2. Kesekian Kali

1.4K 132 63
                                    

"Anjrit Al malu-maluin banget lo diusir gitu dari kelas hahaha." Sembur Azka tepat saat Alesha meletakkan tas di bangku sebelahnya.

"Tau tah sial banget gua hari ini Ka.." Alesha mulai mencurahkan seluruh isi hatinya yang ia rasakan pada sahabat karibnya tersebut.

"Kenapa? Dede sial kenapa hari ini? Sini sini cerita sama teteh." Ujar Azka memanjakan Alesha. Memang, di sini Azka lebih tua setahun dari Alesha. Eitss.. Bukan berati dulunya Azka ngga naik kelas, tapi penyebabnya adalah saat Azka pindahan rumah dari Bandung ke Jakarta, rapor sekolahnya tertinggal di rumah lamanya. Jadi, ia harus mengulang sekolahnya lagi saat duduk dibangku 1 SD. Dan disitulah pertemuan keduanya berlangsung.

"Lo tau ngga? Tadi selama gue diluar entah kenapa mengapa bagaimana bisa terjadi gue nabrak orang yang super duper nyebelin nyampe 3 kali berturut-turut Ka." Jelas Alesha dramatis. "Terus pas tabrakan orang itu nyalahin gue mulu masa, dikatain ceroboh gua Ka.. CEROBOH.. BAYANGIN KA BAYANGIN!" Lanjut Alesha berapi-api sambil memukul mejanya keras, yang membuat Azka berjengit kaget, juga membuat seluruh penghuni kelas menoleh ke arah mereka.

"Anjir yaa lo Al, ngga usah pake acara mukul meja kenapa sih." Ujar Azka sewot.

Alesha memasang wajah tak berdosanya. "Ehehe maklumlah namanya juga orang emosi gimana sih Ka." Azka langsung melotot tajam pada Alesha. "Lo yang emosi, gue yang mati jantungan Al." Alesha hanya nyengir kuda.

"Ah!" Azka menormalkan kembali ukuran matanya saat teringat sesuatu. "Lagian orang yang tabrakan sama lo tadi juga ngga sepenuhnya salah kok Al." Alesha menaikkan sebelah alisnya meminta penjelasan. "Lo ceroboh. Dia bener Al, lo kan emang ceroboh. Hebat ya anjir itu orang baru pertama ngeliat lo aja bisa nebak kalo lo ceroboh gitu HAHAHA." Lanjut Azka di iringi tawanya yang menggelegar.

Yang ditertawakan justru memasang tampang bego. "Apaan sih Ka, sumpah ya ini ngga mutu ngga ada yang lucu. Dan lo ketawa. Malu pea di liatin bocah." Azka seketika berhenti tertawa, saat sadar dirinya kini menjadi pusat perhatian temannya satu kelas.

"Ehehehe." Azka hanya cengengesan dengan wajah yang minta di tabok. Melihat ekspresi Azka begitu, justru kini gantian Alesha yang tertawa terbahak-bahak. Yang lagi-lagi membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Apaan sih lu berdua heboh banget dari tadi?"

"Mana yang lucu sih Al? Ka? Kaga ada yang ngelawak perasaan."

"Ribet ya emak-emak arisan."

"Gila lo pada."

"MAMPUS LGBT!" Sahut Raka ngaco sambil menunjuk heboh Alesha dan Azka. Membuat seisi kelas tergelak tawa.

"Pala lo peyang LGBT." Tukas Alesha kesal sambil menoyor kepala Raka. "Lo kali yang LGBT sama si Edo. Iya kan? Ngaku deh lo, suka kepergokkan sama gue tiap lo berdua lagi kencan di pecel lele Mang Domang --tukang pecel lele deket rumah Alesha." Lanjutnya menunjuk Edo teman sebangku Raka dengan dagunya, yang jelas-jelas tidak tahu menahu soal persoalan, tapi selalu jadi kambing hitam setiap kali masalah.

"Iya Al, iya, gue lagi yang kena." Ucap Edo pasrah, memang hari ini dia sedang tidak mood berdebat. Karena ia tahu pada akhirnya setiap persoalan yang ada dikelas, akan berujung dengan adu bacot antara dirinya dan Azka. Dan untuk hari ini, ia sedang tidak berniat untuk hal itu.

Azka memanglah tipikal orang yang tidak suka keributan -Yaa walaupun ia tahu, dia selalu membuat keributan- Dan karena segala persoalan yang ada di kelasnya selalu di kambing hitamkan kepada Edo, jadi Azka berpikir Edo lah yang salah mengenai segala kesalahan yang ada. Dan juga karena Edo yang tidak pernah mau kalah, hinggalah mereka ke titik puncak pertikaian. Alesha dan Rakapun tidak pernah melerainya, justru mereka malah menjadi penonton hore yang ramai bersorak-sorai memanas-manasi keduanya. Sampai Lukas, Ketua Kelas X IPS 1 yang turun tangan. Barulah mereka berempat bungkam seribu bahasa.

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang