26 | ENDING

24K 611 39
                                        

      BEBERAPA hari tersekap di dalam Rumah Sakit, akhirnya hari ini Raka bisa bernapas lega dikamarnya. Bukan. Bukan di kamarnya, melainkan kamar Tiffany. Itu keinginan Raka sendiri. Mulai sekarang dan seterusnya, Raka meminta agar dia bisa tidur bersama Tiffany dan Rania. Sekarang, impian Tiffany akhirnya terwujud.

"Pa-pa-pah..." Anak kecil itu berucap sambil memasukkan kedua jarinya dedalam mulut.

Raka yang sedaritadi menyaksikan itu tersenyum bahagia. Rania memang bukan anaknya, tetapi Raka berjanji, dia akan memperlakukannya dengan baik, layaknya seorang ayah kepada anak.

"Iya.. sayang.." Tangan Raka berusaha mengeluarkan jari-jemari Rania dari mulut.

    Tiffany masuk ke kamar, dia membawa nampan berisi penuh. Sejenak, nampan itu dia letakan di nakas dan dirinya duduk di tepi kasur, sebelah Raka. Raka tersenyum melihat kedatangannya.

"Kok senyum-senyum begitu?" Tiffany bertanya, melihat Raka yang melihatnya sambil tersenyum tak pernah pudar.

Senyum itu memudar, "Memangnya kenapa? Tebar pesona sama istri sendiri, nggak apa-apa dong." Balas Raka.

Sontak, Tiffany memukul bahu Raka, membuat Raka memekik kesakitan, "Aduh,"

Tepat Raka memekik, Rania menangis. Segera, Tiffany beralih ke tepi sebelah anaknya dan menggendong Rania, berusaha menenangkan.

"Cup-cup-cup, sayang..."

Masih memandang Tiffany, Raka berujar, "Kok aku yang sakit dia yang nangis?"

Tiffany tidak menjawab, dia kembali duduk di tepi kasur dan mulai menyusui Rania, membelakangi Raka. Dia malu.

"Aku juga mau kayak Rania." Raka beringsung memeluk Tiffany dari belakang, dia membenamkan wajahnya disana.

Dan sekarang hati Tiffany berdebar kencang tak karuan, napasnya seolah berhenti seketika, keringat yang tiba-tiba bercucuran.

"Kamu kenapa sih? Kok kaku begitu?" Raka kembali berceloteh walau tak di gubris oleh Tiffany.

Tiffany berhenti menyusui, dia berdiri, memisahkan diri dari Raka yang sudah menaikan alis sebelahnya, seolah mengatakan 'kenapa?'.

"Ssstt.. Rania udah tidur, kamu jangan berisik." Bisik Tiffany, pelan. Raka menghela napas dan kembali ke posisinya.

"Sekarang kamu makan." Ucap Tiffany, di tangannya sudah ada semangkok bubur, memberikan mangkok itu kepada Raka.

Raka mengubah posisinya menjadi setengah duduk, lalu dia menjawab, "Suapin." Tiffany melotot, tapi dia segan untuk menyendokkan bubur kedalam mulut Raka.

     Setelah bubur itu habis ludes, Tiffany menyerahkan air putih hangat kepada Raka lalu dia keluar untuk meletakan nampan ke daput.

Tapi Raka mencekal tanganya, membuat Tiffany berbalik badan, "Kenapa?"

Raka memerintahkan Tiffany untuk duduk, Tiffany pun duduk, dia meletakan kembali nampan itu di nakas.

"Mumpung Rania lagi tidur, aku pengin..."

"Apa?"

"Pengin buat adik untuk dia."

Semua terasa sangat tidak nyata bagi Tiffany, dia hanya bisa terdiam, mematung disana.

"Kamu mau kan, punya anak dari aku?" Raka bertanya.

Tiffany mengangguk saja, dia masih memikirkan apakah ini nyata atau hanya halusi nasi selama beberapa minggu. Dan seharusnya, Tiffany-lah yang bertanya apakah Raka mau memiliki anak darinya? Sudikah Raka?

Brittle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang