20

3K 148 2
                                    

"Ehm."

Vino berdehem. Julian sedari tadi hanya memperhatikan hpnya saja. Sampai-sampai Vino diabaikan. Dan ditambah lagi Aldi yang menghilang. Terlihat sekali cemas diwajah Julian.

"Kenapa sih Jul?"

Julian menghela nafasnya lalu menatap Vino.

"Natasya.. Dari semalem gak bales LINE dan gak angkat telfon dari gue Vin. Bahkan dia hari ini gak masuk!" Jelas Julian. Vino mengelus punggung sahabatnya. Agar lebih tenang.

"Lo positif think-"

"Julian!"
Dari kejauhan Silvy, Aldi dan Dika berlari tergopoh-gopoh. Julian melihat ketiga orang didepannya dengan bingung.
"Kenapa?" Tanya Julian.

Silvy menggigit bibir bawahnya. Mukanya tampak menyembunyikan sesuatu. Yang pasti tentang Natasya.
"Ada apaan sih?" Tanya Julian lagi.

"Natasya Jul..."
"Dia..."

***

Julian berlari-lari di lorong rumah sakit.
"Pasien atas nama Natasya Salsabila kamar nomor berapa?" Tanya Julian.
"Sebentar ya.."

"Natasya Jul.."
"Dia korban tabrak lari."

Julian masih tidak percaya apa yang Silvy bilang. Dadanya langsung sesak saat mendengarnya.

"Kamar 304."
"Terima kasih."

Julian langsung berjalan cepat kearah kamar itu. Sesampainya disana ia melihat disana sudah ada Adam, Anna, Nick dan kedua orangtuanya. Kenapa disaat-saat seperti ini harus ada Adam?Wajah kedua orangtuanya terlihat sangat terluka. Mama nya tidak berhenti menangis. Tapi tidak sebanding dengan Nick. Nick terlihat sangat lemah. Kantung matanya besar, wajahnya pucat, rambut berantakan,mata nya sembab dan merah. Disamping terdapat Anna sedang menenangkan Nick.

"Julian. Sini duduk." Ajak Anna.
"Gimana keadaan Tasya?" Tanya Julian.
Nick menoleh kearah Julian. Julian bisa melihat jelas wajah terluka Nick.

"Parah Jul. Otaknya pendarahan hebat,  lengannya patah, kakinya juga."

"Dan dia koma."

Jantung Julian terasa melorot kebawah. Bagaimana bisa? Padahal dua hari sebelumnya Natasya memeluknya dengan erat. Pelukan yang berarti tidak ingin jauh dari Julian. Julian masih bisa merasakan pelukan itu. Dia tidak siap jika harus kehilangan Natasya. Sama sekali tidak.

"Gue emang gak berguna jadi kakak! Gue tolol! Seharusnya gue bisa jagain dia!" Kata Nick dengan suara bergetar. Anna langsung memeluknya. Keadaan Nick sangat kacau.

"Kita sama-sama berdoa agar Natasya cepat pulih." Ujar Papa. Julian menangguk.
"Julian boleh liat Tasya?" Tanya Julian.
"Boleh. Masuk aja."

Julian memasuki kamar inap Natasya. Dinginnya kamar terasa menusuk dikulit Julian. Disana ia melihat perempuan kesayangannya terbaring lemah dengan bantuan oksigen dan alat pendeteksi jantung. Julian menatap lekat wajah cantik Natasya. Wajah yang selalu membuatnya bahagia, membuatnya berkali-kali lipat jatuh cinta, membuatnya rindu. Julian menggenggam tangan pucat Natasya. Lalu ia mencium punggung tangannya. Lama.

"Siapa sih yang berani-beraninya nabrak kamu trus pergi seenaknya?"

Julian tidak bisa menahan air matanya lagi.

"Aku nangis loh Sya. Kalo kamu liat aku nangis pasti kamu ngatain aku cengeng."

"Tapi kali ini aku gak bisa tahan lagi Sya. Aku gak bisa liat kamu kayak gini." Suara Julian bergetar.

Ia melihat sebuah foto di meja sebelahnya. Foto masa kecilnya bersama Natasya. Mereka terlihat sangat bahagia difoto itu.

"Dia ngelindungin foto itu Jul." Kata Nick yang tiba-tiba datang.
"Saat dia mau masukin uang ke dompetnya. Tiba-tiba foto itu terbang keluar dari dompetnya. Foto itu berhenti di tengah jalan raya." Nick berhenti bercerita lalu menunduk.
Julian juga tidak kuat jika harus mendengar selanjutnya.

***

Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam. Julian masih setia disamping Natasya. Sampai ketiduran. Mama pun membangunkan Julian.

"Julian.." Ucap Mama lembut. Julian pun langsung terbangun.
"Kamu harus pulang. Udah malam orangtua kamu pasti nyariin."
"Iyaa Ma." Julian pun bangkit dari duduknya lalu pergi keluar kamar.
"Julian pamit pulang ya Ma." Kata Julian sambil salam pada Mama.
"Hati-hati Julian.."

Tiba-tiba pundak Julian ditahan oleh seseorang.
"Gue anterin lo pulang." Kata Adam. Julian melepaskan tangan Adam dari pundaknya.
"Nggak usah gue bisa pulang sendiri." Jawab Julian tak acuh. Adam memutar matanya.
"Your condition, Jul. Lo gak bisa bawa mobil dengan tenang." Julian berpikir sebentar. Lalu ia pun menerima ajakan Adam.

"Ternyata lo teman kecilnya Natasya, right?" Tanya Adam memecah keheningan dimobil.
"Lebih tepatnya sahabat. Tapi sekarang pacar." Adam tertawa kecil mendengar jawaban Julian. Apa ada yang lucu? Pikir Julian.
"I know Julian! Lo masih mikir kalo gue suka sama Natasya? Kan gue udah pernah bilang. Sekarang gue sama Natasya itu cuma temen." Jelas Adam. Julian menghela nafasnya sambil mengangguk.

"Thanks. Nanti lo balik sama supir gue ya?" Kata Julian sambil keluar dari mobilnya.
"Gue naik taksi aja." Jawab Adam. Adam pun berjalan keluar komplek untuk mencari taksi.

___________________________

Jangan lupa vote yaa!😋

Love at LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang