Bagian Tiga Belas

31 1 0
                                        

(Mario PoV)

Udah hampir setahun gue melihat sahabat gue mencoba untuk melupakan mantannya, Anggita. Di satu sisi, gue ngerasa gue gak berguna banget sebagai sahabat yang gak pernah ngebantu dia lepas dari masalah itu. Tapi di sisi lain, gue ngerasa kalau gue bantu yang ada dia malah makin terpuruk mengingat mantannya itu.

Oh iya, gue lupa. Gue Mario Prasetya Arion. Gue adalah sahabat Agham sejak SD. Gue dan dia hampir tak pernah di pisahkan. Oke, bisa di bilang gue sedikit lebay. Gue pernah dipisahin sama Agham waktu SMP. Dan tau rasanya saat dipisah dengan orang yang dekat dengan kita? Gak enak! Itu yang gue rasain.

Well, balik lagi ke Agham. Semenjak MOS, dia ketemu sama yang namanya Kirana. Gue udah lumayan banyak tahu tentang cewe itu. Tapi gue gak pernah mau buat ngasih tau Agham. If you ask why, I just can say, I don't want see Agham remember about Anggita. Dia udah terlalu nyakitin Agham dengan memutuskannya secara sepihak dengan alasan pindah ke Jayapura. Menurut gue, itu alesan paling gak masuk akal. Kenapa? Mereka bisa LDR-an. Banyak aplikasi yang tetap menjaga hubungan mereka. Tapi apa? Anggita tetap gak mau.

Sebenarnya, alesan lain gue gak mau kasih tau adalah, gue juga suka sama dia. Tapi saat hari trerakhir MOS, gue dipasangkan dengan sahabatnya Kirana yang tak lain adalah teman sekelas gue juga. Ya, dia Tanaya. Gue rasa gue lebih nyaman dengan Tanaya, walaupun gue belum terlalu dekat dengan Tanaya.

Mungkin kalian bingung kenapa gue tahu banget tentang Tanaya. Ya, gue dapet info itu dari bokap gue. Bokap gue adalah salah satu rekan kerja dari bokapnya Tanaya. Sedangkan Kirana, gue tahu dari nyokap gue. Nyokap gue adalah salah satu pelanggan setia nyokapnya Kirana. Sering banget mereka bertemu walaupun gue gak pernah langsung berbicara dengan Kirana.

Pagi ini, gue nangkep Agham lagi memperhatikan Kirana. Setelah beberapa saat

"woy! Ngapain lo!" ucap gue kepada Agham.

"ah? Gak ngapa-ngapain." Jawabnya sambil tetap memperhatikan Kirana yang kini telah bersama sahabatnya, Tanaya.

"eh, itu yang pake tas biru sekelas gak sih sama kita?" tanyamya.

"iya. Namanya Tanaya. Anak tajir coy!"

"kalo yang disampingnya? Lo kenal?" tanyanya sehingga mengalihkan perhatian gue dari Tanaya.

"dia sohibnya Tanaya. Namanya Kirana. Anak tajir juga." Jawab Mario santai sambil berjalan melangkah ke kelas.

"lo tau info dari siapa?"

"yealeh. Seangkatan kita rata-rata naksir dua sohib itu bos! Sama-sama cantik, sama-sama tajir, sama-sama multitalenta. So siapa yang gak mau sama cewe kaya gitu? Perfecto!" jawab gue dengan lantang.

"yayaya, terserah lo aja deh." Ujarnya dengan tampang malas lalu berlalu meninggalkan gue.

Jam istirahat berbunyi. Gue menepuk pundak Agham untuk mengajaknya ke kantin.

"lo ga ke kantin Gham?" tanya gue yang mungkin membuyarkan lamunannya.

"gak lah. Lo aja. Males gue."

"kenapa? Males ngurusin yang tiba-tiba pingsan gara-gara ngeliat lo? Haha" jawab gue sambil terbahak.

"sial! Gak lah gue lagi males aja." Jawabnya sambil memainkan permainan di HPnya.

"eh, lo gak naksir sama Tanaya yang duduk di meja samping lo?"

"gak. Gue naksir sama sohibnya." Jawabnya santai sambil memainkan permainan di HP.

"Kirana? Anjir! Selera lo tinggi juga cuk!" jawab gue dengan mata terbelalak mendengar jawaban Agham.

"emang kenapa? Kemaren gue dipasangin sama dia, dan gila! Dia seperti apa yang gue bayangin!" jawab Agham excited.

"maksud lo?" dengan tatapan sedikit bingung dari gue.

"dia cantik, tajir, tapi sumpah cuek abis! Dan dia gak suka jadi pusat perhatian. Ya lo tau lah cewe yang merhatiin gue banyak. Padahal sih cowo yang merhatiin dia juga banyak. Tapi entah dia pura-pura atau emang beneran gak engeh." Ujarnya dengan semangat.

"ah dasar gila lo kalo udah jatuh cinta. Dulu sama Anggita lo juga gini." Balas gue yang membuat Agham terdiam sesaat.

"woy! Kenapa jadi bengong gini lo? Gagal move on?"

"hah? Engga. Eh udah sono lo ke kantin. Keburu bel gue yang di salahin lagi."

"yaudah gue cabut ke kantin ye. Mau nitip gak?"

"titip salam buat Kirana aja kalau ketemu." Ucap Agham dengan nada meyakinkan.

Berlalu lah gue ke kantin. Sebelum bel istirahat selesai, gue sudah melangkahkan kaki kembali ke kelas. Akan tetapi, gue melewati kelas Kirana dan melihatnya baru memasuki kelas.

"KIRANA! Dapet salam. Dari Agham." Teriakkan gue berhasil membuat Kirana menengok ke arah gue.

"hah? Agham?"

"iya Agham. Udah ya gue cuma mau nyampein itu aja." Ucap gue dan berlalu meninggalkan kelasnya.

"LO SIAPA?!" teriaknya memanggil gue. Tapi panggilan itu gue hiraukan begitu saja.

Setibanya gue di kelas, langsung menuju meja dan berbicara kepada Agham.

"heh, tadi gue udah sampein salam lo buat doi"

"maksud lo?" tanyanya bingung.

"iya, tadi gue lewat kelas sebelah, gue liat Kirana dan gue sampein aja salam lo buat dia." Ujar gue sambil cengengesan.

"ah gila lo!"

"udahlah gak usah malu kali. Lumayan kirim salam sama cewe cantik macam dia" ujar gue yang tak bisa menahan tawa melihat tingkah saltingnya.

"gue ga enak sama Tanaya cuk!" ucapnya setengah berbisik.

"yaelah woles kali. Dia banyak yang naksir juga kok. Tapi sih, kalo gue perhatiin, dia naksir elu bos. Kalo sampe beneran gimana?" tanya gue dengan nada serius.

"nah itu dia yang gue bingung. Ngerusak persahabatannya gak?"

"gak kali lah. Masa iya doi marah gara-gara sohibnya jadian sama lo? Gak lucu kali." Jawab gue.

"anything can be happen bro."

"just see latter lah!" jawaban dari gue mengakhiri percakapan kami.

Gue membuyarkan lamunan Agham untuk kesekian kalinya hari ini.

"heh, temenin kekamar mandi yuk! Sekalian ke kantin belakang lah. Seret nih mau minum." Ujargue yang dilanjutkan dengan berdirinya Agham dari tempat duduknya. Saatmlintasi kelas X-1, gue melihat Agham yang tiba-tiba memainkan HP lalu menatapke arah kelas. Dan gue melihat dia tersenyum kepada seseorang. Gue yakin, pastiorang itu adalah Kirana. gue hanya bisa tertawa sambil menggelengkan kepalamelihat tingkah sahabat gue yang ajaib ini.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang