27[end]

6.7K 214 10
                                    

Sudah 3 tahun ku habiskan di New York. Meninggalkan orang yang ku sayang di Indonesia. Sungguh aku sangat merindukannya. Aku benar-benar lost contact dengannya. Sama sekali tidak tau bagaimana kabarnya? Atau apakah sudah ada penggantiku?

Ya mungkin saja.

***

"Natasya!" Aku pun menoleh. "Hey." Sapaku.

"Aku mencarimu daritadi!" Gerutunya. "Maafkan aku Dam. Tadi aku disuruh Mrs Autumn untuk membawa buku ke meja nya." Jawabku dengan senyum kikuk.

"Apology accepted." Katanya. "Ayo kita makan siang!" Ajak Adam dengan semangat. Aku mengangguk sambil menyamai langkahnya. Aku dan Adam masuk ke universitas yang sama dan ia menjadi sahabatku.

Adam membawaku ke restoran langgan an kami. Bisanya kami datang kesana untuk  mengerjakan tugas dan makan.

Tiba-tiba aku melihat seseorang yang tidak asing. Laki-laki itu terlihat sedang bermain dengan hpnya dengan kopi disampinya.

"Nat-- ngeliatin siapa sih?" Tanya Adam sambil menengok ke belakang. "Itu.. Kayaknya aku kenal sama dia. Tapi siapa ya?" Kataku. "Yang mana?"

Aku pun menujuk si laki-laki itu. Adam menyipitkan matanya kemudian ia mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau siapa."

Aku yakin pernah melihatnya! Tapi dimana?

Setelah selesai makan, Adam mengantarku pulang. Selama diperjalanan Adam tidak berbicara sama sekali. Padahal biasanya ia selalu membicarakan segala hal. Tapi kali ini ia berbeda.

"Adam." Panggilku. "Hm?"

Tanya? Nggak? Tanya? Nggak?

Mobil Adam pun berhenti di depan rumahku. Akhirnya aku mengurungkan niat untuk bertanya.

"Kenapa manggil aku?" Tanya Adam. Mungkin lain kali aja aku nanya nya. "Nggak, abaikan. By the way, thanks." Jawabku sambil keluar dari mobilnya.

Ku kira Adam akan menahan ku pergi dan menanyakan ada apa. Ternyata nggak. Aku menghela nafas saat mobil Adam berlalu pergi.

Drtt...drt..

Aku mendapat sms dengan nomor yang tidak dikenal.

08xxxxxxx

Aku udah nyampe nih. Kamu dimana?

***

Baru saja aku masuk ke kelas. Semua murid sedang menggerombol di satu meja. Karena penasaran, aku pun menghampiri mereka.

"What's wrong guys?" Tanyaku. Mereka semua menoleh dan menatapku bingung.

"Kamu gak tau beritanya?" Tanya Nicole. Aku menggeleng. "Ada seorang laki-laki yang mencari pacarnya di sini. Dan beritanya sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia!" Jawabnya.

Apa yang membuatnya se-terkenal itu?

"Dia membuat video dengan kata-kata yang romantis!" Kata Nicole. "Videonya terkenal banget di youtube." Lanjutnya.

Aku jadi penasaran dengan laki-laki itu.

"Rasanya aku mau mengaku jadi pacarnya." Timpal Elly dengan senyum jahilnya.

"Bisa kah kalian memperlihatkan video nya?" Tanyaku. Nicole pun memberikan hp nya. Aku mem play video itu.

Tidak.

Tidak mungkin.

"Siapa namanya?" Tanyaku ragu. "Hmm-- sepertinya Julio. Oh bukan! Julian! Julian Delgrosso!" Jawab Nicole.

Aku menelan ludah dengan susah payah saat mengetahui ternyata si laki-laki itu adalah Julian. Jangan-jangan yang aku lihat di direstoran waktu itu......

***

Rintik-rintik hujan membahasi jalanan di kota ini. Dan lama kelamaan makin deras. Aku pun berlari menuju halte bus untuk meneduh.

Dingin. Sesekali aku mengusap-usap tanganku agar tetap hangat dan memeluk tubuhku.

Dari kejauhan terlihat tubuh jangkung yang berlari menuju halte. Tapi aku tidak bisa melihat wajahnya karena ia memakai masker dan kupluk hoodie nya. Ia pun duduk disebelahku. Keadaan menjadi canggung karena hanya kami berdua di halte ini.

"Dingin ya?" Suara bariton itu mengangetkanku. "I-iya.." Jawabku.

Tiba-tiba ia melepas kupluk hoodie nya dan masker. Kemudian ia menengok kearahku. "Namaku-"

Astaga.

Dadaku terasa sesak saat melihat wajahnya. Mata kami bertemu, membuat sengatan listrik agar kembali seperti dulu. Jantungku berdegup sangat kencang. Hujan membuat suasana mendukung.

"Julian."
"Natasya."

Aku segera memalingkan wajahku. Mataku sudah berkaca-kaca. Menahan air mata yang sudah membendung.

Julian menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Pelukan hangat yang sangat amat ku rindukan. Wangi maskulinnya menyeruak ke hidungku. Wangi yang selalu kucium saat sedang memeluknya. Air mataku pun mengalir deras. Ia mengelus puncak kepalaku. Bisa ku rasakan Julian sedang menangis juga.

"I miss you so much, Sya." Kata Julian lembut. "Me too." Jawabku dengan suara serak.

Aku pun melepas pelukan itu. Julian menatap lekat wajahku. Kemudian ia menghapus air mata di pipiku. Ia pun tersenyum. Senyuman yang membuat perempuan mana pun meleleh.

"Cengeng." Ejeknya. Aku memukul dadanya sambil tertawa kecil. "Akhirnya bisa ngeliat senyuman kamu lagi." Mukaku menyemburkan rona merah. Julian selalu berhasil membuatku blush.

"Jadi?" Tanya Julian. Aku mengangkat satu alisku.

"Bisa kita kembali lagi seperti dulu?" Jantungku berdegup sangat cepat. Kemudian aku tersenyum. "Diantara kita gak ada yang bilang putus kan?"

Julian tersenyum bahagia. Begitu pun aku.

"I LOVE YOU NATASYAAAA!!!" Teriak Julian.

"I LOVE YOU MUCH MORE JULIANNNN!!!" Teriakku.

__________________________

Yeyy! Akhirnya Love At Last selesai! Makasih buat yang setia baca cerita ini dari awal sampe akhir. Makasih jugaa buat nabilaala muah:*

Baca cerita gue yang lain juga yaa!:)

Love at LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang