Part 23 - Zahra dan Vella

12K 671 3
                                    

Zahra pov
Aku dan Daniel sudah sampai dibandara, aku berjalan mencari seseorang yg sudah berjanji akan menjemputku.

"Vella mana ya, kok ga keliatan, sudah 10 menit kita mencari" saat aku sudah kesal tiba tiba saja mataku menangkap sosok yg aku kenali sedang tersenyum padaku, namun aku masih diam membeku melihatnya, aku masih tak percaya apakah itu benar benar Vella, penampilannya begitu berbeda dan dia mengenakan hijab, kulihat wanita itu berjalan kearahku yg masih membeku dengan senyum yg terus mengembang.

"Assalamualaikum Zah"

"Vella, benarkah ini kau" dia mengangguk dengan senyum yg tak pernah hilang.

"Apakah aku tidak mimpi?"

"Hei Zah, iya ini aku sahabatmu, aku sudah mualaff" aku meneteskan air mataku dan langsung memeluknya, dia membalas pelukanku begitu erat, kami sama sama hanyut dengan air mata dan seketika dia melepaskan pelukanku tiba tiba.

"Zah, kau terlihat gemuk, dan perutmu...kau hamil Zah" aku mengangguk tersenyum dan melihat kebelakang, Vella melihat arah mataku dan menatap kebelakang.

"Kalian sudah menikah?"

"Iya Vella" ucap Daniel.

"Ah kau jahat sekali Zah, tak memberitahuku"

"Maaf Vel, aku takut memberitahumu"

"Hey, apa yg kau takutkan? Kau takut aku merebut Daniel darimu karna aku pernah menyukainya" aku langsung memukul lengannya.

"Aww, Zah kau terlihat begitu kuat sekarang"

"Vella"

"Haha baiklah Zah, hanya harus kau tau bahwa aku yg menyuruh Daniel untuk menikahimu, aku sudah mengetahui semua tentang kalian sejak Daniel bekerja dikantor..." aku mendengarkan semua penuturan Vella, dan kulihat Daniel tersenyum padaku.

"Benarkah semua itu"

"Benar Zah, maaf aku menyembunyikannya darimu" aku memeluk Vella, betapa bahagianya hidupku saat ini, bersama orang orang yg ternyata slalu menyayangiku.

"Vel, kau bilang akan membawa calon suamimu"

"Ah ya aku lupa, sebentar" Vella berbalik dan mencari cari seseorang.

"Mas, kesini" aku melihat seorang pria berjalan kearahku dan Vella.

"Zah, ini calon suamiku" aku terdiam dan terlalu banyak kejutan yg aku terima hari ini.

"Mas Fahri"

"Apa kabar Zah?" dia tersenyum padaku.

"Vella, jadi kalian? Bagaimana bisa?"

"Takdir Allah Zah, Allah yg menyatukan kami, inshaa Allah beberapa hari lagi"

"Alhamdulillah"

Kami berbincang bincang untuk beberapa saat dan kemudian kami pergi menggunakan mobil mas Fahri menuju rumahku dan rumah Vella.

Vella pov
Aku begitu bahagia dengan semua yg telah aku jalani saat ini, aku pun tak menyangka hidupku akan seperti ini, aku menjadi seorang muslim 1 bulan yg lalu, saat aku jatuh cinta pada makhluk Allah yg sudah menarik sedikit hatiku, awalnya aku berfikir bahwa aku dan dia tak mungkin bersatu karna perbedaan agama, namun sedikit aku mencari kebenaran dari teman kuliahku dulu yg juga seorang mualaff, akupun benar benar yakin akan keputusanku, dan kakakku mendukung akan keputusanku, aku benar benar sangat bahagia sekarang, bahkan sangat bahagia saat bertemu dengan Zahra, sahabatku sekaligus inspirasiku, meski aku belum terlalu pandai menggunakan hijab, tapi sedikit demi sedikit aku slalu belajar.

Dari pria ini pun aku juga belajar banyak hal, dan yg aku juga baru tau, ternyata dia juga pernah menyimpan perasaan pada Zahra, akupun menakluminya, wajar saja menurutku, siapa yg tidak menyukai wanita sholeh seperti Zahra, namun setelah itu, dia benar benar memantapkan hatinya padaku, subhanallah betapa indah takdir Allah jika kita selalu mempercayainya.

"Vella"

"Kak Novi"

"Sedang apa? Kakak lihat kamu melamun terus daritadi, ini sudah malam, istirahat lah" aku tersenyum dan menyenderkan kepalaku dibahu kakakku satu satunya, meski dia sudah menikah, terkadang aku masih saja bermanja padanya.

"Aku Rindu mama sama papa kak, mereka tak ada disaat aku menikah, aku bahkan iri pada kakak, disaat kakak menikah, mereka masih ada mendampingi kakak, sedangkan disaat aku menikah, mereka sudah tak ada" tak terasa airmataku menetes, aku benar benar merindukan mereka.

"Hey Vella, bukankah kau slalu percaya pada takdir, kakak selalu disini untukmu, menggantikan mereka, kakak percaya padamu bahwa kau adalah wanita yg kuat, meski mereka sudah tak berada disini tapi mereka pasti tersenyum melihat anaknya sudah tumbuh menjadi wanita yg begitu dewasa" aku menumpahkan tangisku dan memeluk kakakku erat.

"Menangislah" aku semakin terisak dipelukan kakakku dan aku juga menyadari bahwa kakak iparku sedang memperhatikan kami sedaritadi dengan senyumnya yg mengembang.

"Tenanglah, besok kita akan mengunjungi mereka"

"Terima kasih kakak sudah menenangkanku" aku melihat senyuman dari orang orang yg aku sayang, terima kasih ya Allah, untuk senyum kebahagiaan ini.

♥♥♥♥♥♥♥

Salah Apa ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang