9. Red, Yellow, and Green

2.1K 107 2
                                    

Aku merasa sangat marah sesaat aku kembali ke New York. Aku berusaha menahan emosi ku, tapi entah kenapa aku tidak bisa menahannya. Zac benar-benar membuat ku marah. Dia menyalahkan ku atas kegagalannya meraih posisi pertama, dia mendapatkan posisi dua yang selisih sepersekian detik. Dia mengatakan kalau aku ada disana, dia pasti akan menang. Memang kalau dilihat dari sisi lain, apa yang Zac katakan adalah hal yang seharusnya menyenangkan hati, karena ia secara tidak langsung mengatakan aku semacam seseorang yang membawa keberuntungan untuknya, tapi aku tidak melihat kalimatnya dari sisi itu, aku melihatnya dari sisi lain, sisi yang melihat ia menyalahkan ku atas apa yang tidak aku lakukan. Jadi aku mendorongnya, aku tidak tahu darimana aku mendapat kekuatan untuk mendorongnya sampai ia terjatuh, tapi itulah yang aku lakukan. Setelah itu, aku meninggalkannya di aspal dengan ego yang terluka. Aku tahu pasti ia akan segera pulih dari keterkejutannya dan mengejar ku. Aku tidak begitu mengenalnya, tapi aku tahu ia bukanlah jenis orang yang akan membiarkan begitu saja saat egonya terluka, dia akan bangun dan menyerang penyerangnya agar jatuh ke posisi yang sama dengannya

"Emily!" Cengkramannya sangat kuat, aku rasa ia hampir meretakkan tulang ku

"Kau menyakiti ku, Zac" ucap ku tercekat dan tangannya langsung ditarik olehnya

"Kau tidak memiliki hak untuk marah" ucapnya dalam

"Kau menuduh ku akan hal yang tidak bisa ku kendalikan, tentu saja aku akan marah" balas ku berapi-api

"Kau seharusnya ada disana bersama ku, kita memiliki perjanjian" aku harus berpikir lurus

"Keluarga ku lebih penting, belum kah kau mengerti itu?" Balas ku melayangkan tangan ku ke udara. Zac terdiam "jadi sekarang kau memutuskan untuk diam?" Tanya ku sarkastis "luar biasa"

"Kau mengatakan kau ingin bebas dari keluarga mu" ia memulai "tapi sesaat mereka meminta mu kembali, kau langsung naik pesawat dan mendatangi mereka" lanjut Zac datar "make up your mind, Emily" tambahnya sambil menatap ku serius

"Itu bukan urusan mu" balas ku tidak tahu harus menjawab apa

"Jangan biarkan keluarga mu menguasai hidup mu kalau kau tidak menginginkannya" ucap Zac lalu berbalik meninggalkan ku.

Ugh! Apa sih sebenarnya masalah Zac?!

Walaupun aku memang kesal dengan Zac dan mungkin juga sebaliknya, aku masih membiarkan Zac mengantar ku pulang, itu sudah menjadi "tanggung jawab" dia setelah membawa ku pergi. Perjalanan kembali sangat sepi, bahkan radio pun tidak dinyalakan, Zac terlalu fokus ke jalanan dan aku terlalu fokus menetralkan kebencian ku padanya. Kebencian dilarang ada. Aku tidak ingin mengotori hati ku hanya karena masalah kecil yang sangat bodoh ini. Aku tidak ingin membenci siapapun, bahkan orang yang memang patut mendapat kebencian itu sekalipun.

"Emily" dia menangkap tangan ku saat aku akan turun dari mobil di depan asrama ku, dan entah kenapa, aku merasakan sesuatu di perut ku. Apa ini? "Aku minta maaf" aku terlalu terkejut dengan kalimatnya sampai tidak bisa berkata apapun "aku tahu kau marah pada ku, kau mungkin juga sudah membenci ku--"

"Aku tidak membenci mu" ucap ku sebelum ku sadari "aku tidak memiliki ruang untuk itu" tambah ku untuk menutupi diri ku yang terlalu jujur

"Itu urusan mu kalau kau ingin pulang saat keluarga mu memanggil" ucapnya menghela nafas

"Memang" balas ku.

Kenapa aku merasakan ini di perut ku? Aku belum pernah memegang tangan laki-laki seumuran ku, orang tua ku mengatakan sentuhan tangan bisa membawa ke hal-hal lain yang tidak diinginkan. Apakah ini rasanya? Rasanya sangat asing bagi ku. Aku membencinya tapi di saat yang sama aku juga menyukainya. Apa ini sebenarnya? Apakah ini hanya dengan Zac saja atau dengan semua laki-laki?

The Secret Life of The Innocent Daughter (The Secret Life Series #4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang