16. A Grand Gesture

1.6K 93 6
                                    

Langit hari ini terlihat mendung, mengingatkan ku pada badai yang akan datang saat di South Dakota, kita semua harus berlindung di bunker, waktu yang menyenangkan. Tapi ini New York, tidak ada badai semacam itu di sini, hanya ada hujan lebat, yang aku yakin itulah yang akan terjadi saat ini.

Saat aku keluar dari kamar mandi, tebakan ku benar. Hujan badai telah mengisi suasana. Dengan kondisi seperti ini, aku tidak yakin aku bisa selamat sampai kampus dengan kering. Semua pakaian ku akan basah kuyup dan aku sampai di kampus dengan percuma karena jelas sekali, aku tidak akan masuk kelas dengan pakaian basah. Itu sangat memalukan. Aku dilema antara memaksa berangkat atau tinggal di asrama saja.

"Ku tebak kita tidak berangkat ke kampus hari ini?" Ucap Vic mengejutkan ku. Dia masih tertidur sesaat yang lalu

"Di luar hujan badai" ucap ku menyatakan yang sudah jelas

Menguap, Vic mengatakan "sungguh aku tidak mengerti bagaimana jam tubuh mu bekerja, kau semalam begadang, tetapi kau masih bisa bangun normal. Aku merasa seperti zombie"

"Itu karena semalam aku tidak minum alkohol" ucap ku santai.

Semalam adalah pesta kejutan ulang tahun Zac, ternyata dia memang lebih tua dari ku, walau hanya beberapa bulan. Vic yang merencanakan semuanya, dimulai dari dirinya menyelinap ke dalam kamar asramanya dan aku berjaga diluar yang hampir gagal saat Zac menemukan ku terduduk di kursi depan asramanya sedang lengah, sampai janjian dengan pub langganan Zac yang bernama Blacktable, pub yang sama yang ku datangi waktu itu. Pesta kejutannya bisa dibilang hampir gagal saat Zac melihat kita semua disana dan berbalik pergi meninggalkan Blacktable tanpa kata-kata. Aku harus kurang lebih mengejarnya ke seberang jalan dan menariknya kembali. Bukan hal yang mudah saat orang itu adalah seseorang yang sangat sungguh benar-benar membenci kejutan, apalagi kejutan di hari ulang tahunnya. Tapi akhirnya, aku berhasil membujuk Zac untuk kembali ke Blacktable dan menghargai usaha yang telah temannya lakukan untuknya. Semuanya berakhir dengan hampir semua yang hadir mabuk berat, meninggalkan ku menjadi satu-satunya yang sadar. Sungguh beruntung Zac telah mengajari ku mengemudi, karena jika tidak, mereka semua harus menerima tidur di dalam Blacktable malam kemarin.

"Aku tidak semabuk itu" eluh Vic mengerang

"Yeah, aku percaya pada mu" balas ku tertawa. Vic jelas "tidak" semabuk itu, karena hampir melepas pakaian di dalam mobil penuh pria menuju lahan parkir asrama ku adalah gambaran dari "tidak" semabuk itu.

"Aku akan tidur lagi, bangunkan aku jam 9" ucapnya menarik selimut menutupi kepalanya

Sambil bersantai di kasur ku, aku membiarkan pikiran ku melayang ke tempat lain, lebih tepatnya melayang ke malam dimana Zac melakukan pengakuan di hadapan ku. Itu sungguh sangat tidak terduga. Aku harus memaksa diri ku saat itu untuk tetap tenang dan berpura-pura bodoh saat sebenarnya jantung ku berdetak tak beraturan dan aku ingin melompat-lompat seperti anak kecil yang mendapat hadiah yang diinginkannya di hari Natal.

Zac menyukai ku, dan tidak hanya sebagai teman, aku tidak bisa lebih bahagia dari saat itu saat aku mendengarnya hampir menjelaskan maksudnya yang sebenarnya sudah ku mengerti tanpa perlu ia jelaskan sekali pun. Entah kenapa, aku bahkan tidak perduli kalau sebenarnya ia adalah seorang aktor andal dan hanya mempermainkan ku, bayangan seorang Zac menyukai ku kembali membuat semua keraguan ku tentangnya runtuh. Aku membiarkan hati ku menjadi rentan dengan harapan seperti ini, aku tahu, aku mengambil keputusan buta. Tapi aku ingin hidup, dan mengambil risiko adalah salah satu cara itu. Aku memberikannya sebuah kesempatan untuk menghancurkan hati ku kalau semua ini ternyata hanya lelucon kacau yang Zac lakukan. Aku siap.

Aku tidak percaya aku jatuh tertidur saat sedang memikirkan Zac dan hari-hari yang ku habiskan bersamanya. Aku melewatkan jam 9, tapi jelas sekali Vic tidak, karena saat aku bangun, ia tidak ada disana dan kasurnya sudah rapi. Vic tidak pernah merapikan kasurnya sebelum rapi berpakaian dan akan pergi, aku tahu rutinitasnya.

The Secret Life of The Innocent Daughter (The Secret Life Series #4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang