Author POV
Setelah Chafid ngasih bolanya ke Ari, Ari langsung ngedribble bola ke arah ring tim lawan. Ari agak lari, dan ngelempar bola itu. Gak bener² ke arah ring, tapi ...
"Arghhh..."
Tapi ke arah kepala Tania.
"Taniaaa..." terdengar teriakan histeris dari Zefa. Suaranya melengking tinggi sampai 4 oktaf.
Guru olahraga meniup peluit untuk menghentikan permainan dan segera menghampiri Tania. Anak-anak yang lagi duduk di pinggir lapangan juga langsung berdiri dan berlari.h
Disaat semua orang menghampiri Tania dengan tergesa dan raut khawatir, cuma Ari doang disana yang tersenyum tipis dan berjalan pelan ke arah kerumunan orang-orang didepannya, tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Pak, Tania pingsan!"
"Pak, Tania mimisan!"
"Yaampun darahnya gak berhenti mengalir."
Tanpa memperdulikan ucapan semua orang, guru itu lekas menggendong Tania dan berlari menuju uks. Semua orang cuman diem sambil ngeliatin kepergian guru mereka, kecuali Zefa yang berlari mengikuti gurunya itu.
Sepeninggal guru itu, lapangan yang tadinya hening kini menjadi ricuh lagi. Semua anak langsung sibuk dengan kegiatan masing-masing, anak cowo pada maen basket lagi, dan anak cewe sibuk menggosip. Seolah-olah seperti tidak terjadi apapun tadi.
Seorang cewek berambut hitam sebahu terus memperhatikan anak-anak disekitarnya tanpa ekspresi. Dia hanya duduk sedari tadi, bahkan saat salah satu 'teman' sekelasnya terluka pun, dia hanya duduk. Tanpa melakukan apapun. Dan seorang diri.
"Sandiwara yang menakjubkan, kawan." Desis cewek itu sambil mendecih. Kemudian, dia beranjak dari tempatnya duduk dan berlalu menjauhi lapangan sekolah.
Dan gak lupa, cewek itu masang earphone dikedua telinganya dan mulai mendengarkan musik instrumental, kesukaannya.
.
.
."Apa dia baik-baik aja?"
"Tidak terlalu."
"Apa dia pendarahan?"
"Sepertiny-,"
"Apa dia bisa sembuh? Apa perlu gua nelpon ambulance? Kita harus bawa dia ke rumah sakit, karna gua takut batiba Tania ma-,"
"Stop! Kamu benar-benar mengganggu saya. Sudah kamu duduk aja disana dan jangan berisik!"
Zefa menahan nafasnya pas denger bentakan dari cowo tinggi yang menurutnya cakep, pinter, tajir, baek, deelel. Tapi dia nurut aja. Jadi, Zefa cuman jalan ke deket pintu masuk dan duduk disalah satu kursi disana.
Oh ya, guru olahraga yang tadi nggendong Tania udah balik ke lapangan dari tadi. Dan Zefa kebagian tugas buat jagain Tania.
Setelah duduk, mata Zefa bergantian mandang ke Tania yang hidungnya masih ngeluarin darah dan cowo cakep itu yang ngebersihin darah Tania dengan telaten.
Zefa merhatiin cowo cakep yang umurnya masih terbilang muda itu. Rahangnya tegas dan bahunya tegap. Dia menjabat jadi dokter di SMA Trimurti. Pas kelas 2 dulu, Zefa sering banget bolos dan pura-pura sakit biar bisa masuk uks dan ketemu sama dokter muda ini. Yah, walopun resikonya dia harus nelen obat pait. Tapi rasanya bakal manis kalo sambil ngeliatan nih dokter.
Dan yah, pas pertengahan semester akhirnya Zefa ketahuan suka bolos dan pura pura sakit. Jadi, guru bilang kalo dia gaboleh ke uks lagi walopun sakit beneran. Tega ya?
Oh ya, dokter cakep ini namanya Akbar. Umurnya masih 22 tahun. Masih muda kan? Ya, gak terlalu jauh lah sama umur anak-anak disekolah ini. Gak cuman murid, pasti ada juga guru yang mendem rasa wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hope [ ARI IRHAM FIC]
Teen FictionHanya sebuah harapan kecil dan sederhana dari seorang cewek SMA kepada teman kelasnya yang hobi membully dirinya. Lalu, akankah kesabarannya akan membuahkan kebahagiaan? Atau kesengsaraan? Dan apakah temannya yang suka membullynya akan mengabulkan h...