Bab 2 - Jacquelyn

7.8K 532 313
                                    

"Pulang sana!" usirku pada Ken ketika aku baru saja keluar dari dalam kamar mandi dan malah menemukan Ken yang sedang berdiri di hadapan cermin sambil merapikan tatanan rambutnya.

"Nggak mau." Balasnya sambil memiringkan kepalanya dan memperhatikan sisi bagian kanan rambutnya.

"Kenapa pake baju itu? Bukannya lo harusnya ke kantor?" tanyaku heran ketika melihat tampilan Ken yang malah mengenakan kaos hitam dan skinny jeans kesayangannya. Bukannya memakai jas, dasi juga pantofel.

"Gue ke kantor ya nanti malam lah bego," balasnya.

"Oh ke kantor pusat papa lo maksud gue," ralatku.

"Males, gue mau anterin lo kuliah."

"Apa? Nggak! Gue nggak mau!" tolakku mentah-mentah.

"Mau nggak mau, lo harus mau." Balasnya lalu memutar tubuh dan menandangiku.

"Lo mending pake kemeja, jas sama dasi lo terus pergi ke kantor pusat bokap lo! Dan jangan anterin gue ke kampus! Gue nggak mau!" kataku lalu berjalan melewatinya menuju meja rias dan memoles wajahku.

"Oh lo mau berangkat sama Kevin, iya?"

"Iya gue mau minta antar Kevin, kenapa?"

"Bodo ah, pokoknya gue mau ikut lo ke kampus, titik. Lagian hari ini gue lagi nggak ada kerjaan."

"Kita udah putus, Ken. Jadi lo nggak perlu ikut ke kampus gue!"

"Oh putus? Kapan jadian memangnya? Terus tadi malem..."

"DIEM! Telinga gue panas dengerin omelan Mom gara-gara lo!"

"Lo yang mau!"

"Oww fuck you!" umpatku kesal lalu mengambil pengering rambut, menyalakannya sambil menyisiri rambutku.

Ken berjalan beberapa langkah lalu berhenti tepat di belakangku, dia memajukan wajahnya dan membuatku memiliki sebuah ide. Ku arahkan pengering rambut tersebut ke wajahnya dan itu membuatnya kaget lalu bergerak mundur.

"Ow fuck you, Jezz!" rutuknya sambil mengusapi pipinya yang baru saja terkena udara panas dari pengering rambut tersebut.

Aku terkekeh pelan dan mengabaikannya, kembali fokus mengeringkan rambutku sambil menyisirinya. Ken duduk di tepi kasur sambil memasang tampang kesal, bibirnya melengkung ke bawah dan kedua matanya terus menatapku dari pantulan cermin.

"Liat kan? Udah gue bilang lo nggak pantes jadi CEO, dasar manja!"

Ken tidak menjawabku, dia malah berjalan keluar dari kamar. Astaga kelakuannya semakin hari semakin manja, ingin sekali aku menampar pipinya itu dan mencapit hidungnya sekeras mungkin.

Kemarin sebenarnya kami sedang bertengkar karena Ken tidak suka jika aku melakukan photoshoot untuk iklan sebuah produk dari sebuah brand ternama, dia marah dan melarangku untuk melakukannya. Tapi aku tidak bisa menuruti permintaannya karena aku menginginkan hal ini sejak lama, dan hari ini Om Lutfi bilang aku harus melakukan photoshoot. Yang mana nanti foto tersebut akan di kirim ke pihak brand ternama itu untuk di setujui terlebih dahulu. Maka dari itu Ken memaksa ingin mengikutiku ke kampus karena dia ingin membatalkan acara photoshootku hari ini. Sial. Aku sebal ketika Ken menjadi sahabat yang sangat over protective.

Mengapa Ken ngotot sekali tidak mengizinkanku untuk photoshoot kali ini? Jawabannya adalah Kevin. Alasan pertama adalah karena Kevin dekat denganku dan dia akan menjadi, partner photoshootku kali ini. Dan sejauh ini Kevin sudah sangat klop menjadi partner in crime-ku. Oh ayolah Kevin itu gila, maksudku kelakuannya tidak jauh berbeda dariku. Dan itu lah yang sering membuat Ken jengkel karenannya. Ken juga pernah bilang kalau Kevin hanyalah perusak antara hubunganku dengannya, hubungan apa? Pacar saja bukan. Lol.

Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang