twenty

1.4K 238 44
                                    

I hope that I can turn back the time to make it all alright.

Middle – DJ Snake

Y/N's PoV

Sabtu pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu pagi.

Biasanya jika kami baik baik saja, Thomas akan mengajakku jalan jalan di taman dengan roti bakar di tangan kami masing masing dan tentu saja Thomas yang menanggung harganya. Tapi, aku ulangi, semua kebiasaan itu terjadi saat kami baik baik saja, dan aku 100% yakin kau tau keadaan kami saat ini.

Aku menatap televisi dengan tatapan tanpa minat hidup. Sungguh, rasa bosanku terus terusan menuntut ingin dipenuhi.

Baiklah, mungkin aku akan mengajak seseorang menemaniku melewati hari terkutuk ini. Cam? sedang jalan dengan sepupunya, James? latihan –entah apa- di sekolahnya, Val? entah, aku tak ingin menemuinya dulu saat ini, Thomas? Ah, barusan aku sudah menjelaskan keadaannya dalam satu paragraf.

Sepertinya seantero dunia menjauhiku, peduli apa? Aku bisa jalan sendiri.

Kuganti celana pendek putih bermotif kotak hitam dengan celana yang memperlihatkan lututku –tapi, tentunya tidak mengekspos paha seperti celana sebelumnya- , baju tipis putih polosku telah dilapisi jaket berwarna abu abu. Aku siap.

Aku berjalan menyusuri jalan kecil yang bisa dilewati dua orang dengan pandangan kosong, dan kepala yang mengangguk angguk sesuai irama yang keluar dari earphone putihku. Tadinya semua tenang, damai, tentram.

Sampai, seorang lelaki bertubuh besar -kira kira tubuhnya dua kali ukuran tubuhku- menabrak hingga aku jatuh dengan posisi paling tidak sedap dipandang. Jatuh dengan posisi terlentang dan kepala yang lumayan keras membentur pembatas jalan yang memisahkan jalan ini dengan kumpulan tanaman.

Sedikit pusing, tapi aku masih bisa berdiri kembali. "Ah, sorry," sahut orang yang menabrakku itu. Aku masih diam, tak menjawab karena kepalaku langsung diserang sakit luar biasa saat aku telah sempurna berdiri, hingga badanku kembali terhuyung, untungnya si penabrak sigap menahan tubuhku. "Sakit dimananya?" tanyanya dengan tatapan prihatin, aku meringis.

Aku masih tidak menjawab, karena setelahnya yang aku ingat, keluar cairan merah pekat dari kepala serta hidungku, dan dua detik setelahnya, semua hitam.

Cam's PoV

Bodohnya aku. Kenapa pula aku mau dijadikan sukarelawan untuk di seret seret ke dalam toko aksesoris wanita yang didominasi warna merah muda begini? Jangan tanya, aku pun tak tahu.

Hari ini, sabtu pagi, hari menyenangkan, dan bodohnya dua hari lalu aku meng-iyakan saja ajakan sepupuku untuk menemaninya belanja. Berakhirlah aku disini, duduk di sofa panjang berwarna –astaga- merah muda di pojok toko, menunggu sepupu laknatku selesai dengan urusan tak pentingnya.

Handphoneku bergetar tanda satu panggilan masuk. Belum sempat aku menyapa 'halo', si penelpon sudah grasak grusuk tak karuan, heboh. "Cameron! Asataga!" aku mengernyitkan kening dan memandang telepon itu seolah ia adalah benda yg memubuatku bingung setengah hidup.

Unpredictable▶ Thomas SangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang