Bab 12 - ...

5.1K 376 304
                                    

"Ayo kita mulai makan malamnya," ujar Tante Kate dengan wajar tersenyum berseri-seri.

Meraih pisau dan garpu dan siap untuk makan, namun di saat aku akan mulai makan kuurungkan niatku dan mendongak ketika Tante Kate mulai berbicara padaku.

"Ah ya Jacy gimana kuliah kamu?" tanya Tante Kate seraya meraih pisau dan garpu.

"Kuliah lancar Tante," jawabku sopan.

"Jacy," panggil Om Alvin.

Sialan. Aku kaget.

Buru-buru aku mendongak dan menatapnya. "Iya Om?"

"Kuliah yang bener, jangan kamu sia-sia kan kesempatan belajar kamu," ucapnya.

"Eh? Iya Om, siap," balasku.

"Nanti kamu rugi sendiri kalau kesempatan belajar kamu disia-siakan, jangan sampai kamu nyesel," lanjutnya.

Umm sepertinya aku mencium aroma menyindir dari nada bicaranya. Apa dia sedang menyindir Ken?

"Kamu beruntung karena sekolah kamu tamat dengan normal, kamu jadi bisa kuliah."

"Alvin..." Tante Kate menginterupsi.

Melirik pada Ken yang duduk di sampingku, dia mengepalkan tangannya yang sedang memegang pisau dengan kuat. Dan itu menimbulkan urat tangannya sedikit menonjol.

"Nanti kan suatu saat kamu bakalan ambil alih salah satu hotelnya Harry setelah lulus, kamu perlu kursus lagi umm ya semacam kursus tambahan yang bisa membuat kamu lebih mengerti bagaimana dunia bisnis antar perusahaan."

"Vin..." lagi, Tante Kate menginterupsi.

"Kuliah aja nggak cukup menjamin kamu bisa jalanin perusahaan dengan baik, apalagi kalau cuman lulus SMA dengan ujian susulan dan tidak memiliki sertifikat kelakuan baik."

Setelah Om Alvin berkata tersebut aku dikejutkan dengan Ken yang tiba-tiba melemparkan pisaunya ke atas meja. Astaga jangan mulai.

"Vin udah, gue mau makan malam tenang," pinta Tante Kate.

"Gue cuman kasih tau Jacy," balas Om Alvin dengan tenang.

"Iya, seseorang perlu kasih tahu Jacy supaya nanti hotel yang akan dia pegang nggak terancam bangkrut."

Astaga, kini Ken ikut dalam pembicaraan.

"Ah ya Jacy juga perlu belajar bagaimana cara jadi pemimpin perusahaan yang baik, dalam memimpin perusahaan maupun dalam pemilihan pegawai," balas Om Alvin.

"Iya dia juga harus belajar bagaimana cara memperkerjakan pegawai secara selektif, dan nggak asal memperkerjakan pegawai."

Astaga, Ken membalasnya dan membuat suasana menjadi tambah tegang.

"Alvin, Ken. Udah," suara tegas Tante Kate menengahi sindir menyindir mereka berdua.

"Itulah gunanya interview dalam sebuah perusahaan, apalagi jika pegawai tersebut akan ditempatkan di posisi yang membutuhkan kepercayaan yang tinggi."

Astaga Om Alvin udah.

Sial, tidak ada yang bisa aku lakukan selain diam dan menyaksikan pertengkaran antara anak dan Papa ini.

"Gue udah bilang sama lo buat nggak bahas masalah ini sekarang, kita lagi dinner dan di sini ada Jacy. Lo udah jauh lebih dari dewasa Vin, seharusnya lo bisa menghargai keberadaan Jacy di sini," ujar Aunty Kate yang terlihat begitu marah pada Om Alvin.

Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang