Bab 4 - Fuk Kenan Fuk

6.2K 439 203
                                    

Ken tidak membawa kami pulang, entah dia akan membawa kami kemana tapi yang jelas rute yang dia ambil bukanlah rute menuju rumahku. Padahal aku sudah mengatakan jika bawa saja aku dan Amon pulang ke rumah. Belum lagi Amon yang terus merengek ingin pergi main ke sebuah tempat, entah tempat apa yang ingin di kunjunginya karena dia terus menyebutkan apa yang diinginkannya dengan tidak jelas.

"Amon mau koton koton!" serunya.

"Koton koton? Cotton candy kali, bukan koton koton."

"Candy koton? Koton candy? Candy candy koton koton! Ish Jasi, candy bukan koton!" protes Amon.

Memutar mata lalu mengeluarkan ponsel dan hendak memainkannya, namun belum sempat aku menggeser layarnya, ponselku sudah melayang dari tanganku karena direbut secara paksa oleh Ken.

"Jangan main ponsel." Ucapnya lalu menaruh ponselku di tempat dimana aku tidak dapat menjangkaunya.

"Lo kapan berhenti nyebelin sih?!" tanyaku kembali kesal dengan sikap bocahnya.

"Gue buat peraturan baru. Disaat lagi sama gue, lo nggak boleh pegang apalagi mainin ponsel." Ucapnya ringan tanpa beban sama sekali.

"Kalau gitu peraturan yang baru lo buat berlaku juga buat lo. Kalau lo nggak boleh pegang ponsel disaat lo lagi sama gue. Adil kan?" balasku tidak mau kalah.

"Gue nggak bisa, gue CEO dan dalam satu hari pasti banyak yang telepon gue. Dan gue nggak mungkin mengabaikan mereka dengan alasan bocah seperti ini." Jawabnya.

Dia sering besar kepala jika sudah menyebutkan statusnya sebagai seorang CEO. Dia tidak pantas menjadi seorang CEO, karena dia manja dan menyebalkan.

"Fine, kalau gitu peraturan buat lo gue ganti. Ponsel lo harus ada di tangan gue kalau lo lagi sama gue."

"Nggak mau! Jezz, lo sama gue itu beda. Lagian lo pernah liat gue texting sama cewek?"

"Zara?"

"Itu nggak termasuk, bego!"

Berdecak kesal dan seketika aku kehabisan akal, "Tau ah."

"KENAN!" teriak Amon dari jok belakang.

"Emang bener ya, keturunan anak hutan. Kalau manggil nggak bisa pada biasa aja gitu? Harus banget teriak-teriak?!" Gumam Ken lalu melirik lewat kaca rare-view lalu kembail fokus ke depan, "Apa Amon?"

"Amon mau naik naik kuda, pan pair." Ucapnya.

Pan pair?

"Fun fair?" tanya Ken mengkoreksi.

"Ya kuda kuda pan pair, merah merah ijo biru. Puter-puter." Ulang Amon.

"Aduh, fun fair jauh. Kita ke mall aja gimana?" bujuk Ken.

"Mall? Mall mall apa?" tanya Amon bingung.

"Udah lah lo nggak akan ngerti, di sana banyak makanan sama mainan. Nah nanti disana lo bisa beli mainan yang banyaaaa—hmmhmhmpphh." Belum selesai aku bicara, Ken malah menutup mulutku dengan tangan kirinya.

"Jangan ajarin adik lo yang nggak bener!" ujar Ken.

Menyingkirkan tangan Ken dan memelototinya, tapi Ken malah buang muka dariku dan fokus menatap lurus ke arah jalan. "Nggak bener apaan sih? Gue nggak nyuruh dia buat mukul orang, atau ngatain orang kayak setan!"

Ya, aku menyindirnya karena dia mengajari Amon mengataiku setan. Umm sebenarnya bukan Ken juga sih yang mengajari Amon seperti itu, hanya saja ketika aku dan Ken bertengkar di situ ada Amon. Ketika kata setan terucap, Amon mendengar dan malah menggunakannya sebagai lelucon.

Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang