twenty nine

1.4K 214 23
                                    

Y/N's PoV

Ia dengan snapback yang bahkan tak pernah dipakainya dulu dan masker yang telah ia buka sekarang.

Satu air mata sukses jatuh membasahi pipiku, tangan kanan Thomas mendekat, menyentuh pipiku. Hangat, sentuhannya nyata, aku tidak lagi bermimpi. Ia nyata. "I'm here, y/n," suaranya nyata di telingaku, aksen khasnya. "I'm not going anywhere again." Tangan kiri Thomas meraih pinggangku, menghapus jarak di antara kami.

Aku masih tidak berbicara, ini terlalu jauh dari ekspektasiku. Aku memang menginginkan ia kembali, tapi, tak pernah yakin dengan keinginanku.

"We have to go or anyone can recognize me." bisiknya di telingaku sambil memakai maskernya kembali.

Aku berjalan dengan langkah gemetar ke kasir, masih dengan air mata yang tak mau berhenti. Thomas menungguku di depan toko buku.

Selama transaksi, mataku tak berpaling dari Thomas yang juga menatapku karena aku takut, aku takut ini hanya mimpi dan ia akan pergi lagi meninggalkan aku yang menunggu dalam diam dan tangis.

Thomas mengandengku hingga aku duduk di kursi penumpang mobilnya. Genggamannya nyata, tetap hangat.

Ia duduk di kursi pengemudi dan melepas snapback dan maskernya. Thomas menoleh ke arahku yang menatapnya tak percaya, "Hi again." Tangan Thomas menangkup pipiku yang basah. Reflek, tanganku ikut menumpuk di atas tangannya yang hangat membuatku makin terisak saking tidak percayanya.

Tanganku beralih mengusap pipinya yang sekarang juga basah. "A-are you real?" Thomas tersenyum seraya mengangguk dan dengan satu gerakan ringan membawaku ke dalam dekapannya, membiarkan aku menumpahkan segalanya yang kupendam selama delapan tahun ini.

"I'm sorry, y/n it's becau--" Kali ini aku yang memotong perkataannya dengan bibirku, just like eight years ago.

***

Aku menoleh walau tanganku sibuk dengan nasi goreng yang belum siap saji di hadapanku, menoleh demi melihat Thomas yang duduk dengan kaki yang disilangkan di atas meja. Thomas sekarang telah berganti baju dengan kaos putih polosnya dan celana pendek di atas lutut membuat udara di flat-ku panas walau pendingin ruangan sudah kuatur 20 derajat celcius yang biasanya sanggup membuatku bergelung di atas sofa.

"Why are you looking at me like that?" Thomas terkekeh mendengar pertanyaanku.

"Delapan taun, sekarang lo udah bisa masak." sindir Thomas sambil meneguk air putih dinginnya.

Aku mendengus sok sebal. "Yes, it's been eight years, Sir." sengaja kutekankan bagian delapan tahun itu.

Thomas tampak gugup saat aku menyinggung delapan tahun itu, sebenarnya di mobil tadi ia sudah menjelaskan semuanya bahwa semenjak disana Thomas di fokuskan pada dunia aktingnya dan ia memilih menurut saat komunikasinya di batasi karena jika ia menolak maka berita Thomas dekat denganku akan tersebar luas.

Aku terkekeh melihat responnya terhadap pertanyaanku. "Y/n," aku bergumam saat Thomas memanggilku, aku bisa merasakan ia mendekat walau aku masih enggan menoleh, berusaha fokus pada masakkanku. "You have no idea how hurt i am when i'd just stare at your photos everyday. but, now my lungs is full of happiness." Thomas meletakkan pipinya di bahuku.

"Yes, i know. Itu yang gue rasain juga."

Thomas tidak menjawab, dan aku menyuruhnya duduk di sofa selagi aku sibuk meletakkan nasi goreng di piring untuk jatah makan kami berdua.

Thomas Sangster began dating his fan.

Mataku melotot saat Thomas menyalakan tv dan sebaris kalimat itu langsung terdengar olehku telingaku. Aku cepat cepat meletakkan dua piring di meja depan sofa dan duduk di samping Thomas. Berita itu sungguh meng-ekspos segalanya bahkan menurutku berlebihan.

Acara sialan itu menampilkan sederet fotoku dan Thomas saat di toko buku kemarin bahkan saat Thomas menggenggam tanganku. Aku menoleh demi melihat reaksi Thomas, ia murung.

 Aku menoleh demi melihat reaksi Thomas, ia murung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Their eyes all on you now." sahut Thomas sambil duduk mendekat.

"Gue takut, Tom." aku mengaduk aduk nasi gorengku tanpa selera lagi.

Thomas meraih pinggangku dan menariknya untuk mendekat. "I'm sorry, please understand that. Tapi, kan sekarang gue disini. I'm all yours, don't worry about anything." Aku mengangguk dan membiarkan tubuhku tanpa jarak dengan Thomas yang dengan lahap memakan jatah nasi gorengnya. He's still cute like eight years ago.

"This still feels like a dream to me. I mean, being with you."

"No, it's real. I'm yours."

---------------------------

prmote bentar ah

luke fanfict di works gue yuk; Getaway.

Calum & luke fanfict (Driver & Hidden) di wroks cuddlypunkrock

Unpredictable▶ Thomas SangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang