(Tanaya POV)
Hei! Kenalin gue Tanaya Rahima Ganindra. Gue adalah sahabatnya Kirana. Well, gue kenal Kirana sejak gue masih di bangku TK. Sampai saat ini pun, gue masih sibuk satu sekolah dengan dia. Ya, walaupun gak pernah satu kelas sih. Oh ya! Gue itu anak ke 2 dari 2 bersaudara. Gue punya kakak namanya Abimana Rizqi Ganindra. Saat ini kakak gue lagi menempuh pendidikannya di Universitas Modigarta di Surabaya. Ia mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Ia seumuran dengan mas Nizar, kakaknya Kirana. Karena bang Abi memilih kuliah di luar kota, tinggallah gue bertiga di rumah dengan Papa-Mama yang kesehariannya hanya sibuk kerja. Kalaupun ada waktu luang, itu hanya di hari Minggu. Berbeda dengan Ayah-Ibunya Kirana. Papa adalah salah satu Eksekutif Manajer di kantor perusahaan asing, sedangkan mama adalah seorang Konsultan tersohor di Indonesia. Sebenernya gak bertiga juga sih, ada bi Minah yang setia banget di rumah ini dari zaman bang Abi bayi sampai saat ini.
Gue gak tau kenapa gue bisa sahabatan sama Kirana, padahal ya, sifat gue dan dia berbeda jauh banget! Tapi ada kesamaan sih antara gue dan dia. Gue sama Kirana sering banget ngabisin waktu bareng-bareng. Kadang gue yang ke rumahnya, kadang dia yang ke rumah gue. Bisa di bilang dia adalah sahabat terbaik yang gue punya. Saat gue ada masalah, tanpa di minta di sudah tau apa yang harus dilakuin. Tapi, gue? Lebih sering gue gak ngerti bagaimana cara menghadapi Kirana karena dia adalah tipe orang yang memendam sesuatu di dirinya sendiri.
Pernah suatu ketika, gue liat dia nangis di taman belakang sekolah waktu SMP.
"Kir, lo kenapa? Kok lo ada masalah gak bilang sama gue?" tanya gue lembut.
"gue gak tau gimana harus bilangnya. Gue bingung Nay." Ucap Kirana lirih.
"yaudah sabar ya gue ada di samping lo kok." Ucapnya sambil mengembangkan senyum lebar. Dan setelah kejadian itu, gue gak pernah liat yang namanya Kirana nangis lagi.
Berbeda lagi dari Kirana, gue sudah pernah merasakan yang namanya pacaran sejak SMP. Sampai suatu ketika
"Nay, bukannya gue mau fitnah atau apapun itu ya, tapi tadi gue liat dengan mata gue sendiri kalau cowo lo nikung sama temen sekelas lo." Ucap Kirana agak ragu.
"maksud lo sama siapa??" tanyanya.
"Firda." Jawab Kirana yang sontak membuat mat ague terbelalak.
"berarti bener firasat gue, Kir. Terus gue harus gimana dong?"
"ya udah putusin aja sih. Lagipula gue dari awal kan udah bilang sama lo kalo Dino bukan cowo yang baik yang gak pantes buat dapetin cewe kaya lo." Ucap Kirana meyakinkan.
Din, gue mau bilang sama lo, gue minta putus dari lo.
To: Dino
loh? Knp? Kok tiba2 gini sih?
From: Dino
Gpp. Gue bosen aja liat lo srg b2an sama Firda, jgn pikir gue gatau semuanya. Mksh buat waktu lo slm ini ya!
Tak ada balasan dari Dino. Mungkin memang benar selama ini ia membohongi gue. Ya, itu sepintas masalah gue dengan pacar pertama gue- Dino. Setelah kejadian itu, gue mengikuti saran Kirana untuk tidak berpacaran sampai nanti saatnya ada cowo yang memang benar-benar bisa membuat gue nyaman dengan sikap dan tutur katanya.
Oh iya! Hari ini adalah hari pertama gue menjadi siswi SMA. Like before, gue satu sekolah sama Kirana. Yup! Nama gue udah di pampang dengan beberapa nama lain yang gue gak kenal. Gue dan Kirana gak sekelas, udah hal yang biasa. Sepulang sekolah, gue mengirimkan pesan kepada Kirana.
Gue ke rumah ya Kir!
To: Kiranaku
Iya sini langsung ke kamar aja.
From: Kiranaku
Selang beberapa menit, gue mengetuk pintu kamar Kirana.
"masuk aja gausah pake ketok pintu segala" ujar Kirana.
"hehe tau aja lo. Eh, eh, lo tau gak? Di kelas gue ada cowo sumpah keren bingo! Namanya Agham Latanza Wiraatmadi. Panggilannya Agham. Sumpah tuh cowo keren banget Kir! You must see him baby!" ucap gue membuka pembicaraan.
"let's see tomorrow." Balas Kirana yang selanjutnya sibuk membukalembar demi lembar novel yang sedang ia baca, sedangkan gue sibuk denganangan-angan gue sendiri membayangkan Agham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Terakhir
Teen FictionKirana, sahabat terbaik Tanaya harus mendapat cobaan-yang cukup- berat. Segala cara ia lakukan demi sahabatnya tersebut tanpa kenal kata menyerah. Akan tetapi, takdir berkata lain. Keadaan kini berbalik kepada Tanaya. Apa yang harus diperbuat Tanaya...