15. Loud Beating

1.6K 94 1
                                    

Zac

Its out in the open.

Aku sudah memberitahunya dan sekarang ia tahu. Apa aku salah kalau aku mengatakan aku takut dengan bagaimana responnya? Kita membicarakan Emily, satu orang gadis yang tidak pernah bisa ku tebak.

Its Dara all over again.

Hanya saja, kali ini berbeda, Emily berbeda. Dengannya, semuanya terjadi sangat cepat. Jauh lebih cepat dari dia, dan setiap detik yang berlalu, pengaruhnya pada ku semakin kuat.

Aku tidak berencana untuk mengutarakan secepat ini, aku berpikir akan menundanya beberapa minggu lagi, tapi apa yang ia lakukan di trek tadi membuat ku tidak lagi bisa menahannya. Aku harus memberi tahunya.

Aku tahu aku salah untuknya, tapi dari caranya memeluk ku tanpa ku duga, rasanya sangat sempurna dan pas. Mungkin sedikit diri ku ada yang pantas, mungkin aku tidak sepenuhnya buruk. Aku suka memilikinya di sisi ku, terutama dalam pelukan ku, aku bisa saja bertahan dalam posisi itu selamanya selama ia berada di sana dalam pelukan ku. Sungguh menyedihkannya hal itu, apalagi kalau ia tidak merasakan yang sama.

"Aku juga sepertinya mulai menyukai mu, Zac" ucapnya polos. Ia tidak mengerti maksud kalimat ku.

"Itu bukan yang ku maksud" aku menggeleng "aku menyukai mu seperti aku ingin mencium mu sampai kehabisan nafas lalu menggotong mu di bahu ku dan--"

"Okay, aku mengerti maksud mu" aku suka melihatnya memerah, sangat polos "aku tidak perlu gambaran eksplisit" gumamnya menggeleng "sebaiknya aku memasuki gedung asrama" ucapnya menoleh ke pintu asramanya

"Ya" ucap ku menunduk dan melepas tangannya "terima kasih untuk sore ini"

"Kau mencuri kalimat ku" ucapnya, saat aku mengadah untuk menatapnya, aku melihatnya sedang tersenyum ringan. Dia memang sangat cantik, aku tidak berbohong saat aku mengatakannya di garasi. "Okay, night, Zac" ucapnya lalu berjalan pergi.

Menarik nafas dalam dan membuangnya dengan keras, aku membawa diri ku ke kursi pengemudi.

Emily memang benar saat mengatakan ada pesta setelah balapan, aku sungguh sangat ingin mengajaknya, tapi aku menahan diri ku.

Aku ingat Emily bertanya pada ku malam itu, mengapa aku berusaha mengkorupsinya? Dan saat itu aku tidak menjawabnya, hanya karena aku tidak ingin ia mendengar jawaban serakah ku. Aku melakukan itu karena aku ingin membuat diri ku pantas, aku merasa dengan melakukan itu, setidaknya ia bisa turun sedikit untuk ku bisa meraihnya. Sayangnya, aku salah, aku menemukan ternyata itu tidak ada gunanya, karena ia memang sudah terlalu tinggi untuk ku untuk bisa ku raih pada awalnya. Tapi itu tidak menghentikan perasaan ku yang makin besar.

Malam itu, adalah malam paling indah yang pernah ku jalani. Memiliki dia di sisi ku, menggenggam tangannya, memeluknya, berada di dekatnya, mendengarnya tertawa lepas, melihat senyumnya, perubahan ekspesinya, semuanya indah. Tapi yang paling ku suka adalah saat kita di kolam renang.

Lampu kolam renang membuatnya terlihat sangat cantik seperti malaikat, dia sangat kuat tekad, sama sekali tidak tergoda dengan air dalam kolam, dia tetap disana, di pinggir kolam, dengan kaki yang ia celupkan di air. Saat itu, aku sungguh ingin menariknya ke arah ku dan menciumnya, tapi aku tidak melakukan itu, memiliki dia di sekitar ku sudah jauh lebih baik daripada aku mengikuti ego ku dan malah mendorongnya menjauh. Tapi semua itu terbayar saat ia membiarkan ku di dekatnya sampai matahari terbit. Dia terasa sangat sempurna untuk ku.

☄☄

Aku merasa belum puas dengan perkataan ku semalam dengannya, atau mungkin aku hanya mencari alasan untuk menemuinya. Aku ingin menemuinya, tapi rencana ku hari ini kacau hanya karena satu dosen yang memundurkan jadwal. Aku kurang lebih dengan senang hati meninggalkan kelas, tapi ini adalah salah satu mata kuliah wajib, jadi tidak bisa asal tinggalkan. Saat kelas selesai, aku cukup yakin aku sudah kehilangan jeda waktu ku. Menghitung perjalanan kesana dan perkiraan jam kelasnya, aku tidak melihat kesempatan disana.

Ini buruk. Aku tidak bisa terobsesi dengan satu gadis. Sangat buruk. Aku harus mengalihkan pikiran ku. Obsesi bukanlah diri ku. Ya, memang terjadi dengan Dara, tapi aku tidak akan membiarkannya lagi, satu sudah cukup, sungguh aku bisa mati kalau itu terjadi lagi. Tidak ada hal yang baik datang dari obsesi ku, karena aku akan terlalu serakah untuk peduli. Tidak akan lagi.

☄☄

Aku hampir melewati dirinya yang sedang terduduk di depan asrama ku. Apa yang ia lakukan di sini?

"Emily" panggil ku. Saat ia menoleh, terlihat jelas sekali kalau ia tidak berpikir akan bertemu dengan ku, yang menurut ku konyol sejak dia duduk di bangku taman depan gedung asrama ku. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya ku mendekatinya.

"Aku tidak seharusnya memberitahu mu" ucapnya pelan. Dia terlihat sangat manis saat gugup

"Well, sejak kau mengatakan itu, sekarang aku jadi semakin tertarik untuk tahu" ucap ku mengambil duduk di sisinya, tapi sungguh mengecewakan saat ia bergeser menjauhi ku. Apa pengakuan ku membuatnya menjadi menjauh?

"Aku tidak seharusnya memberitahu mu" ulangnya lagi, kali ini lebih tegas

"Hmm... Terserah kau" ucap ku berdiri dari kursi dan bergerak menuju pintu

"Kau pulang lebih cepat" ucapnya menghalangi jalan ku... Mencurigakan.

"Darimana kau tahu jam berapa aku biasanya pulang?" Tanya ku menyipitkan mata

"Aku menebak dari jam-jam biasa kau menghubungi ku untuk balapan" ternyata Emily lebih cerdik dalam bidang berbohong daripada yang ku kira... Karena saat ini ia sedang berbohong, aku tahu

"Kenapa kau berbohong? Apa yang kau sembunyikan?" Aku memojokkannya, membuatnya kembali terduduk di kursi

"Berhenti mengintimidasinya, Zac, dia sedang melindungi ku" Vic... Tentu saja. Selain Abigail, dia satu-satunya teman Emily. Kenapa aku tidak menebak itu lebih cepat..

"Apa yang kau rencanakan?" Aku mundur dari Emily untuk mendatangi Vic

"Tidak ada" balasnya datar

"Dengan kau, pasti selalu ada yang kau rencanakan" aku sudah mengenalnya cukup lama untuk menebak gelagatnya, juga, ia sudah bersama Ethan sejak ia masih awal tugas militernya. Sangat manis mereka bisa bertahan sampai di titik ini mengingat bagaimana awal mereka saling mengenal karena sebuah surat acak yang dikirim untuk para marinir yang bertugas. Ethan yang beruntung.

"Kau benar, tapi aku tidak akan memberitahu mu, ini sebuah kejutan" ucap Vic menepuk bahu ku "ayo, Emily, kita lanjutkan rencananya" dengan panggilan Vic, Emily berjalan melewati ku tanpa kata-kata.

Mungkin aku sungguh menghancurkan apapun yang ada dengan pengakuan ku.

☄☄

Aku harus berhenti memikirkannya, jadi aku mendatangi Blacktable, itu adalah satu-satunya tempat yang bisa benar-benar mengalihkan ku. Disana ada meja pool, alkohol, dan orang-orang tolol yang dengan mudah bertaruh uang. Kalau ini adalah hari normal, para wanitanya juga akan aku ikutkan dalam pertimbangan, tapi tidak kali ini.

Saat aku sampai, Blacktable entah kenapa terlalu sepi untuk hari normal, kalau tempat ini sepi, itu bukanlah pertanda baik, karena keramaian adalah yang ku andalkan. Semakin ramai semakin baik, karena dengan itu, semakin banyak taruhan yang diberikan. Apa aku melewatkan pengumuman atau sesuatu disini?

Mendorong pintu masuk, aku dikejutkan dengan banyak orang berteriak "happy birthday". Sungguh, sangat, tidak bisa dipercaya. Dari semua tempat yang ada, mereka harus melakukannya di sini?! Kenapa mereka harus menghancurkan citra tempat aman ku dengan membuat kejutan untuk ku disini?! Argh! Aku sungguh ingin meninju seseorang saat ini. Terlalu banyak amarah yang muncul entah darimana di dalam diri ku, aku harus melepaskannya dengan suatu cara.

Berbalik dari para pengejut ku, aku kembali keluar dari pintu Blacktable.

The Secret Life of The Innocent Daughter (The Secret Life Series #4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang