Bagian Dua Belas

1.7K 127 9
                                    

Pelajaran keempat telah berakhir semenjak beberapa jam yang lalu, dan sekarang adalah jam istirahat.

Salsa ngeliatin temen temen kelasnya yang ricuh dan rame sendiri. Dia menghela nafas, yah Salsa gak terlalu suka -benci- keramaian. Jadi, dia mbalik tubuhnya ke belakang buat ngerogoh tas ranselnya untuk ngambil headphonenya.

Tubuh Salsa mbalik ke belakang, tangannya udah bersiap masuk ke tasnya, tapi tatapannya terkunci ke seragam yang tergeletak di atas meja dibelakangnya, meja Tania. Salsa keliatan kayak mikirin sesuatu, tapi dia langsung nggelengin kepalanya dan ngambil headphone sama hpnya.

Dia masang headphonenya dan muter musik klasik yang judulnya Time Past. Lantunan iramanya sangat lembut, dan Salsa mejamin matanya sambil nunggu bel masuk bunyi.

"Tania pendarahan."

Denger ucapan Noki, tubuh Salsa kayak tersentak, tapi ekspresinya masih tetep datar, matanya pun juga masih terpejam. Tapi, jarinya sibuk menekan bagian samping hpnya untuk mengecilkan volumenya.

"Apa hubungannya sama gua?" Ari masih berkutat sama hpnya.

"Lo kan yang bikin dia kek gitu!" Noki mendengus kesal.

"Lo mihak dia?" Noki cuman diem dan balik ke bangkunya.

Salsa membuka matanya dan berdiri secara mendadak. Dia ngambil baju yang tergeletak di atas meja Tania, lalu ke meja Zefa dan berjalan keluar kelas. Semua anak dikelas ngeliatin Salsa dengan tatapan yang bermacam. Tapi, paling banyak tatapan gak perduli.

.
.
.

"Kamu gak balik ke kelas?" Tanya dokter Akbar ke Zefa. Jujur aja, dia agak khawatir soalnya dari tadi Zefa masih nungguin Tania disamping ranjang. Tania juga belum bangun bahkan sampai jam istirahat.

Ya, sekarang waktunya istirahat. Tapi, Zefa belum beranjak dari kursinya. Dia juga masih pake seragam olahraga.

"Zefa?"

"Dokter makan aja dulu. Gua disini aja nemenin Tania."

Dokter Akbar tersenyum miris, walopun Zefa gak bisa ngeliatnya karna posisinya yang membelakangi. Dan sekarang, dokter Akbar udah ngelangkah pergi ninggalin uks. Zefa bisa denger dari ketukan sepatunya.

Zefa ngelus bahu Tania yang ada didepannya. Dia menatapnya sendu dan berkali-kali berdoa supaya Tania cepet sembuh.

Gak lama, ada suara ketukan sepatu dilantai yang masuk uks. Zefa yang ngerasa kalo ketukan itu beda sama sepatu dokter Akbar, langsung noleh. Dia mengernyit pas ngeliat Salsa yang jalan ke arahnya.

Tanpa berkata apapun, Salsa naruh seragam Tania di atas nakas samping ranjang, dan naruh seragam Zefa diatas ranjang -didepan Zefa. Dia juga ngelepas headphonenya dan nyampirin dibahunya.

"Eh, ngapain lo repot-repot bawain ini?" Zefa langsung berdiri dan garukin lehernya, ngerasa gak enak sama Salsa, tapi dia sedikit lega juga sih.

"Jangan salah paham. Gue disuruh bu Intan."

Bohong! Ini kan masih jam istirahat, bu Intan mana mungkin udah masuk kelas? Tapi pas ngeliat ekspresi wajah Salsa, Zefa cuman ngangguk. Dia gamau debat sama cewek didepannya ini.

"Gua ganti disini, ya?"

Gak ada jawaban. Salsa malah ngambil alih kursinya dan mendudukinya.

"Ah, gua ganti ke toilet aja dah, disini pasti nanti ada dokter Akbar. Gua nitip Tania, ya?" Setelah itu, Zefa langsung keluar uks.

Sedang Salsa sendiri, pandangannya terkunci ke wajah Tania. Dia meniti wajah ayu itu yang pucat. Lalu, seragam olahraga yang berwarna biru laut itu udah ternodai sama darah.

My Hope [ ARI IRHAM FIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang