Bab 6 - Kasar

5.1K 405 239
                                    

Tidurku terusik ketika sesuatu bergerak-gerak di hidungku, menyingkirkan sesuatu yang mengganggu tersebut agar aku bisa melanjutkan kembali tidurku. Namun bukannya menyingkir, tapi malah semakin menggelitiki hidungku. Merasa sedang dikerjai oleh seseorang, aku langsung melayangkan tanganku ke sembarang arah, aku melayangkan kepalan tanganku dan berbenturan dengan sesuatu yang menimbulkan suara teriakan yang cukup keras. Sontak aku membuka mata dan menemukan wajah meringis Ken sambil memegangi keningnya.

"THE FUCK JACQUELYN!"

Mengerutkan keningku lalu menggaruk kepalaku, dan bangun duduk tepat di hadapannya. Menatapnya yang masih sibuk mengusap keningnya, setelah itu dia malah menoyor kepalaku sehingga aku terjengkang ke belakang dan kembali berbaring.

"The fuck, Ken!" umpatku kesal.

"Tangannya nggak pernah di sekolahin ya?" omelnya. Aku hendak bangun, namun Ken malah kembali menoyor kepalaku dan menyulitkanku untuk bangun.

Menepis tangannya, tapi dia malah menahan keningku dengan kuat agar aku tidak dapat bangun. "Lo nggak pernah diajarin sopan santun ya? Masuk kamar orang seenaknya aja!"

"Bangun bego! Udah siang! Cewek apaan bangunnya siang terus."

"Oh, lo masih anggap gue cewek?"

"Lo cewek jadi-jadian."

"Lo cowok nggak jadi-jadi."

"Bangun, kuliah!"

"Gimana gue mau bangun kalau lo nahan jidat gue gini!"

Ken menyingkirkan tangannya dari keningku, aku bangun lalu menyentil keningnya dengan jariku. Dan si lemah Ken malah kembali meringis kesakitan, payah.

Aku kira dia tidak akan melawan, tapi Ken malah mencapit pipiku dengan telunjuk dan ibu jarinya. "Ini habis lo tonjok barusan, terus lo sentil. Sakit, tau?"

Memukul tangan Ken, lalu aku kembali tiduran dan menutupi seluruh tubuhku dengan bedcover. Ugh, mengganggu saja.

"Jezz, tadi malem lo nggak ke rumah Om Lutfi kan?"

Astaga, berisik. Tanya terus.

Terjadi keheningan beberapa saat, sampai pada akhirnya aku merasakan sesuatu menindih tubuhku. Tidak- tidak dengan cara yang kejam, melainkan jatuh perlahan mendekapku, dan sebuah tangan melingkar di atas perutku yang tertutup oleh bed cover. Ken memelukku?

"Gue belum tidur semaleman," bisiknya tepat berada di samping telingaku.

"Kenapa?" tanyaku yang secara reflek mengeluarkan sebelah tanganku dari dalam bed cover lalu menyentuh rambut Ken dan mengusapnya. Sebuah perubahan sikap yang sangat drastis.

"Tadi malem ada masalah di klub, jadi gue nggak ada waktu buat tidur," jawabnya.

Meremas rambutnya pelan dan merasakan sebuah kerinduan yang cukup mendalam, aku merindukan momen Ken bermanja-manja denganku seperti ini karena hal tersebut sangatlah langka terjadi. Ken akan menjadi manja jika dia sedang lelah atau mengantuk, tapi seorang Ken lebih sering menyebalkan dan minta dibunuh hidup-hidup ketimbang dimanja-manja.

"Jadi gue minta lo jangan nambah beban pikiran gue, ya?" ujarnya.

"Lo aja yang nambahin gue ke dalam beban pikiran lo, padahal gue nggak minta."

"Jezz, please."

"Apa maksud lo jangan nambahin pikiran lo itu masih tentang photoshoot itu?"

"Hmm."

"Kalau gue malah nambahin beban pikiran lo, gimana?"

"Berarti lo nggak sayang sama gue."

Never ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang