Bab 30 - Why this happened to me?

2.8K 330 378
                                    

Setelah satu minggu penuh dirawat di rumah sakit, akhirnya Ken sudah diperbolehkan untuk pulang. Meskipun masih ada beberapa bekas luka, dia sudah sehat.

Ah ya, omong-omong soal Ken, klub yang dia jalani beberapa tahun terakhir ini bangkrut dan sudah menjadi hak milik orang lain. Entah ini disebut karma atau bukan, tetapi kesialan menghampirinya semenjak dia sadar. Klub bangkrut, mobilnya hilang, dan beberapa hari kemarin Tante Kate sempat di rampok ketika pulang dari galeri miliknya. Namun beruntung dia tidak apa-apa, hanya saja ponsel dan sejumlah uang serta perhiasan yang dikenakannya raib.

Aku mengunjungi rumahnya, untuk mengetahui bagaimana kondisinya. Begitu masuk ke dalam rumahnya, aku menemukannya sedang tiduran di sofa sambil menonton televisi. Aku duduk disampingnya, dia menoleh padaku.

"Ada apa?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Cuman mau lihat kondisi lo aja."

"Lo masih mual sama pusing?" tanyanya, mengingat beberapa hari terakhir aku merasa terus mual dan pusing serta badan pun terasa lemas. Apakah efek shock ditinggalkan oleh seseorang sampai begini?

Aku mengangkat bahu. "Nggak tau."

"Nanti sore ke rumah sakit sama gue."

"Bosen, rumah sakit mulu."

"Gue udah nyuruh lo buat periksa ke dokter dari kemarinan, tapi lo—"

"Bawel," aku berdiri. "Gue mau ke dapur, lo mau apa?"

"Cheesecake di kulkas bawa kesini."

"Apalagi?"

"Bir."

"Bukannya lo nggak boleh minum gituan dulu? Lagian lo kan nggak kuat."

"Yang luka bagian kulit gue, yang patah tulang gue, bukan pencernaan gue yang rusak."

"Iya tapi kan—"

"Air mineral."

Aku mendengus kesal, berjalan menuju dapur dan menemukan pembantu Ken melintasi dapur sambil membawa keranjang berisi cucian baju.

"Selamat siang Jacy," sapanya.

"Eh? Siang. Tante Kate kemana?" tanyaku berbasa-basi.

"Sejak pagi Nyonya keluar bersama Tuan."

Aku hanya ber-oh pendek, lalu ia bertanya apa yang aku butuhkan dan aku menjawabnya jika aku bisa mengambilnya sendiri. Setelah itu ia izin untuk pergi mencuci dan aku melanjutkan langkahku menuju kulkas. Mengambil kaleng minuman untukku dan beberapa camilan, serta permintaan Ken tadi.

Kembali ke ruang tengah, meletakkannya di atas meja lalu meraih remot dan memindahkan channel tv.

"Ngapain dipindah sih? Itu ada tinju," protes Ken.

"Itu cuman tontonan orang bodoh, mereka bersorak sorai untuk orang yang sedang berkelahi di atas ring, tidak berkeprimanusiaan."

"Otak lo Jezz, kurang-kurangin." Ledeknya sambil meraih air mineral lalu meminumnya.

Aku terus memindahkan channel sampai menemukan sebuah acara yang memberitakan soal kejadian-kejadian yang terjadi sebulan terakhir ini. Dan entah mengapa pada berita tersebut diberitakan soal kecelakaan maut di jalan tol yang menyebabkan 4 mobil rusak parah.

Entah apa yang aku rasakan, tetapi dadaku terasa sesak. Apalagi ketika aku melihat kondisi hancurnya mobil yang sangat aku kenali.

Klik.

Tiba-tiba layar menghitam, aku menunduk meraih minuman kaleng yang aku bawa tadi lalu membukanya dan meminumnya. Aku kira dengan minum, rasa sesak di dadaku akan hilang tapi ternyata tidak. Aku menaruh kaleng di atas meja, dan setelah itu Ken langsung menarikku ke dalam pelukannya.

Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang