Bab 5 - Ex

5.3K 453 232
                                    

Selesai mandi dan berpakaian aku menuruni anak tangga, menemukan Amon sedang bermain dengan Dad yang terlihat baru pulang kerja. Menghampiri mereka lalu aku berdiri di samping Dad yang duduk di lantai bersama Amon.

"Halo Dad," sapaku.

Dad menoleh lalu mendongak. "Kata Mom, kamu udah tidur."

"Belum, aku mau ke rumah Om Lutfi," jawabku.

"Ngap— oh photoshoot itu?"

Aku mengangguk. "Iya Dad, tapi aku bingung."

"Kenapa? Sini duduk dulu." Dad menarik tanganku dan menyuruhku agar duduk di hadapannya.

Aku menurut, duduk di hadapannya lalu menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. "Dad, Ken itu nggak ngasih izin aku sama sekali buat project ini. Tapi aku mau banget, terus aku harus gimana?"

Dad menatap lalu mengusap rambutku, mengelus pipiku seraya mencubitnya ringan. "Denger, semuanya terserah kamu karena kamu yang jalaninnya. Kalau kamu memang mau, ya udah kamu nggak usah mikirin gimana Ken. Toh yang jalanin kan kamu, bukan Ken. Tapi kalau kamu memang nggak mau juga ya udah nggak apa-apa. Daddy sama Mommy kasih kamu izin kok, asal jangan yang berlebihan dan nggak ganggu kuliah kamu. Lagi pula ini brand ternama loh, kalau menurut Dad sih sayang kalau kamu sia-siain kesempatan ini. Tapi semuanya balik lagi terserah kamu."

Meraih tangan Dad, kugenggam lalu mengangguk. Dad tersenyum, memajukan kepalanya dan mengecup keningku. "Mau Daddy anterin ke rumah Lutfi?"

"Nggak usah Dad, cuman berapa langkah."

"Ya udah sana, Lutfi udah nungguin kamu daritadi kayaknya."

Lagi, aku mengangguk lalu berdiri. Berjalan meninggalkan rumah dan menuju rumah Om Lutfi yang terletak persis di sebrang rumahku. Ku tekan bel rumahnya, tak lama muncul lah pembantunya dan mempersilakanku untuk masuk.

Berjalan menuju ruang tengah dan menemukan Om Lutfi sedang berkutat dengan laptopnya, Kevin sepertinya sedang sibuk berfoto dengan mengarahkan kamera ponsel ke arah wajahnya, sedangkan Davin terlihat seperti sedang menghitung sesuatu dengan banyak kertas berserakan serta laptop di hadapannya.

Om Lutfi menyadari kehadiranku, dia mendongak lalu tersenyum padaku. "Lo nggak bener-bener batalin project kan?"

Sontak Kevin dan Davin ikut mendongak dan menatap ke arahku, membuatku memperhatikan mereka sesaat lalu duduk pada tempat kosong di samping Kevin. "Nggak, aku mau kok."

"Lain kali HP tuh pake password, biar tuh kutu kupret nggak mainin HP lo dan berlaku seenak udel. Gue tau dia sirik sama gue, karena gue lebih ganteng dari dia dan gue bisa—"

"Berisik!" potong Om Lutfi. "Cepet lo mandi, gue mau kirim foto lo berdua ke pihak perusahaannya malam ini."

"Aku udah mandi, Dad." Kevin memutar bola matanya.

Di saat Om Lutfi akan membalas ucapan Kevin, tiba-tiba terdengar suara bel rumah berbunyi, ada tamu selain aku?

Tunggu dulu, bagaimana kalau yang datang itu Ken? Oh itu tidak mungkin, karena ku yakin sekarang dia sudah berada di rumahnya atau di istana kebanggaannya (baca : klub).

"ANAAAAA!"

Sialan aku dikagetkan dengan Om Lutfi yang tiba-tiba berteriak memanggil pembantunya itu. Ana terlihat berlari menghampiri kami lalu berhenti di samping Om Lutfi. "Ya, ada apa Tuan?"

"Buka pintu, tadi nggak denger ada suara bel apa?" omelnya ketus.

"Maaf Tuan, saya dengar dan memang akan berniat untuk membuka pintu," jawab Ana takut lalu melenggang pergi setelah diperintah oleh Tuannya.

Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang