26

3.3K 159 0
                                    

Flashback

Toktoktok.

Dengan malas Julian membukakan pintu. Saat pintu terbuka, disana berdiri seorang Viona dengan wajah sedihnya.

"Lo ma-"

Tiba-tiba Viona memeluk Julian dengan erat. Ada apa dengan cewek ini? Tapi Julian tidak membalas pelukan itu.

"Gue cinta sama lo. Ngelupain lo itu gak segampang balikin telapak tangan, Jul."

Julian hanya diam.

"Gak usah peluk-peluk kan bisa?" Kata Julian ketus. Kemudian Viona melepaskan pelukan itu dan mendorong Julian ke dinding. "Oke kalo lo gak mau gue peluk." Kata Viona dengan smirk.

Viona mencium bibir Julian. Julian membelalakan matanya. Ia mendorong Viona, tetapi Viona tidak melepaskannya.

Brakk!

Dan saat itu Natasya muncul dengan muka kaget nya. Barang yang Natasya bawa jatuh berserakan. Julian langsung mendorong Viona sekencang-kencangnya hingga terjatuh.

"Tasya!" Teriak Julian.

"Jangan tinggalin aku, Julian." Mohon Viona.

Flashback end

***

Julian daritadi berusaha untuk mengubungi Natasya. Tapi Natasya sama sekali tidak meresponnya.

Natasya salah paham.

Tiba-tiba bohlam muncul diatas kepala Julian. Ia segera merampas kunci mobilnya dan pergi.

Pertama ia pergi membeli teddy bear lalu kemudian bunga.

Kedua ia pergi kerumah Natasya.

Sampailah dia dirumah Natasya. Julian sudah mengumpulkan nyawanya jika harus menghadapi Nick. Julian menarik nafas dalam-dalam.

Toktoktok.

Pintu pun terbuka. Dan ternyata perkiraan Julian benar. Nick berdiri disana dengan tatapan iblisnya yang siapapun pasti takut jika melihatnya dan lebih memilih pergi. Tangan Nick sudah mengepal dan urat-urat dilehernya sudah bermunculan.

"Mau ngapain lagi lo? Hah?" Tanya Nick ketus. "Ada Tasya nya?" Tanya Julian. Nick berdecak sambil memutar bola matanya.

"Lo kalo mau minta maaf, udah telat. Sebentar lagi dia bakal pergi. Jadi lo mendingan pulang aja. Karna usaha lo sia-sia."

Kata-kata Nick berhasil menampar Julian. Julian berpikir, tidak ada kata terlambat untuk cinta. Tapi, apa yang dimaksud pergi?

"Gue mohon. Sekali ini aja, abis itu gue gak bakal ganggu hidup Tasya lagi." Mohon Julian.

"Kesempatan buat lo udah abis Jul. Lo udah bikin Natasya sakit hati."

Rasanya Julian ingin mengeluarkan air matanya. Tidak didepan Nick. 

"Oke. Kalo gitu tolong kasih ini ke Tasya." Kata Julian sambil memberikan bunga dan teddy bear itu ke Nick. Kemudian ia pergi dari rumah Natasya.

"ARGH!" Julian memukul-mukul stir mobilnya. Seharusnya disaat Julian emosi seperti ini, Natasya berada disampingnya dengan pelukan hangatnya. Air mata Julian mengalir. Ia tidak bisa menahannya lagi.

Julian pun pergi ke suatu tempat. Tempat yang bisa meredamkan emosinya.

***

Sinar matahari membangunkan Julian. Julian mengerjapkan matanya sambil memandang sekitar. Siapa yang membawanya pulang? Terakhir kali yang Julian ingat, ia sedang mabuk berat.

"Julian? Udah bangun?" Suara mama nya terdengar dari pintu. Mama nya pun duduk disebelah Julian.

Nggak mungkin mama yang bawa Julian pulang kan?

"Daritadi hp kamu bunyi terus loh. Kayaknya ada yang penting." Kata Mama nya. Julian mengambil hp nya.

30 missed calls from Silvya.

"Silvy? Ngapain nelfon gue sampe sebanyak ini?" Pikir Julian. Tiba-tiba Silvy kembali menelfon Julian.

"Ha-"
"Julian! Lo kemana aja sih?! Gue telfonin daritadi!"
"Apaan?"
"Natasya hari ini berangkat ke New York!"

Mata Julian membelalak.

"Gak usah bercanda deh Sil."
"Gue serius Jul! Cepetan lo susul dia di bandara! Sekarang!"

Julian masih tidak percaya dengan perkataan Silvy. Tapi tiba-tiba dia mengingat sesuatu.

"Sebentar lagi dia bakal pergi."

Kata-kata yang diucapkan Nick kemarin. Julian baru menyadarinya!

Ia segera pergi ke bandara. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di bandara ia berlari-lari mencari Natasya. Mencari orang yang ia cinta. Julian mencoba menghubungi Natasya.

"Maaf. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."

Julian melihat jadwal penerbangan. Dada Julian terasa sesak. Sudah terlambat. Natasya sudah pergi. Pergi jauh meninggalkannya.

Bahkan tanpa mengucapkan selamat tinggal. Seharusnya sekarang ia bisa merasakan pelukan terakhir.

Natasya Salsabila. Nama yang akan selalu Julian simpan dihatinya sampai kapan pun. Seseorang yang bisa membuatnya tersenyum. Dan selalu bisa membuat jantungnya berdegup kencang.

"Its not the goodbye that hurts. But the flashbacks that follow."

Love at LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang