SETELAH menghabiskan satu toples nastar bersama Raka dan Rahma dalam keadaan canggung, akhirnya Tiffany bisa lebih lega karena Raka berpamitan untuk pulang."Ma, kita pulang dulu. Udah jam 12 lebih, Raka mau ke kantor, banyak kerjaan." Ujar Raka.
Rahma melirik Raka, "Libur dulu kenapa? Nginep disini satu hari. Pulang besok." Jawab Rahma agak sewot.
Raka menggeleng, "Banyak kerjaan Ma." Lalu tangannya ia ulurkan untuk bersalaman dengan Rahma.
Rahma menyambut uluran tangan anaknya dan setelahnya giliran Tiffany.
Rahma mengelus punggung Tiffany, "Kamu disini aja ya? Mama yang rawat, biar kamu sama janinnya sehat." Ucap Rahma khawatir.
Tiffany tersenyum, "Nanti Raka nggak ada yang ngurus dong?"
Seketika Rahma melirik Raka sekilas, lelaki itu ternyata sibuk dengan ponselnya, "Biarin. Dia 'kan banyak pembantunya."
"...Kamu disini ya, Fan?" Lanjut Rahma dengan wajah memelas.
Raka menoleh kebelakang, "Ma, udah deh. Raka udah nggak ada waktu nih." Katanya.
Rahma mendengus sebal lalu berkata kepada Tiffany, "Yaudah. Nanti Mama lusa kesana. Nginep sekalian."
Mata Tiffany melotot, "Ngi-nginep?"
Rahma tersenyum dan mengangguk, "Boleh 'kan?"
Tiffany tersenyum meringis, "Boleh Ma."
"....Tiffany pulang dulu ya, Ma." Rahma mengangguk dan mengantarkan Tiffany sampai ke pintu depan.
Di perjalanan, mereka hanya diam. Raka sibuk mengendarai mobil sedangkan Tiffany yang duduk disamping Raka hanya bisa menundukkan kepalanya dan bermain dengan jari-jarinya disana.
Raka memberhentikan mobilnya secara mendadak. Sontak Tiffany menoleh kearah Raka yang ternyata sudah menatapnya dengan tatapan dingin.
"Kenapa berhenti?" Tanya Tiffany, polos dan agak takut.
Raka memalingkan pandangannya kearah lain, terlalu malas untuk lama-lama menatap istrinya, "Keluar. Aku harus ke kantor, ada meeting."
Tiffany mengangguk. Dengan gerakan lambat, dia pun keluar dari mobil.
Mobil Raka kembali melaju dengan kecepatan sedang. Tiffany hanya bisa memandangi mobil putih itu dengan tatapan sendunya.
Ponsel Tiffany berbunyi. Segera ia merogoh tasnya yang diselempangkan di bahu kanan.
Dika :
Kamu ke Caffe Indo, saya sudah ada disana.
Tiffany tersenyum membaca pesan itu. Cepat-cepat dirinya memberi balasan untuk Dika.
Selesai itu, kakinya melangkah menuju halte yang tak jauh dari situ. Tiffany duduk menunggu bus datang dan membawa dirinya menuju tempat Dika berada.
Sampai di pintu Caffee, Tiffany mengedarkan pandangannya ke semua sudut yang ada di ruangan mewah itu. Mencari-cari seorang Dika.
Tiba-tiba ada seseorang yang melambaikan tangan kearahnya. Tiffany mengerutkan dahi, memperjelas pandangannya karena jarak yang agak jauh. Lama berdiam, akhirnya dia bisa melihat jelas wajah Dika. Itu Dika.
Segera Tiffany melangkahkan kakinya menghampiri Dika.
Tiffany duduk di hadapan Dika dengan raut wajah yang agak kaku dan malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brittle (Tamat)
Fiksi UmumTentang wanita dengan hati rapuh yang harus menerima kenyataannya. Menjalain hidup bersama suami yang tidak mencintainya selamat dua tahun ini.