Part 14

24.1K 1.1K 11
                                    

Pada hari itu juga gue nyeritain semua yang udah gue alamin ke Elizabeth. Dia bilang hidup gue menarik , tapi sebaliknya gue ngerasa hidup gue membosankan. Orang tua yang entah dimana, terkadang kakak-kakak gue sibuk dengan hidupnya masing-masing, dan gue juga sadar kalo sahabat gue gaakan selalu ada di sisi gue, mereka juga punya kehidupan.

Kenapa gue jadi lebay gini yah.

Bel pulang sekolah memcahkan lamunan gue.

"Shan, gue udah dijemput, gue balik duluan yah" kata Elizabeth.

"Gue juga shan" kata Martin.

"Yah, gue bareng siapa dong?" Tanya gue.

"El lah" kata mereka.

"Lu bareng gue aja" kata seseorang dari belakan gue.

"Eh gausah, gue bisa balik sendiri,.. Shit gue baru inget gue ga bawa motor. Gue cari kakak-kakak gue dulu yah". Kata gue.

"Udah, bareng gue aja." Kata dia sambil menarik tangan gue.

-Rey's POV-
Tadi gue liat Shania ditinggal pulang sama sahabat-sahabatnya, gue tadinya berinisiatif buat nganterin dia pulang tapi ternyata Steve, si adik kelas songong tukang balap liar, pemabuk, dan perokok itu sudah lebih dulu mendahului gue.

Sial.

Gue cuman takut Shania ikut terjerumus ke kehidupan semacam itu.

Bukan.. bukan karena gue suka sama dia..

Mungkin ini cuman naluri ke-kakak-an gue karena gue anak tunggal. Mungkin sifat gue ini muncul karena terlalu ingin mempunyai adik.

Cuman care! Ingat. Cuman care.

*3 bulan kemudian*

-Shania's POV-
3 bulan sejak Steve mengantar gue pulang. Hubungan kita semakin dekat. Rasa benci gue ke dia juga udah mulai berkurang atau mungkin sekarang gue ga benci dia sama sekali. Dia orang yang baik, hanya saja sedikit pembangkang dan berandal. Bukan sedikit maksud gue, tapi sangat berandal. Bahkan 2 bulan terakhir kita menjalani HTS (hubungan tanpa status)

By the way, 3 bulan terakhir ini beberapa hal berubah, mulai dari keluarga gue. Mom dan Dad makin sibuk, bahkan lebih sibuk dari dulu. Gue ga peduli lagi, mereka tidak pernah menanyakan kabar gue. Mungkin mereka lupa kalo mereka masih punya anak. Usaha kak Grey semakin maju,sekarang dia dan kak Jazz sudah tinggal di rumah yang berbeda dengan gue, 2 bulan yang lalu mereka pindah ke Eropa. Begitu juga dengan kak Mark, dia mendapat pekerjaan Sebagai pemain film di Eropa, pembuatan film itu memakan waktu yang cukup lama dan jadwalnya juga sangat padat, Tidak mungkin dia harus bolak-balik indonesia-Eropa terus. Karena itu dia memilih untuk menetap di Eropa bersama kak Grey. Jack harus mengurus Sir Adam yang akhir-akhir inu sedang sakit-sakitan sebagai tanda terima kasih telah merawatnya selama bertahun-tahun. Di Indonesia gue tinggal berdua bersama kak El, kak El mulai menerima pekerjaan yang ditawarkan sebagai pemain gitar di sebuah band internasional yang cukup terkenal, mereka menjadi sangat sibuk.

Selain hubungan gue dengan keluarga gue yang merenggang, hubungan gue dengan Rey juga memburuk. Rey mulai menjauh. Dia jadi lebih menyebalkan, lebih dingin, dan selalu buang muka kalo kita ketemu.

Apa salah gue coba? Sabodo lah. I don't fvcking care.

Duh gue jadi banyak bacot.

Pokoknya 3 bulan ini idup gue lagi ampas-ampasnya.

Setelah mendapat kebebasan tanpa seseorangpun yang bisa ngatur hidup gue, kenakalan gue semakin memuncak.

"Woi Shan, lu punya rumah ga sih? Udah 1 minggu lu nginep di base camp kita" celetuk Matthew dengan nada bercanda.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang