengan Reno. Hanya senang menjadikannya seorang teman, dan membuatnya berharap lebih. Jangan lupakan soal perempuan yang belakangan ini dekat dengan Nata, Adsilla.

     Lalu ciuman tadi apa maksudnya?

     "Sekali lagi, maaf, Al."

     Ucapan Reno menyadarkan Alesha dari lamunannya. Saat perempuan itu sadar penuh, Reno sudah berjalan menjauh dan masuk kedalam mobilnya. Tidak lama dari itu, mesinnya menyala, dan mobil Reno keluar dari pekarangan rumah Alesha.

     Perempuan itu hanya terpaku. Kembali memikirkan semua tentang perlakuan manis kedua lelaki yang tengah dekat dengannya, atau hanya Alesha saja yang terlalu berlebihan menganggap kalau mereka sedang dekat.

     Dan pikirannya semakin menghantui Alesha, menakutinya akan hal Nata yang tengah dekat dengan perempuan lain. Benar saja, pikiran-pikiran itu kemudian menjadi kenyataan, saat Alesha mencuri dengar Nata yang sedang bicara melalui ponsel dan berkata; "Ya, halo, Sil?"

     Sil? Panggilan singkat atas nama Adsilla.

     Alesha terkekeh miris, meratapi dirinya yang terlalu terbawa perasaan atas sikap Nata dan juga Reno.

     "Al, gue pamit ya?" izin Nata yang tiba-tiba saja sudah berdiri disamping Alesha.

     "Kemana?"

     Bego, malah nanya. Rutuk Alesha dalam hati.

     Nata menggigit bibir bawahnya, bingung akan menjawab Alesha dengan alasan apa. Lelaki itu takut, Alesha akan marah lagi saat tahu kalau ia ingin pergi menemui Adsilla.

     Alesha yang menyadari kalau Nata tidak enak hati untuk menjawabnya, hanya mengangguk paham. Lalu berkata dengan senyum miring. "Mau ketemu cewek lo 'kan? Yaudah, gih."

     Mana mungkin Alesha melarangnya, untuk cemburupun sepertinya ia harus berpikir ulang. Apa atuh Alesha mah, udah kayak flatshoes, ngga ada hak.

    Setelah itu Alesha membalikkan tubuhnya, dan pergi menjauh meninggalkan Nata yang sempat memanggilnya untuk menjelaskan sesuatu. Tetapi perempuan itu sudah tidak mau tahu lagi. Bukannya Alesha tidak peduli, tapi ia tidak mau sakit hati mendengar penjelasan yang akan keluar dari mulut Nata.

     Ucapan Reno yang mengatakan kalau mereka tidak ada apa-apa saja, masih terasa sakitnya. Lalu Nata akan menjelaskan kalau ia akan pergi menemui perempuan lain, setelah ciuman tadi? Cukup ya, hati Alesha bukan dari baja, ia juga ingin sebuah kepastian.

     Sayangnya, kedua cowok yang dekat dengannya lebih senang bermain-main. Ada sih, satu orang yang ingin serius sama Alesha, malah masih terus saja mengejar-ngejarnya. Tapi yang namanya hati, Alesha juga ngga ngerti kenapa dia ngga bisa cinta sama cowok tersebut. Malah sok-sokan bingung milih antara Nata sama Reno yang masih abu-abu.

     Jadi, siapa yang salah?

*****

Minggu, 19 Agustus 2018.

A/n: akhirnyaaa bisa ngelanjutin cerita ini di tengah2 kesibukan yang bener-bener bikin badan pada remuk hehe.

Terus ikutin cerita Alesha, Nata, Reno, dkk yaa:) kalo kalian suka sama ceritanya, ajak temen2 yang lain buat baca juga, jangan lupa sarannya di tungguuuu. Sekian, terimakasih, dan muah muah muah :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang