Part 27 - Mereka Pergi 2

12.4K 627 1
                                    

Daniel pov
Aku mencoba menenangkan istriku yg kulihat begitu terpukul atas kejadian ini, akupun bisa merasakan bagaimana sakit dihatinya begitu dalam, mereka pergi saat sudah saling memaafkan, airmataku pun sempat menetes ketika aku melihat Zahra menatap bayi mungil itu, betapa beratnya ujian Allah untuknya yg baru saja lahir kedunia, dan satu hal yg membuat Zahra merasa bersalah saat dia tau bahwa ternyata anak itu bukanlah darah daging Rian.

Aku melihatnya masih berdiri di balkon kamar, menatap ke atas langit yg kulihat sedikit mendung.

"Zah, masuk yuk, udah malem, ini juga dingin, nanti kamu bisa masuk angin, kasihan anak kita dan juga kesehatan kamu Zah"

"Maafkan aku mas, aku benar benar..."

"Sudah tak apa, mas hanya tak ingin kamu terlalu seperti ini, mas tak ingin terjadi apa apa dengan anak kita juga dengan kamu, bukan mas melarang kamu untuk berduka, tetapi ingatlah batasannya, bukankah kamu selalu percaya dengan takdir Allah?"

"Sudahlah, tak perlu kamu terus merasa bersalah, semua kejadian ini pasti ada hikmahnya, kita masuk ya, kamu harus istirahat, setelah sholat subuh besok, kita akan langsung pergi kerumah mereka"

"Terima kasih mas"

"Sama sama sayang" aku mengecup keningnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

***

Annisa pov
Aku menginap dirumah orangtua mas Rian karna mama Anna yg meminta, karna jenazah kakakku juga dibawa kesini, aku juga sudah menghubungi beberapa kerabatku untuk mengatakan bahwa mbak Laura sudah meninggal, mereka begitu terkejut mendengar kabar ini, mereka juga sudah tiba disini.

"Nisa kamu istirahat saja, om dan yg lain akan tetap disini, adik adik Rian juga sudah dikamar menemani tante Anna yg masih syock, kamu istirahatlah dikamar almarhum, kamar mereka ada disana" om Reza (papa Rian) menunjukkan kamar dilantai 1 yg dekat dengan tangga.

"Terima kasih om"

"Sama sama Nisa, pergilah istirahat, kamu juga butuh istirahat" aku mengangguk lalu pergi menuju kekamar mereka sebelum mereka pergi.

Aku membuka pintu kamar pelan, airmataku langsung menetes saat memasuki kamar ini, kamar ini begitu hangat dan parfum kesukaan mbak Laura masih terciumku disini.

Aku memandangi foto foto yg berada dimeja panjang yg mengitari dinding kamar ini, pandanganku tertuju pada satu foto, aku mengambil foto itu dan aku pandangi dengan sedih, foto pernikahan mbak Laura dengan mas Rian yg begitu sederhana, dan disampingnya terdapat foto pernikahan mas Rian dan kak Zahra yg kulihat begitu bahagia namun berakhir menyakitkan.

"Ya Allah, mengapa begitu berat cobaanmu, aku bahkan sudah tak mempunyai siapa siapa lagi disini" aku terisak dan terduduk dilantai dengan memeluk foto mbak Laura, aku begitu sangat menyayanginya.

Aku berdiri dengan sedikit kekuatan yg aku punya, meletakkan kembali foto itu ditempat yg semula, aku membuka lemari yg ada dikamar itu, kulihat pakaian mbak Laura begitu rapi tersusun, tak ada lagi pakaiannya yg dulu, semua pakaiannya yg ada kini hanyalah pakaian wanita syari' , sungguh aku begitu bangga padanya.

Saat aku ingin menutup pintu lemari itu, tiba tiba saja mataku menangkap sesuatu dilipatan pakaian, seperti sebuah kertas. Aku menariknya perlahan, dan saat ku lihat ternyata sebuah surat, kubalik surat itu dan aku melihat sebuah tulisan, itu adalah tulisan mbak Laura.

Untuk Zahra...

Surat itu dibuat mbak Laura untuk kak Zahra, tapi surat apa, aku takut untuk membukanya karna itu bukan milikku, aku menyimpan kembali surat itu dan akan aku berikan besok padanya.

***

Zahra pov
Aku dan Daniel sedang menuju kerumah orangtua almarhum Rian, kami sengaja membawa supir karna takut terjadi apa apa, saat ini fikiran kami sedang tak menentu.

"Zah" Daniel menyentuh bahuku pelan, aku memegang tangannya dan menyandarkan kepalaku dibahunya.

"Istirahatlah, mas akan membangunkanmu saat sudah sampai"

"Aku tidak bisa tidur mas"

"Paling tidak pejamkanlah matamu sebentar, mas tau semalaman kamu hanya tidur sebentar" aku menuruti kata katanya, dia benar, bahkan aku hanya tidur 20 menit tadi malam, aku mulai memejamkan mataku.

***

"Sayang, Zahra bangun, kita sudah sampai" aku mengerjapkan mataku.

"Kita sudah sampai?"

"Iya kita sudah sampai 2 jam yg lalu"

"Kenapa mas tidak membangunkanku daritadi?"

"Mas hanya ingin memberikan waktu istirahat sebentar untukmu, mas tidak tega membangunkanmu tadi saat mas lihat wajahmu begitu lelah"

"Maafkan Zahra mas"

"Tidak apa apa, ayo kita masuk, 1 jam lagi mereka akan dimakamkan" aku dan Daniel turun dari mobil, kulihat suasana dirumah ini begitu ramai dan haru, aku melihat mama Anna dan kedua adik Rian menangis dan kulihat Annisa juga disana.

"Ma" panggilku pelan.

"Zahra" mama Anna memelukku.

"Maaf Zahra baru datang"

"Tidak apa Zah, mama mengerti, kamu juga harus jaga kandungan kamu"

"Terima kasih ma, mama sabar ya"

"Iya sayang" kami duduk membaca al Qur'an untuk mendoakan mereka, aku melihat jenazah akan disholatkan di mesjid terdekat, dan setelah disholatkan, jenazah akan langsung dimakamkan.

"Sayang kamu disini aja ya, biar mas aja yg pergi, kasian kandungan kamu, mas tidak ingin terjadi apa apa denganmu"

"Tapi mas..."

"Suamimu benar Zah, tinggallah disini" ucap mas Fahri yg kulihat baru saja datang.

"Iya Zah, wajahmu terlihat sangat pucat, aku akan menemanimu disini"

"Baiklah, mas hati hati"

"Iya sayang, mas pergi dulu"

Aku melihat kepergian mereka dengan sedih, ingin sekali aku melihat jenazah Laura dan juga Rian untuk yg terakhir, namun keadaanku benar benar tak memungkinkan, aku dan Vella kembali masuk kedalam rumah, aku melihat mama Anna pingsan kembali, aku juga melihat Annisa yg duduk disamping mama Anna masih dengan terisak. Aku duduk disampingnya dan memegang bahunya pelan.

"Nisa"

"Kak Zahra" dia memelukku, akupun membalas pelukannya.

"Sabar Nisa, istighfar"

"Mereka benar benar pergi kak"

"Ini sudah takdir Allah"

"Kak, ada sesuatu yg ingin aku berikan pada kakak" ucap Nisa melepaskan pelukanku dan menarik tanganku untuk berdiri.

"Vel aku pergi sebentar, kamu temenin mama Anna disini ya"

"Iya Zah"

Aku mengikuti Annisa yg membawaku kesebuah kamar, aku mengenali kamar ini, kamar yg dulu aku dan Rian tempati saat kami menikah dan masih tinggal disini.

Nisa membuka kamar itu dan aku melihat kamar itu yg masih tidak berubah sejak dulu, bahkan fotoku masih ada ditempat yg sama, dan ada beberapa foto Rian dan Laura yg berada disamping fotoku, air mataku mengalir lagi tanpa aku sadari, kurasakan tangan seseorang memegang bahuku.

"Nisa, maafin aku, ini semua..."

"Kak sudahlah, Nisa sudah ikhlas, tak perlu kakak terus menyalahkan diri kakak karna inu memang bukanlah salah kakak, ini sudah takdir Allah. Ambillah, ini titipan almarhum" aku menghapus airmataku perlahan dan mengambil sebuah amplop putih yg diberikan Nisa padaku.

"Apa ini?"

"Bukalah kak, aku tak tau apa isinya, aku menemukan ini tadi malam dilemari kak Laura, aku hanya melihat tulisan ini yg ditujukan pada kak Zahra" Nisa menunjuk satu tulisan diujung amplop itu.

"Aku akan keluar kak" aku mengangguk pelan dan berjalan menuju kearah jendela.

♥♥♥♥♥♥♥♥

Salah Apa ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang