Zahra pov
Aku melihat kearah wanita itu yg sedikit tersenyum padaku dan mengangguk, aku berjalan dibelakangnya dan dia membuka pintu kamar itu pelan, kami masuk dan menutup kembali pintu itu, kulihat Laura sedang terbaring dengan sangat lemah, alat alat medis begitu banyak yg terpasang ditubuhnya dan beberapa bagian tubuhnya terbalut perban.Wanita itu berdiri disamping tempat tidur Laura dan aku juga berdiri disamping tempat tidurnya didepan wanita itu.
"Kalau boleh tau kamu siapa Laura?" tanyaku padanya.
"Saya Annisa, adik mbak Laura" ucapnya mengulurkan tangannya padaku, akupun membalas uluran tangannya.
"Saya Zahra" kulihat wajahnya sedikit terkejut.
"Benarkah?" aku tersenyum padanya.
"Mbak Laura, bangunlah, lihat didepanmu ada siapa, seseorang yg slama ini slalu mbak sebut dalam doa mbak, bangunlah mbak" ucapnya dengan tangis yg ditahannya, hatiku berdebar saat dia mengatakan itu, benarkah semua yg diucapkannya.
"Mbak Laura begitu mengagumi kak Zahra, istri pertama almarhum mas Rian, setiap hari dia selalu bercerita tentang kak Zahra padaku, dan satu keinginannya yg slalu dia ucapkan padaku maupun pada setiap doanya, dia ingin sekali bertemu dengan kak Zahra hanya untuk mengucapkan maaf, sejak menikah dengan mas Rian, mbak Laura begitu banyak berubah, dari mulai berbicara, belajar memasak, bahkan cara berpakaiannya yg kini sudah berhijab, namun semua itu tak pernah dianggapnya sudah menjadi wanita yg baik sebelum dia mengucapkan maaf pada kak Zahra" airmataku menetes saat mendengar Annisa menjelaskan semuanya, egoiskah aku selama ini yg tak pernah mau tau tentang keadaan mereka, ya Allah maafkan aku.
"Sejak mbak Laura slalu bercerita tentang kak Zahra, akupun juga mulai mengagumi sosok kak Zahra yg menurutku begitu tegar sama seperti mbak Laura. Aku melihat pernikahan mbak Laura dan mas Rian begitu bahagia, bahkan mbak Laura merasa sangat bahagia meski dalam hatinya begitu sakit saat mas Rian slalu mengatakan bahwa itu adalah anak mereka, padahal mas Rian tau bahwa itu bukanlah anaknya, melainkan anak dari hubungan terlarang mbak Laura dengan laki laki lain" aku begitu terkejut dengan perkataannya, aku mulai menyadari bahwa aku benar benar sangat egois, aku memikirkan perasaanku sendiri sementara kehidupan mereka slalu dilingkupi rasa bersalah padaku.
"Kak Zahra ga perlu merasa bersalah, tak ada yg salah dengan semua ini, ini sudah takdir Allah, kita yg seharusnya mengambil hikmah dari ini semua"
"Maafkan aku Laura, maaf aku terlalu egois, maafkan aku" aku menunduk dan memegang tangan kiri Laura.
"Laura bangunlah, ini aku Zahra, aku disini bersamamu, aku sudah memaafkanmu Laura, dan sekarang aku yg minta maaf padamu, bangunlah" aku membisikkan kata itu ditelinganya berharap dia mendengarku dan membuka matanya.
Kurasakan jari jari tangannya sedikit bergerak, aku melihat tangannya yg bergerak dan kulihat matanya yg sedikit terbuka.
"Mbak Laura"
"Laura"
"Nisa panggil dokter, Laura sudah sadar"
"Ti...dak Ni..sa ja..ngan"
"Tapi Laura kau..."
Kulihat Laura menggelengkan kepalanya dan tersenyum menatapku, dia menggengham tanganku begitu erat.
"Assa..la..m..mualai..kum Zah"
"Walaikumsalam Laura" ucapku terisak.
"Allah menga..bulkan do..a ku" kulihat wajahnya tersenyum lebar.
"Laura jangan banyak bergerak, aku harus memanggil dokter"
"Ti..dak Zah, a..ku ta..k a..kan la..m..a, Zah, ma..a..fkan aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Apa ?
EspiritualCerita tentang seorang wanita bernama Sinta Az Zahra, seorang wanita dengan kekuatan hati yg luar biasa, dan yg selalu mempercayai takdir Allah.