Zahra pov
Aku menuju ke alamat yg diberikan kak Andri padaku, slama ini dia selalu mengirim email yg berisikan alamat dan mengatakan Rian bertemu dengan Laura, tapi skalipun aku tak pernah pergi ke tempat itu karna aku masih menunggu Rian yg akan mengatakan semuanya padaku, tapi sepertinya kali ini hatiku berkata bahwa aku benar benar harus melihat mereka, aku menggunakan cadar yg diberikan kak Andri padaku dan menaiki taksi karna aku tak ingin Rian melihatku.Aku sampai di alamat yg aku tuju, ternyata sebuah taman dan didepannya ada sebuah danau, aku melihat jam tanganku dan sudah pukul 2 tepat, aku mencari sekelilingku dan mataku tertuju pada wanita yg kulihat duduk sendiri, aku mengenalinya dan itu Laura, aku duduk tidak jauh darinya dan sepertinya dia tak melihatku.
Tak berapa lama aku menunggu, kulihat Rian datang menghampirinya dan aku masih bisa mendengar suara mereka.
"Sudah lama menunggu?"ucap Rian.
Kulihat mereka berpelukan sebentar, sungguh hatiku terasa teriris.
"Belum"
"Gimana keadaanmu?"
"Seperti yg kau lihat, bagaimana keadaanmu? Kau terlihat murung"
"Aku tak tau bagaimana mengatakan pada Zahra, aku takut dia membenciku"
"Maafkan aku Rian, kalau bukan karna perutku yg semakin membesar, aku juga tak ingin memaksamu, ini semua salahku, karna kehamilanku aku jadi seperti ini"
"Jangan menyalahkan dirimu, semua sudah terjadi dan kita juga sudah menikah meski hanya pernikahan sederhana"
Tubuhku seperti dihempaskan ke dasar laut yg sangat dalam, pertahananku runtuh begitu saja, mereka sudah menikah dan Laura sedang hamil, ya Allah apa ini, salah apa aku hingga mereka membuatku seperti ini.
Aku benar benar sudah tak sanggup lagi, aku pergi dari tempat itu, hatiku benar benar sangat hancur, ya Allah betapa sulitnya ujianmu kali ini, maafkan aku ya Allah.
Aku memasuki taksi yg tadi aku naiki dan aku menyuruhnya untuk menunggu, aku menyebutkan alamat rumah yg aku tempati bersama Rian, jika dia tak akan bicara padaku, maka aku yg akan bicara padanya.
Aku menangis selama berada di dalam taksi, mencoba menahan segala amarahku sebisa mungkin, meski air mataku terus menetes.
Sampaiku dirumah, aku langsung menuju ke taman belakang rumah, aku duduk di kursi taman dengan tubuh yg begitu lelah, aku membuka tasku dan mengeluarkan amplop coklat yg diberikan kak Andri tadi, aku membuka amplop itu pelan, isinya adalah sebuah kertas yg di print tentang kehidupan Laura dan juga Rian, dan ada foto foto mereka dulu sampai sekarang, tertulis tanggal difoto tersebut, aku mengambil satu kertas yg di print dan dikertas itu ditempelkan foto disebuah pemakaman, aku membaca tulisan kertas itu yg mengatakan bahwa orang tua Laura meninggal satu bulan yg lalu.
Dan satu foto yg membuat airmataku menetes lagi, foto pernikahan Laura dan Rian di sebuah kantor KUA, inikah jawaban dari kata kata kak Andri yg mengatakan aku benar benar harus menentukan, ya Allah betapa bodohnya aku slama ini, aku menikah untuk menyempurnakan separuh agamaku, namun kini pernikahan itu hancur.
"Sudah benci kah engkau padaku ya Allah, maafkan aku" aku semakin terisak, aku membuka cadarku yg terasa sudah basah karna air mataku.
"Zah kamu disini? Aku sudah cari kamu kemana mana tapi ternyata kamu disini" aku terkejut saat mendengar suara dari belakangku, itu Rian, aku berdiri dan berjalan kedepan agat dia tak mendekatiku dengan amplop coklat yg masih aku pegang erat, berharap emosiku tidak aku luapkan begitu saja, aku mengusap air mataku dan menahannya dengan sekuat tenagaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Apa ?
SpirituellesCerita tentang seorang wanita bernama Sinta Az Zahra, seorang wanita dengan kekuatan hati yg luar biasa, dan yg selalu mempercayai takdir Allah.