2 | Dream

31K 1.2K 21
                                    

     BERKALI-kali Tiffany melirik arlojinya yang menggulung ditangan.

     Sudah menunjukkan pukul 3 sore dan supirnya belum menjemputnya juga. Biasanya tidak telat seperti ini tetapi entahlah, mungkin sang supir sedang ada kerjaan mendadak.

     Terik matahari membuat tubuh Tiffany mulai mengluarkan peluh, dia mengelap peluh dengan bahu kanan, dan meringis kepanasan.

Tin.

      Suara klakson mobil menghampirinya dan keluarlah Pak Budi, membukakan pintu untuk mempersilkan Tiffany masuk. Tiffany tersenyum lega dan dia masuk ke dalam.

     "Kenapa telat, Pak?" Tanyanya setelah Pak Budi mulai mengemudikan mobil.

     "Maaf Non. Tadi saya di suruh jemput seseorang dulu, oleh Tuan," jawabnya patuh. Tiffany mengangguk mengerti.

     Sampai di pekarangan rumah, Pak Budi membukakan pintu mobil dan Tiffany keluar.

     Saat kakinya berjalan akan melewati sofa, dia di kejutkan oleh seorang wanita dan lelaki sedang duduk berdekatan. Tangan wanita itu mengalung di leher lelaki.

     "Ehmm." Tiffany bedehem agar mereka memgalihkan padangan.

     Keduanya menoleh, "Kenapa?" Tanya Raka.

     "Mas, seharusnya kalian melakukan hal itu di kamar saja. Jangan di sini." Kata Tiffany, seolah tahu apa yang nanti akan dilakukan oleh mereka berdua.

     "Sayang, kita ke kamar yuk?" Ajak Raka kepada wanitanya dan si-wanita itu mengangguk antusias. Mereka berjalan ke kamar dengan bergandengan mesra layaknya suami-istri.

     Tiffany merasa risih dengan suara-suara vulgar yang berasal dari kamar sebelah, kamar
Raka. Tiffany selalu menutupi telinganya dengan bantal jika mendengar suara itu setiap Raka membawa pelacur-pelacurnya masuk ke kamar.

     "Ya Tuhan...." Tiffany terisak.

     Tiffany menghapus air matanya, dia tidak boleh menjadi wanita lemah. Tiffany harus kuat walau cobaan menghadangnya setiap saat.

     "Tiffany... kamu harus sabar.... hufffhhhtt.." Tiffany menghela napas dan kembali menutup telinganya dengan bantal.

     Raka keluar bersama wanitanya, mereka terlihat gembira, "Aku sudah mengisi ATMmu." Kata Raka.

     Wanita itu mengangguk dalam senyum, "Thanks" Jawabnya dan memeluk pinggang Raka erat sambil menuruni anak tangga.

     Wanita itu melambaikan tangan sebelum menjauh dari Raka.

      Raka masuk dan berjalan menuju meja makan. Saat membuka tutup saji, matanya melotot memandang meja makan tidak ada sepiring makanan pun. Dia membuang tutup saji itu ke sembarang tempat dan berjalan cepat ke kamar Tiffany.

     Raka mendobrak-dobrak pintu kamar Tifany yang terkunci, "Kalau kamu nggak buka pintunya. Akan aku ceraikan kamu." Ancamnya.

      Tiffany terpaksa membukakan pintunya dengan mata yang masih sembab karena isakannya tadi.

      "Buatkan aku makan!" Ketus Raka.

Tiffany mengangguk.

      Kakinya berjalan berlalu meninggalkan Raka. Tiffany akan membuatkan makan malam untuk Raka, karena dirinya sudah berjanji, akan selalu memasakkan makanan untuk suaminya.

     Raka terduduk manis menunggu Tiffany selesai masak, "Kamu bisa cepat apa nggak sih! Kalau nggak bisa masak mending panggil Maid buat makanan untukku." Gerutu Raka.

Brittle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang