14 | Hamil

22.5K 753 15
                                    

     BAHAGIA, itulah yang di rasakan oleh Tiffany saat ini. Akhirnya dirinya sudah menyelesaikan kuliahnya.

Tiffany keluar dari ruangan sidang. Sekali lagi, wajahnya bersinar dan tersenyum gembira. Dia berdiri, bersender di dinding. Mulutnya berkomat-kamit mengucapkan terimakasih kepada Tuhan.

Tiba-tiba seorang lelaki berpawakan besar menghampirinya. Tiffany berhenti bergumam dan seketika senyum gembiranya sirna saat melihat Dika berdiri di hadapannya.

Tiffany memasang ekspresi wajah garangnya. Dia harus berani dengan Dika, toh Dika bukan lagi dosennya.

Dika tercengang melihat ekspresi itu. Tapi, cepat-cepat Dika telan rasa terkejut itu. Dika mengulurkan tangannya dan berkata, "Selamat ya, Tiffany."

Tiffany tidak membalas uluran tangan Dika. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. Haruskan Tiffany bersalaman dan mengucapkan terimakasih? Sudikah, Tiffany?

Tanpa berfikir terlalu lama, Tiffany berlari meninggalkan Dika.

Kakinya berhenti di gerbang kampus, dia melirik kesana-kemari mencari tumpangan. Tapi tidak ada!

Akhirnya dia berjalan menuju pangkolan ojek dekat kampus.

Sampai di gerbang rumahnya, Tiffany turun dan membayar tukang ojek.

Tiffany masuk ke kamar, dia meletakan tasnya di kasur dan dirinya duduk di pinggir kasur, memandangi dinding kamarnya.

      Tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk. Tiffany berdecak dan berdiri membuka pintu. Dilihatnya, seorang Maid berdiri didepannya dengan kepala menunduk.

"Ya, ada apa Maid?" Tiffany bertanya.

"Maaf Non, di ruang tamu ada ibu Rahma." Kata Maid.

Tiffany mengangguk, "Kamu buatkan teh dulu, ya. Aku ganti pakaian dulu. " Maid mengangguk.

Tiffany menutup pintu kamarnya dan berganti baju. Selesai berganti baju, dia keluar untuk menemui ibu mertuanya.

Sampai diruang tamu, Tiffany melihat dua orang sedang duduk disana.

     Rahma dengan anggunnya duduk di sofa sambil berbincang dengan anak perempuan di sampingnya. Saat menyadari bahwa di depan sudah ada Tiffany, wanita paruhbaya itu mengalihkan pandangannya, menatap Tiffany.

"Tiffany?" Pekiknya.

Yang di panggil tersenyum dan bersalaman dengan Rahma.

"Gimana kabar, kamu ?" Tanya Rahma sambil menuntun Tiffany untuk duduk disampingnya.

"Allhamdulilah baik, Ma. "

"Tomi mana? Mama udah bawain temen buat dia nih. " Rahma menunjukan perempuan yang sepertinya berusia sama seperti Tomi. "Ini namanya Sara, anaknya temen mama. Sarah, salaman dong sama kak Fany." Ajak Rahma.

Yang bernama Sarah mengangguk dan bersalaman dengan Tiffany walau agak kaku, "Sarah, kak."

Tiffany tersenyum. "Mama ada-ada aja. Tomi udah aku pindahin ke asrama, Ma."

Rahma melotot,,"Kenapa? Dia nggak betah, disini?"

Tiffany menggeleng, "Betah kok. Tapi dianya penginnya masuk asrama biar mandiri. " Pada akhrinya Tiffany harus berbohong.

Rahma mengangguk-anggukan kepalanya, mengerti dan wanita itu menoleh kearah Sarah. "Tomi-nya udah pindah Sar, maaf yah ?"

Sarah terlihat malu-malu, "Iya, nggak apa-apa. "

Rahma mengelus rambut Sarah, Merasa tidak enak dengan gadis itu. Rahma menoleh ke Tiffany, "Kamu kok jadi gendutan, Fan?"

Sontak, kata-kata itu membuat Tiffany memandangi dirinya sendiri, "Masa sih Ma?"

Brittle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang