Bab 14 - Birthday

4.6K 336 228
                                    

Sepeninggalan Oscar yang masuk ke dalam toko tersebut, buru-buru aku bangkit dari bangku dan mencari sesuatu yang sempat tertangkap oleh kedua mataku ketika aku dan Oscar baru saja keluar dari toko es krim. Sepertinya Oscar memang tidak melihat apa yang aku lihat barusan, hanya saja aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Jadi aku menyuruh Oscar agar pergi dulu, baru aku menyelidikinya sendirian.

Mengapa sendirian? Karena aku tidak mau jika apa yang aku lihat tadi itu ternyata salah, dan itu akan menimbulkan kebahagiaan untuk mulut jail Oscar. Jika aku salah dia pasti akan mengejekku, dan jika aku benar ... aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya jika dugaanku itu benar.

Ah ya, aku sedang jalan-jalan bersama Oscar untuk membeli hadiah ulang tahunku. Tadi dia masuk ke dalam toko untuk membelikan sebuah bola kaca berisi air yang aku inginkan.

Berjalan melewati orang-orang yang berlalu lalang, sambil memegangi dua buah cone es krim yang menjulang tinggi sangatlah menyulitkanku untuk bergerak cepat. Aku ingin membuang kedua es krim ini, namun aku tidak tega membuang es indah ini. Jadilah aku terus membawanya dan membiarkan kedua es tersebut yang sudah mulai meleleh. Sial seharusnya tadi aku tidak membeli ini.

Apa kalian mengerti dengan apa yang aku bicarakan? Tidak mengerti? Berarti kemampuan cara berpikir kalian sama seperti Nathan. Hehe.

Menghindari orang-orang yang akan menabrak es krim dengan mata yang jelalatan menelusuri setiap inch pertokoan. Ah apa aku salah lihat? Mungkin itu memang bukan Zeeo dan Zara. Iya, mungkin bukan. Dan harapanku pun jika itu bukan mereka.

Namun karena aku masih sangat penasaran, aku terus berusaha mencari dan memastikan. Sepertinya tadi mereka berjalan ke arah kemari, iya sepertinya. Aku terus berjalan melewati toko-toko yang kebetulan ramai, lalu seketika aku berhenti tepat di depan sebuah toko. Dari luar aku dapat melihat jika aku baru saja mendapatkan apa yang aku cari sedaritadi. Penglihatanku tidaklah salah, dan itu membuat hatiku sedikit mencelos.

Aku melihat Zeeo dan Zara berada di dalam sebuah toko perhiasan. "Ngapain sih?!" gerutuku kesal.

"Berdua doang lagi," kataku terus mencibir.

Zara tertawa, anjir ngapain ketawa sih?

Sialnya Zeeo ikut tersenyum ketika Zara tertawa, mati saja kalian berdua.

Ini kenapa sih? Ada apa sih? Belum cukup apa dua hari yang lalu mereka datang bersama ke acara premier? Lalu menghilang bersama setelah acara. Dan sekarang? Ah sialan! Zara sialan! Beraninya dia menggoda Zeeo.

Ingin rasanya aku memecahkan kaca toko ini lalu menyayatkan pecahan kaca ini pada kulit putih mulus Zara, menguliti kulit di tubuhnya lalu— oh hentikan, aku terdengar seperti seorang psikopat sekarang.

Entah bagaimana tapi sekarang Zeeo dan Zara sedang bercanda dengan pegawai toko perhiasan tersebut, mereka terlihat sangat akrab dan bahagia. IH SIALAN!

Tanpa kusadari aku meremas kuat cone es krim yang aku pegang, dan tanpa kusadari pula kedua es krim indah nan menawan di tanganku sudah terjun dan mendarat di atas tanah. Melempar dengan paksa remah cone dari tanganku, lalu aku membersihkannya secara asal. Belum lagi telapak tangan terasa lengket karena es krim yang sempat mencair dan mengenai tanganku.

Mendengus kesal lalu berjalan jauh meninggalkan toko tersebut. "Kenapa di saat gue mau mulai nentuin pilihan lagi dengan menimbang-nimbang selalu aja ada kendalanya."

"Di satu sisi gue kesel karena Ken tidak kunjung memberi kepastian status yang jelas, dan di satu sisi Zeeo kembali menunjukkan perasaannya. Tapi kenapa si setan Zara harus mengganggu sih?"

Ya itulah kira-kira kata yang aku gerutu kan di sepanjang jalan. Aku malas menunggu Oscar yang entah mengapa tiba-tiba dia menghilang dari toko aksesoris tersebut. Membuatku berjalan menuju pinggir jalan, menyebrang dan hendak menyetop taksi.

Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang