Bab 32 - The Fact

1.7K 276 308
                                    

Dengan dibekali izin Mom juga Dad sekarang aku sedang berada di dalam mobil dengan Ken dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ken izin pada kedua orangtuaku jika dia akan mengajakku untuk berjalan-jalan dan menenangkan pikiranku. Karena tidak mungkin jika Ken meminta izin pada kedua orangtuaku jika dia akan membawaku untuk ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilan.

"Udah sarapan?" tanya Ken.

"Udah minum susu," jawabku.

Tidak biasanya dia bertanya hal kecil seperti ini. Oh, apakah dia marah padaku? Soal tadi malam?

"Lo?" aku balik bertanya.

Aku tidak suka suasana canggung seperti ini, astaga ini benar-benar canggung.

"Gue kan nggak biasa sarapan," jawabnya.

"Gue nggak suka kita jadi canggung."

Ken tidak menjawab apapun, dia menepikan mobilnya lalu memutar tubuhnya jadi menghadap padaku. Sial, dia akan memarahiku?

Meraih daguku dan seperti di tarik ke depan aku memajukan wajahku lalu Ken mengecup bibirku. Tidak lama, setelah itu dia mengecup pipiku lalu naik ke mataku dan terakhir keningku.

"Itu obat biar nggak canggung," ucapnya lalu kembali melajukan mobilnya.

Sialan. Tidak biasanya dia bersikap seperti ini, dan lebih sialan lagi karena hal barusan malah membuatku menjadi tambah canggung.

"Kok diem aja?" tanya Ken.

"Malah tambah canggung, bodoh!" umpatku.

Ah aku sudah bisa mengumpat lagi padanya.

Ken terkekeh pelan lalu tangannya yang tidak memegang setir nyasar ke kepalaku dan mengacak rambutku.

"Ih berantakan!" omelku.

"Nah gitu kek ngomel-ngomel, lo kalau diem terus kayak yang lagi nahan pup."

"Sialan."

Sampai di rumah sakit suasana antara aku dan Ken membaik, namun ketika kita berjalan menuju ruang dokter kandungan suasana berubah. Atmosfir disekeliling kami tiba-tiba menggelap, membuatku menjadi gugup. Ken membuka pintu ruang dokter setelah sebelumnya diketuk tiga kali, lalu dia mempersilakanku untuk masuk duluan.

Dokter bertanya, Ken menjawab. Entahlah pikiranku tidak fokus. Dokter menyuruhku untuk berbaring di kasur periksa, lalu dia memeriksaku. Setelah itu dia.. ah entah apa yang dilakukannya yang pasti dia benar-benar mengecek tentang adanya janin di dalam perutku. Dia sempat bertanya beberapa pertanyaan yang aku jawab sekenanya saja, sampai pada akhirnya dia bilang selesai.

Dokter mengatakan ada janin di dalam perutku berusia lima minggu, atau satu bulan lebih satu minggu. Hal tersebut nyata, itu berarti dokter Carla yang tadi malam memeriksaku tidak berbohong.

Setelah selesai urusan dengan dokter, Ken membawaku keluar dari ruang dokter dan langsung ke parkiran. Masuk ke dalam mobil, dia terdiam beberapa saat, tidak menyalakan mesin mobil atau melakukan aktifitas apa pun. Dia hanya terdiam.

Sepertinya dia marah.

"Siapa?" tanyanya.

Aku terdiam.

"Kapan?"

Lagi, aku tidak kuasa untuk menjawabnya.

"Dimana?"

Apakah dia akan marah besar?

"Zeeo, sebulan lebih yang lalu, di Bora-bora sebelum jam makan malam. Iya kan?" dia tahu.

Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang