Di beberapa chapter udah aku edit, tapi kok masih gak berubah ya'-' ku jelasin ya, cuman sekedar ngingetin sih... Salsa, Tania, Zefa, Ari dkk itu sekelas di kelas 12 IPA-3 bukan 12 IPA-2. Udah sih itu aja bwahaha...
Okee, selamat membaca~
.
.
.
.
.
.Salsa masih bergeming di tempatnya. Headphone ditelinganya udah dilepas dari tadi. Pandangannya lurus ke depan, ke Tania yang lagi makan roti.
"Lo kenapa?"
Tania ngehentiin kunyahan rotinya dan nolehin kepalanya ke samping kanan, ngeliatin Salsa bingung.
"Memangnya aku kenapa?"
Ugh, terkadang Salsa rasanya pengen banget ya nabok pipi mulus Tania saking gemesnya. Udah jelas-jelas Salsa nanyain keadaan Tania yang bonyok gitu eh malah dibales kenapa.
Gak kunjung merespon, akhirnya Tania sadar akan pertanyaan Salsa dan ngelanjutin kunyahannya sambil nunduk.
"Aku juga ngga tau kenapa. Yang aku tau, mereka berteriak sambil nyebutin nama Noki. Lalu mereka memukulku dengan keras, dan saat itu juga Noki, Ari, sama Kevin datang."
"Jauhin mereka."
Tania tersentak pas dengerin ucapan Salsa. Nada bicaranya kek perintah gitu. Dan sebelum Tania bisa bales perkataannya, Salsa udah nyela duluan.
"Lo gak pantes bergaul sama mereka."
"Bukannya dalam bergaul itu ngga boleh pilih-pilih teman ya?"
"Tania, dengerin gua," Salsa ngambil roti di genggaman Tania dan naruh di atas meja samping ranjang, "Lo dipukul karna deketin Noki, Ari, sama Kevin. Jadi, lo jauhin mreka biar kejadian kek gini gak keulang lagi."
Tania yang emang polos dan penurut sih ngangguk aja. Yah, walo dia sendiri gak yakin sih bisa ngejauhin ketiga temennya itu.
Salsa berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke rak bagian obat, dengan lancangnya dia ngambil salah satu kemasan itu dan ngehiraukan dokter Akbar yang lagi merhatiin Salsa heran.
Salsa malama kok jadi pribadi yang kasar dan kurang ajar ya'-'. Iya, berkat didikan orangtuanya yang gatau diri juga tengkar di depan anaknya sendiri.
Terus dia ngehampirin Tania sambil menggenggam kemasan tadi di tangan kirinya, sedang tangan kanannya meganging ujung bibir Tania yang lebam, bekas pukulan gitu.
"Adek kelasnya agresif," Salsa membelai pipi Tania pelan, ada rasa sedih di manik matanya. Tapi, Tania cuman diem dan nikmatin elusan Salsa. Kapan lagi ngerasain sentuhan lembut kek gini dari cewek es?
Bahkan Tania sampe gak sadar kalo ujung bibirnya udah tertempel sebuah plester berwarna coklat kulit kek handiplast gitu(?).
"Balik ke kelas yuk."
Sebelum Tania mengangguk dan turun dari ranjangnya, dia ngabisin rotinya dan ngebuang plastik itu ke dalam tong sampah sebelah ranjangnya. Terus, senyum ke Salsa dan megangin plester di ujung bibirnya.
'Salsa punya sifat hangat juga ya? Kayak ibu aku,' gumam Tania dalam hati.
Akhirnya, mreka berdua balik ke kelas setelah pamit ke dokter Akbar.
~•~•~•~ My Hope ~•~•~•~
Salsa sama Tania balik ke kelas bertepatan sama keluarnya bu Liyah dari kelas mereka. Keknya sih bu Liyah cabut dari kelas lebih awal. Soalnya masih ada sisa waktu sejam lagi sebelum bel istirahat, dan itu jamnya bu Liyah harusnya.
"Loh, kamu kenapa? Habis dipukul ya?" tanya bu Liyah ngeliat pipi Tania yang merah dan ujung bibirnya yang diplester.
"Oh, saya tidak apa-apa kok, bu Liyah," sergah Tania sambil senyum pepsodent sampe semua giginya keliatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hope [ ARI IRHAM FIC]
Teen FictionHanya sebuah harapan kecil dan sederhana dari seorang cewek SMA kepada teman kelasnya yang hobi membully dirinya. Lalu, akankah kesabarannya akan membuahkan kebahagiaan? Atau kesengsaraan? Dan apakah temannya yang suka membullynya akan mengabulkan h...