(Abi PoV)
Akhirnya aku bisa pulang lagi ke Jakarta. Beberapa bulan lalu aku meninggalkan kota tersebut untuk melanjutkan penitian karirku. Oh iya! Kenalin, Abimana Rizqi Ganindra. Biasanya dipanggil Abi. Rencana kepulangan kali ini sempat mau dirahasiakan dari keluargaku maupun keluarga Kirana. Aku mau ngasih kejutan buat mereka. Akan tetapi hal itu berubah saat Tanaya mengirim pesan kepadaku.
Tanaya_raga : bang, td bi minah blg, kl abang pulang, di suruh ke rumah ibu.
AbiRG : ada apaan? Abang nnt sore plg ke rmh. Naik pswt jam 4sore. Tlg blg mang Ujang jmpt abang di bandara.
Tanaya_raga : dunno.. oke siap bos! Take care ya! ({})
AbiRG : thank u sista ({})
Alhasil kejutan untuk keluarga gagal. Asal kalian tahu, perasaanku ke ibu—nyokap Kirana sama kaya ke mama—nyokap sendiri. Bisa dibilang aku ga bisa nyimpen satu rahasia pun dari kedua wanita yang amat sangat aku sayang ini. Aku udah menganggap nyokap Kirana sebagai nyokap sendiri. Lagipula, aku juga sering di titipin sama beliau semenjak aku dan keluargaku pindah berdekatan dengan Kirana.
Tak lama, aku mendapatkan pesan bahwa mang Ujang—supir keluarga aku (lebih tepatnya supir Tanaya dan aku) berhalangan untuk menjemput. Namun, Allah berkehendak lain. Kirana tiba-tiba saja mengirimi pesan untukku.
KiranaLW : abang pulang kapan?
AbiRG : hari ini pulang. Knp?
KiranaLW : pesawat jamber?
AbiRG : 4. Jmpt gw dong. Td anay bilang mang ujang gbs jmpt. Mau ga? Gw traktir deh. Oke?
KiranaLW : Anay aja yg jmpt. Ana males macet"an.
AbiRG : kesian lg kerkom. Jmpt ya? Gw bawa oleh2 nh buat lo
KiranaLW : mas aja yg jmpt y?
AbiR : bebaslah. Yg pntg tlg jmptn gw. Gw sampe jam 5 krg.
'terima kasih ya Allah kau memberiku adik macam Kirana yang baik hati gak kaya adik kandung gue sendiri yang kejam terhadap kakanya' ucapnya dalam hati. Jahat? Iya emang jahat. Aku selalu aja berantem sama adikku sendiri. Bahkan Tanaya sempat cemburu kalau aku lebih memperhatikan Ana—Kirana.
Saat aku masih berada di bandara untuk menunggu pesawat lepas landas kurang lebih 1 jam lagi, Kirana mengirim pesan.
KiranaLW : bang, aku otw
AbiRG : adik yg baik mau jmpt abangnya.
KiranaLW : janjinya loh ya! Awas aja lupa!
AbiRG : beres adikku cantik! :D
Akhirnya pesawat lepas landas. Selama perjalanan di pesawat aku hanyan memikirkan keluarga yang sangat aku rindukan. Tak disangka perjalan berlalu begitu cepat. Hampir satu jam perjalanan melelahkan ini. Aku bergegas turun dari pesawat lalu menyalakan HP.
KiranaLW : landing?
Kirana mengirimi ku pesan beberapa saat lalu saat aku masih terbang. Daripada jari-jariku letih mengetik pesan, alhasil aku menelefon Kirana.
"kamu dimana de?"
"..."
"yeuh nyolotin jawabnya. Dimananya?"
"..."
"ANAAAAA! Abang kangen sama kamu!" ucapnya lalu memelukku.
"kangen sih kangen bang, tapi gausah sampe kaya gini juga. Aku sesek loh!" ucapnya dengan nafas yang sedikit terengah-engah.
"hehe maaf abisnya abang kangen sama ade kedua abang!" sambil mengacak rambutku.
"yaudah yuk pulang." Ajakku
"makan dulu deh ya. Atau kemana dulu gitu." Ajak bang Abi.
"ih mama pesen abang di suruh langsung pulang gak boleh ngayap! Jadi nurut sama mama!" ucapan kirana tegas karena aku sedikit bandel di beri tahu.
"hih! Yaudah ayo pulang!" ajakku sambil menarik tangannya dengan erat.
Saat sampai di mobil.
"bang.."
"apa?" jawabku sambil sibuk memainkan HP.
"mana?"
"apaan?"
"ih tau ah."
"hahaha, nanti aja apa dek di rumah. Kan semuanya ada di koper abang."
"huft yaudah."
"gausah manyun kali. Lucu deh liat ade abang yang satu ini ngambek." Ucapku lalu tertawa melihat tingkah adikku yang seperti ini.
Mungkin aku merasa nyaman saat bersama Kirana. Kalau boleh diungkapkan, ada sedikit perasaan sayang lebih dari adik. Perasaan sayang untuk menjaga selamanya dari segala ancaman dan bahaya. Aku ingin menjadi yang pertama dan terakhir baginya sehingga tidak akan ada yang menyakiti perasaannya sedikitpun. Tapi, semua itu buyar saat mama memberikanku wejangan bahwa aku tidak boleh memiliki perasaan lebih terhadapnya. Mama takut persahabatan antar kedua gadis yang aku sayang seketika hancur karena perasaanku. Hampir 2,5 jam perjalanan dari bandara menuju rumah. Akhirnya, aku sampai di rumah. Rumah yang aku tuju pertama adalah rumah keduaku (read: rumah Kirana).
"Assalamualaikum! Ibuuu abang pulang!!" teriakku ke dalam umah sambil mencari ibu.
"waalaikumsalam. Akhirnya abang pulang juga." Ucap ibu dengan tatapan sedih. Mungkin ia sedih melihatku lebih kurus dari sebelum aku berangkat ke Surabaya beberapa bulan lalu. Tak lama, adzan maghrib berkumandang. Aku shalat terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahku. Seusai shalat, dan Kirana pun sepertinya begitu, aku pamit pulang kepada ibu.
"bu, abang pulang dulu ya. Kirana aku ajak ya bu buat bantuin beresin barang aku" ucapku sambil tersenyum jahil kepadanya yang disambut dengan tatapan matanya yang mengisyaratkan maksud-lo-apa.
"idih ogah" jawabnya sambil menjulurkan lidahku.
"yaudah gih sana. Sekalian sesi curhat juga gapapa" ucap ibu melerai kami berdua.
"oke bu! Assalamualaikum." Ucapku berbarengan dengan Kirana. Saat berjalan menuju rumah, aku berbincang dengan Kirana sambil melingkarkan tanganku di perutnya. Ia tidak pernah menolak hal itu, karena aku, Tanaya, dan Kirana sudah biasa seperti itu.
"Na, cowo yang kamu cerita lewat Line itu kaya gimana? Kenalin dong. Atau liat fotonya." Ucapku terhadap Kirana.
"kayanya masih ada di rumah bang. Soalnya dia satu kelompok sama Anay. Eh iya bang, tapi abang jangan bilang sama Tanaya ya, soalnya Tanaya juga suka sama cowo itu. Jadi aku ga pernah cerita sama siapa-siapa kecuali abang." Ucapnya sambil tertunduk pasrah dengan keadaan yang dialaminya.
"oke siap! Nanti kasih tau ya!" ucapku saat tepat sampai di depan pintu rumah.
"Assalamualaikum!" ucapku bersamaan dengan Kirana lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Posisiku dan Kirana masih seperti di jalan tadi.
Saat masuk di ruang tamu, terdapat dua orang laki-laki yang sedang duduk sambil mengerjakan tugasnya.
"eh lo masih di sini?" ucap Kirana kepada mereka yang dilanjutkan dengan anggukan yang berjamaah dari kedua laki-laki tersebut.
"waalaikumsalam. ABAAAAAAAANG!!! GUE KANGEN SAMA LO!" teriak Tanaya kepadaku dan melanjutkan "tapi bohong! Wahaha" ucapnya lalu tertawa terbahak-bahak.
"ade kurang ajar lo ye! Untung aja gue masih punya ade cadangan." Ucapku menjulurkan lidah kepada Tanaya.
"waalaikumsalam. Akhirnya abang pulang juga. Na, makasih ya udah jemput abangmu." Ucap Tantri—ibu Tanaya.
"iya ma sama-sama. Yaudah sono lo bang masuk istirahat. Eh buka koper dulu deng, oleh-oleh buat gue jangan lupa. Haha" ucapnya kepadaku dengan tatapan jahil.
"yeuh sama aja ya punya ade dua-duanya gak ada yang waras. Yaudah ah cari ade baru lagi kalo gitu." Ucapku sambil melengos pergi ke dalam rumah.
"JANGAAAAN!" teriak keduanya bersamaan. Dan disambut dengan tawa dariku serta sambitan dari mama yang jengkel mendengarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Terakhir
Novela JuvenilKirana, sahabat terbaik Tanaya harus mendapat cobaan-yang cukup- berat. Segala cara ia lakukan demi sahabatnya tersebut tanpa kenal kata menyerah. Akan tetapi, takdir berkata lain. Keadaan kini berbalik kepada Tanaya. Apa yang harus diperbuat Tanaya...