Part 27

23.2K 1.2K 33
                                    

-Author's POV-

Sejak Shania kabur dari rumah, kediaman Standfield menjadi lebih sepi. Sudah hampir 2 tahun Shania kabur dari rumah dan keberadaannya sekarang belum bisa dilacak oleh anak buah Dominic.

Keadaan berputar 180 derajat. Mereka memang tidak jatuh miskin dan tidak akan jatuh miskin, tapi kekayaan sudah terasa seperti tidak ada artinya. Kepulangan Jack ditukar dengan kepergian Shania. Mark hampir terkena depresi berat akibat ditekan oleh perasaan bersalah, darj awal memang dia tidak menyangka kalau Shania benar-benar akan pergi dari rumah. Jazzy juga terus menerus dihantui perasaan bersalah karena ini semua tidak akan terjadi kalau dia tidak melanggar peraturan lalu lintas dan menyebrang sembarangan.

"El, Lu ngerasa sepi ga di rumah gaada Shania, adik kita yang dulu paling kita manja, yang selalu bikin rumah ribut" kata Grey ke Elliot.

"Where is she?-" Kata Elliot kepada dirinya sendiri. nyaris seperti bisikan

"-- apa dia masih hidup? apakah dia berkuliah disana? Dia senang atau sedih? Siapa yang mengelap air matanya kalau dia menangis? Sudah makan kah dia disana?" Rancau Mark,

Mark jadi jarang keluar rumah sejak kepergian Shania, dia sudah berhenti bekerja. Dia sudah rutin menjalani terapinya di psikiater tapi depresinya tidak kunjung membaik.

bukan hanya keluarganya yang sedih karena Shania pergi. Rey juga sedih karena bagaimanapun , dia juga salah-satu orang yang membuat ini semua terjadi.

Sekarang Rey telah menggantikan posisi Ayahnya, menjadi pemilik perusahaan ternama di dunia.

Dominic mulai menyerah untuk mencari putrinya dan hanya pasrah pada keadaan. Bagaimanapun juga dia hanyalah hanyalah seorang manusia kecil di di dunia yang besar.

-Calvin's POV-

"Kyle, apa lu yakin ini apartemennya?" Tanya gue ke Kyle. Gue dan Kyle terbang ke California hanya untuk menemui Shania.

Apartemen ini cukup mewah.

"I'm pretty sure this is her apartement, but I don't know. Calvin, mungkin kalau kau bertemu dia kau tidak akan mengenalinya karena makeupnya sangat tebal"

"Gue harus ketemu sama dia, gue berhutang budi padanya"

Gue mengetuk pintu apartemennya,

Sekali.. dua kali... tiga kali...

Tidak ada yang membuka pintunya.

Kami memutuskan untuk menunggu di depan pintu apartemennya. Gue memang ga yakin kalau dia tinggal di apartemen ini, tapi apa salahnya mencoba. Kegiatan ini akan membuang banyak waktu.

Gue dan Kyle duduk di depan pintu apartemennya, sambil bermain ipad gue. Seperti membalaskan masa kecil bersama yang terlewatkan. Gue seneng bisa menghabiskan waktu ini.

-Shania's POV-

Hari yang melelahkan, gue udah training, muka gue masih biru dan karena terkena tonjokan, terlebih lagi Skylar yang terus menerus mencueki gue.

Kalau kalian menanyakan tentang perasaan gue ke Skylar, ya, gue suka sama dia. Gue cukup yakin. Bukan karena ketampanannya, karena kalau soal ketampanan, si kembar bahkan lebih tampan tapi karena sebenarnya sifat Skylar itu baik, tadi siang dia membantu seorang anak kecil yang terjatuh dari sepedanya lalu memberikannya sebuah ice cream, namun dia orang yang penuh misteri. Gue sangat tertarik sama dia, persetanan dengan perlakuannya selama ini ke gue.

Gue udah terlanjur suka sama dia walaupun dia gak menganggap gue ada, walaupun gue ga pernah dapet perhatian dari dia... atau gue harus kesakitan dulu kaya anak yang jatuh dari sepeda itu buat dapetin perhatiannya?

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang