Bagian Dua Puluh Enam

25 0 0
                                    

(Kirana's PoV)

Saat ini aku sudah tidak berada di rumah sakit. Aku berada di Nobura Coffee Café. Ku langkahkan kakiku menuju lantai atas tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tak ada yang berani menegur saat melihat tatapan mataku yang begitu kosong. Mas Andro yang melihatku masuk seperti itu, merasa khawatir dan mengikuti ku sampai aku duduk termenung di dekat jendela.

*flashback on*

"kenapa bisa kaya gini? Kenapa bisa dia kena amnesia parsial? Kenapa Ana yang dilupain sama Anay?" ucap Novi sambil menahan tangis.

"kita juga belum tau Ma." Ucap Adriano lemah.

"tapi kenapa dia bilang Agham itu pacarnya?" Tanya Nizar lemah. Agham hanya terdiam, begitupun kedua orang tua ku, dan Mario. Semakin penasaran dengan percakapan mereka, aku memberanikan diri untuk menghampiri mereka semua.

"Anay.. kenapa?" Tanyaku pada semuanya.

"kamu temuin Anay dulu gih." Ucap ibu lembut kepadaku. Ku anggukan kepala lalu melangkah menuju ruangan Tanaya di rawat. Dengan ragu aku memasuki ruangan tersebut. Saat hendak memanggil namanya, ia bersuara

"kamu siapa?" tanyanya sambil tersenyum. Terkejut dengan pertanyaannya, aku hanya bisa diam beberapa saat sebelum menjawab "aku Kirana" dengan senyum yang ku paksakan.

"hai Kirana. Aku Tanaya" ucapnya membuat ku terbayang saat aku TK dan mulai berkenalan dengannya.

"kok diem? Kenapa?" tanyanya lagi kepadaku.

"oh.. eh.. anu, gapapa kok. Aku keluar dulu ya. Takut ganggu istirahatmu." Ucapku lalu melemparkan senyum yang kupaksakan. Sebelum keluar dari ruangan tersebut, Tanaya mengucapkan sesuatu

"bisa tolong panggilin pacarku, Agham?" aku hanya mengangguk pasrah dan membuka pintu ruangan. Saat di luar ruangan, semua mata tertuju kepadaku seolah menanyakan 'bagaimana?'. Aku hanya tersenyum kecut, tak mengindahkan permintaan Tanaya, dan meninggalkan tempat tersebut. Aku melangkahkan kaki sampai depan rumah sakit. Tak tahu harus kemana, pada akhirnya aku menghampiri pangkalan ojek yang ada di RS dan menyebutkan 'kafe kopi di perumahan Bougenville Permai'.

*flashback off*

"Kir.." suara mas Andro berhasil membuyarkan lamunanku sesaat. Setelah itu, aku kembali dengan dunia ku sendiri.

"Kirana.. jangan kaya gitu. Gue ngeri lo kenapa-napa. Ada apa? Cerita sama gue?" ucap mas Andro. Aku hanya menggelengkan kepala lalu menundukkan kepala.

"gue gak yakin lo gak kenapa-napa. Lo cerita sama gue. Gue punya banyak waktu buat dengerin cerita lo." ucapannya yang sangat lembut berhasil membuat ku menangis.

"mas Andro ke bawah dulu. Bilangin sama semuanya, kalo ada yang nyari aku, bilang aku ga ada di sini. Siapapun itu yang nanya. Nanti aku ceritain."

Mas Andro mengikuti ucapanku. Beberapa saat kemudian, ia kembali ke atas dengan membawa teh hangat untuk menenangkanku.

"nih diminum dulu." Ucapnya. Ku ambil gelas yang diberikan, ku hirup wangi dari teh tersebut, lalu ku minum perlahan. Tak sedikit pun mas Andro mengganggu ku saat aku menghirup aroma teh tersebut. Setelah aku merasa tenang, ku letakan gelas di dekatku dan menarik nafas dalam.

"Tanaya." Satu kata meluncur dari mulutku. "latihan hari ini pulang cepat, aku udah janji kenalin Agham ke keluargaku. Akhirnya, aku ngajak dia ke rumah. Tanaya, pergi sama Mario ke DelJunct. Tapi, Mario ada urusan lain jadi pulang duluan. Ternyata, pas Tanaya pulang, dia ditabrak dan yang nabrak kabur gitu aja." Ucapanku terhenti namun tak membuat mas Andro menyela ucapanku. "sekarang dia di RS. Keluargaku, keluarganya, pacarku, dan gebetannya ada di RS sekarang. Bang Abi, kakaknya Tanaya lagi otw ke Depok. Aku? Malah di sini kaya orang gila." Ucapku lalu terkekeh sebentar, "kondisi fisik, secara keseluruhan gapapa, mentalnya yang bermasalah. Semua orang dia inget, cuma aku yang dia lupa. Dan dia bilang, Agham pacarnya. Miris ya jadi aku?" ucapku melihat mas Andro dengan tatapan kosong.

"Kir, gue prihatin dengan keadaan Tanaya. Tapi, gue lebih prihatin dengan keadaan lo." ucapan mas Andro membuatku bingung.

"kenapa?" tanyaku kepada mas Andro.

"karena kondisi yanggue liat saat ini elo, bukannya Tanaya. Sekarang gini, gue bakalan ngasih advice buat lo. dengerin omongan guebaik-baik, dan cerna itu semua. Saat lo siap, anggukin kepala lo dan gue akanmulai ngomong." Ucapnya lalu menungguku untuk menganggukkan kepala.    

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang