8. Loud Noises of Echo

2.2K 104 1
                                    

Surprise!! It's been a long time since I'm doing a double update!!
Let's just say, I'm in a happy mood to write yeah.. 😉
---------------------------------------------------

Aku tidak mendengar sepatah kata pun dari Zac setelah hari itu. Dia memiliki nomor ku dan juga sebaliknya, dia bisa menghubungi ku kapan pun, lagipula bukankah aku masih berhutang 1 hari sekolah ku padanya? Ini sudah satu minggu, tapi ia belum juga menghubungi ku. Haruskah aku yang menghubunginya? Menunjukkan kalau aku tidak main-main saat aku berjanji untuk melakukan sesuatu? Atau apakah itu akan membuat ku menjadi seseorang yang manja? Huh, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Dua hari kemudian, aku menemukan alasan Zac tidak menghubungi ku, ternyata, dia terlibat dalam perkelahian, cukup parah dari yang Victoria katakan saat aku bertanya padanya, dia tidak memberitahu ku kapan dan dimana tepatnya perkelahian ini terjadi, tapi kapan pun itu, sampai saat ini Zac masih memulihkan diri. Aku jadi penasaran seberapa parah tepatnya injurinya ini...

"Well, Emily, sangat mengejutkan kau ada disini" disini yang ia maksud adalah kamar asramanya, ya, aku akhirnya datang kemari untuk memenuhi rasa penasaran ku "bagaimana bisa kau selalu muncul saat aku tidak mengharapkan mu?" Lanjutnya penasaran

"Aku dengar kau terlibat perkelahian, Zac" ucap ku datar

"Apa itu kekhawatiran dalam nada mu, munchkin?" Tanyanya menyeringai.

Sungguh aku tidak mengerti kenapa ia harus bertelanjang dada, tidak seperti aku tergoda dengan dosa duniawi di hadapan ku ini, aku rasa iman ku sudah cukup kuat untuk tidak dapat digoyahkan hanya dengan sedikit godaan sepertinya. Tapi, itu tidak menutup kemungkinan diri ku menganggap Zac memiliki tubuh yang menarik. Aku masih manusia, dan wanita normal.

"Kenapa tidak kau masuk?" Tanyanya membukakan pintu lebih lebar, menyandarkan tubuhnya di pintu, pergerakannya membuat otot-ototnya bergerak menggoda.

Oh tidak, tidak menggoda, tidak sama sekali. Oh aku harus mensucikan diri kembali. Ini sudah terlalu banyak dosa tertumpuk. Aku harus meminta maaf pada Tuhan untuk semua pikiran kotor ini.

"Tidak, aku baik-baik saja disini" ucap ku menggeleng "aku sudah mendapatkan jawaban untuk alasan ku kemari"

"Dan alasan apakah itu? Aku penasaran" ia bersedekap sambil memiringkan kepalanya

"Kalau kau masih hidup, yang ternyata masih" balas ku menujuknya

"Apa kau berharap menemukan aku mati?" Aku terdiam, apa aku berharap itu? Sebelum aku dapat merespon, dia sudah menyimpulkan kesunyian ku "ouch. Kau sungguh mengarapakan aku mati?" Ia menatap ku sambil meremas dadanya seolah ia sakit hati

"Tidak" balas ku membela diri

"Tentu saja tidak, hidup mu membosankan tanpa ku" balasnya menyeringai sok

"Suatu hari, kepercayaan diri mu akan membunuh mu" ucap ku datar

"Aku akan memastikan hari itu tidak akan pernah datang" balasnya ringan

"Hanya Tuhan yang tahu" balas ku menggeleng "jangan mendahului takdir" dia tidak merespon, ia hanya tersenyum pada ku. Aneh "kenapa kau tersenyum"

"Kau seorang gadis polos gereja, huh?" Ucapnya menatap ku miring

"Memang kenapa kalau iya? Jangan katakan kau memiliki masalah dengan itu" ucap ku difensif menyilangkan tangan ku di depan dada ku

"Aku tidak memiliki masalah apapun. Hanya saja aku belum pernah melihat jenis mu di luar plot film, dan kau tahu bagaimana itu berakhir" ucapnya tertawa kecil "aku penasaran bagaimana ini akan berakhir" lanjutnya menggumam

The Secret Life of The Innocent Daughter (The Secret Life Series #4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang