Part 14 - Pertemuan

11.4K 631 2
                                    

Zahra pov
Aku berjalan bersama Rian menuju meja yg sudah dipesan Rian siang ini, kami duduk di meja dekat jendela, ternyata Rian sudah menyiapkan ini semua, bahkan makanannya pun sudah dipesan oleh Rian.

"Rian kamu yg pesan ini semua"

"Iya aku yg pesan tadi pagi"

"Tapi ini kebanyakan jika dimakan berdua"

"Hai Rian, maaf aku telat" aku mendengar suara wanita dari sampingku, langsung saja aku mendongak, dan tiba tiba saja jantungku berdetak begitu cepat, bukankah ini wanita yg waktu itu bersama Rian.

"Ga apa apa Laura, kenalin ini Zahra istriku" ucap Rian yg kulihat sedikit gugup, ada apa sebenarnya, apakah mereka akan memberitahuku semuanya, sungguh sepertinya aku belum siap, hatiku masih begitu sakit, kulihat wanita itu mengulurkan tangannya padaku dan aku membalasnya dengan senyum semampuku.

"Aku Laura, temen Rian kuliah disini dulu"

"Aku Zahra"

Dia duduk di kursi yg memang hanya tinggal satu, kulihat senyumnya begitu ceria.

"Zah, ayo makan" aku membalas ucapan Rian dengan senyuman, nafsu makanku sudah hilang sejak tadi, aku makan dalam diam, dan sesekali aku mendengar mereka mengobrol dengan tenang, ya Allah mengapa rasanya begitu menyakitkan, inikah wanita yg dicintai suamiku, sungguh rasanya aku tak sanggup menahan sesak yg ada didalam dadaku kini.

Beberapa lama kami makan bersama, sampai akhirnya Laura bertanya padaku.

"Mbak Zahra, boleh aku bertanya?"

"Boleh" jawabku dengan senyum.

"Menurut mbak bagaimana tentang poligami?" aku hampir saja tersedak dengan pertanyaannya, dan cepat cepat aku mengambil minum.

"Maksud kamu?"

"Ehm, maaf kalo pertanyaanku sedikit mengganggu mbak, aku cuma ingin tau kok, ga ada maksud apa apa, aku cuma ingin tau apa mbak setuju dengan adanya poligami"

"Tergantung pandangan orang lain tentang poligami untuk tujuan apa, kalo menurutku, aku tidak setuju dengan poligami"

"Kenapa?"

"Aku bukanlah wanita yg merasa paling suci, aku sama seperti wanita lainnya yg mempunyai hati yg tidak ingin disakiti, kenapa aku tak setuju, karna selagi aku mampu melayani suamiku dengan baik, selagi aku masih bisa berdiri dan berjalan untuk menyambutnya pulang bekerja, aku masih bisa membuat senyum diwajah lelahnya, dan semua itu untuk tujuan mencari ridha Allah, aku tak mengijinkannya berpoligami terkecuali jika aku sudah tak mampu berbuat apa apa lagi atau jika aku sakit dalam waktu yg lama, aku mengijinkannya" jawabku dengan hati bagaikan teriris, sungguh aku benar benar ingin menangis.

"Jika suami mbak tetap ingin berpoligami bagaimana?"

"Aku lebih memilih diceraikan jika ternyata dia lebih mencintai wanita lain daripada aku"

Kulihat mereka diam hingga beberapa lama, suasana tampak hening, inikah tujuan Rian membawaku kesini, ya Allah maafkan suamiku, ucapku dalam hati.

"Ehm, mas aku permisi sebentar ke toilet, perutku sedikit sakit"

"Aku antar ya?"

"Tidak usah mas, sebentar saja kok"

Aku tersenyum padanya dan pergi meninggalkannya, sampaiku di toilet aku langsung mengunci pintunya dan menumpahkan semua sesak yg aku tahan sejak tadi, aku terisak, aku tidak kuat menahannya.

"Ya Allah kuatkan aku, sabarkan aku dengan ujianmu ya Allah, tolong jangan membenciku, jangan membenci suamiku, maafkan aku ya Allah" aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.

Salah Apa ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang