Because it's not always the ladies that matter, men are too. I'm all about equality right now. Just in the mood for one. So, enjoy the treat. You all deserve it.
-----------------------------------------Zac
Ethan sangat menyebalkan. Dia baru saja pulang dari tur Afghanistannya, dan sekarang ia terus memaksa ku untuk mengantarnya ke Guerra Razziale untuk menemui Vic. Aku tidak ingin pergi, tapi ia terus memaksa ku tanpa henti. Setelah mungkin percobaannya yang ke-5, aku pun menyerah dan memutuskan untuk mengantarkannya. Apapun yang bisa membuatnya berhenti mengeluh seperti wanita.
Melirik pada jam di dinding, aku sadar sekarang juga sudah dekat waktu untuk giliran ku membalap di aspal. Aku tidak sabar untuk itu, aku sangat membutuhkan pelepasan ku. Membalap adalah satu-satunya yang bisa menjadi pelepasan ku, aku memiliki yang lain, tapi aku menghindarinya. Hal itu membawa memori buruk. Tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi lagi. Aku kehilangan terlalu banyak karenanya. Tidak lagi.
Saat Ethan berada di dekat ku, entah kenapa aku seperti bisa merasakan apa yang ia rasakan, aku tidak percaya dengan omong kosong ikatan anak kembar itu, aku dan Ethan mungkin memang lahir hanya dalam jarak beberapa menit dan kita memiliki wajah yang sama, tapi kita jelas sekali bukan anak kembar, dia adalah putra idaman dan aku lah yang tidak diinginkan. Mungkin itu alasan ku mengapa aku memilih untuk pergi menjauh sesaat Ethan menemui Vic, aku bisa merasakan perasaannya, aku membenci hal itu. Aku membencinya karena aku tidak bisa memilikinya, dan semua itu karena ketololan dan kekeraskepalaan ku. Aku tidak ingin menghancurkan itu untuk Ethan. Sudah cukup ia memiliki ku sebagai saudara kembarnya. Jadi aku pergi sejauh mungkin sampai aku tidak lagi merasakan apa yang Ethan rasakan dan mengurusi mobil ku dengan Harry dan Thor.
Menit berlalu, dan sudah sudah saatnya kita pergi kalau aku ingin sampai di tempat balapan sebelum mereka melewati giliran ku. Tidak ada yang mengalahkan ku, dan tidak muncul di saat yang ditentukan akan membuat ku otomatis kalah.
Aku baru saja berbalik dan berencana untuk memanggil mereka saat aku melihat Sean yang diikuti oleh grup kecil kami lalu di paling belakang Ethan, Vic, dan sebuah wajah baru, sedang berjalan ke arah ku. Tunggu, kembali, wajah baru? Siapa nama dia tadi Vic katakan... Emily. Ya, sepertinya itu namanya.
Saat mereka semua sudah cukup dekat, untuk pertama kalinya aku melihat jelas wajah gadis bernama Emily ini, dan di saat itu juga, aku ada perasaan kalau gadis satu ini akan membawa masalah untuk ku. Kalau itu sudah pernah terjadi sebelumnya, aku yakin dunia ini tidak akan cukup baik untuk tidak memberikan ulangan pahit untuk ku. Semoga saja akan berbeda.
Tuduhan ku terhadap dunia terbukti nyata saat Ethan memberi tahu ku kalau Emily akan berada di mobil ku, aku harus berpura-pura tak mengenalnya agar aku tidak membuatnya berpikir macam-macam. Lalu masa lalu kembali terulang. Aku tahu secara fakta, kalau gadis bernama Emily ini melihat ku sebagai pria terakhir yang akan ia biarkan dekat dengannya, dan aku sungguh berharap, dia kuat akan pendiriannya. Karena jika tidak, aku lah yang akan berakhir hancur, bukan dia, dan aku akan membiarkannya. Percayalah.
☄☄
Ini ketiga kalinya minggu ini. Aku tidak bisa tidur nyenyak, dia datang lagi dalam mimpi ku. Aku tahu ia tidak menyalahkan ku, tapi rasa bersalah itu ada disana, aku terus terbangun di tengah malam, bahkan setelah teman sekamar ku memberikan obat tidurnya. Sepertinya aku akan membutuhkan yang lebih kuat dari obat tidur resepnya.
Ini sungguh menguasai diri ku, ini semua harus berhenti. Dia sudah mengatakan kalau ia memaafkan ku, kenapa aku terus masih tetap merasa bersalah? Kalau ini terus berlanjut, aku akan berakhir di rumah sakit jiwa.
☄☄
Aku sedang tengah-tengah kelas saat sebuah pemikiran terbesit di kepala ku. Mungkin dia bisa membantu, mungkin ia bisa merendahkan frekuensi kedatangannya, mungkin itulah yang aku butuhkan. Aku menyerahkan segalanya pada mu dunia, kalau ini yang kau maksudkan, ini akan menjadi mudah.
Dan mudah lah yang ku dapat. Aku menemukan Emily tanpa harus mencarinya. Aku sudah menggali otak ku dalam perjalanan kemari, mencari alasan yang bajingan tetapi masuk akal untuk ku utarakan padanya untuk mendukung permintaan ku padanya. Aku tidak menyangka Emily akan semudah itu menerima, aku berpikir akan ada lebih banyak perlawanan. Mungkinkah aku salah membaca dirinya?
Aku memberitahu Emily kalau aku akan datang jam 6 untuk menjemputnya, tapi aku sudah menunggunya sejak setengah jam sebelumnya. Aku melihat Ethan menjemput Vic, dia datang beberapa menit sebelum jam 6 dan menunggu beberapa saat sebelum aku melihat Vic keluar gedung asrama dan memasuki mobil Ethan. Jadi saat ini Emily sendirian di kamarnya. Hmm..
Mungkin aku harus berhati-hati dengan apa yang aku inginkan. Aku mengharapkan sebuah perlawanan dari Emily, dan sekarang aku mendapatkannya, aku sampai di kamarnya dan menemukan ia belum siap, bahkan aku yakin ia tidak berencana untuk pernah siap. Dia memakai pakaian tidur! Dia memang tidak ingin pergi, dan untuk sebuah alasan, emosi ku terpancing tiba-tiba saat seharusnya itu bukan masalah besar. Aku tidak tahu apa yang salah dengan ku. Aku menyumpahi diri ku setelah meninggalkan gedung apartemen. Sangat bodoh, aku ingin ia membantu ku, ia tidak bisa membantu ku kalau ia memusuhi ku. Aku harus meminta maaf padanya.
Saat ini, menenggelamkan diri ku dalam minuman sangat menggoda, tapi aku tahu itu kemungkinan bukan ide yang bagus kalau aku ingin mendapatkan maafnya. Jadi aku menahan diri ku. Aku sudah memberi tahu Vic untuk mengambil tempat ku, menggantikan posisi ku, aku tahu ia tidak akan mengecewakan ku, Vic adalah pengemudi yang handal.
Jadi aku kembali lagi malam itu ke asramanya, aku tahu seharusnya aku menunggu sampai pagi, tapi pengalaman mengatakan aku tidak seharusnya menunggu untuk meminta maaf. Caranya merespon permintaan maaf ku mengingatkan ku padanya. Sepertinya aku dikutuk karena apa yang aku lakukan dulu.
☄☄
Aku sudah menerima kalau aku tidak mendapatkan maafnya, tapi jujur saja, aku berharap itulah yang terjadi disini, Emily tidak memaafkan ku berarti berkuranglah satu permasalahan yang harus aku tunggu di masa depan. Sayangnya aku tidak seberuntung itu, karena Emily terlalu baik untuk itu. Dia memaafkan ku. Dia terlalu baik. Aku harap ia memiliki hati yang kuat.
"Besok bukan hari sekolah" ucap ku pada Emily. Setiap hari selalu ada balapan, dan aku bisa bergabung dengan kapan pun aku mau, dan mereka tidak akan melarang ku "kau tidak ada lagi alasan mengatakan tidak"
Untuk sesaat ia terdiam "okay"
"Tidak ada permainan lagi, kau akan ikut dengan ku saat ku jemput nanti" ucap ku memastikan
"Ya, Zac" ucapnya menghela nafas "tak perlu khawatir, aku akan siap kali ini" She better be.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Life of The Innocent Daughter (The Secret Life Series #4)
ChickLitDi dunia ini, mempertahankan kepolosan bukanlah hal yang mudah, banyak godaan dan gangguan yang datang silih berganti. Namun, ada satu hal yang bisa membantu mempertahankannya, yaitu iman yang kuat. Hati yang teguh saja tidak cukup, karena kadang, h...