25 | Balasan

29.1K 800 93
                                    

      SATU tahun setelah Tiffany melahirkan dan mengurus Rania, dia merasa hidupnya masih tidak aman. Tidak aman karena selama satu tahun itu, Raka tidak pernah pulang ke rumah, lelaki itu akan pulang jika Rahma akan berkunjung ke rumahnya.

Satu tahun itu pula, Tiffany belum pernah mengizinkan Dika untuk bertemu dengan anaknya. Tiffany takut, dia takut jika Dika akan meminta haknya untuk memiliki Rania.

     Saat ini, seorang istri yang tidak di anggap oleh suaminya itu sedang sibuk membuatkan susu untuk anaknya. Dia Tiffany, dengan cekatan, dia mulai menuangkan air kedalam botol susu. Itu Tiffany lakukan karena air susunya yang sangat sulit untuk keluar, jika malam hari.

     Tiffany melangkah menaiki tangga sambil tangannya mengocok botol susu milik Rania.

PRANG....

Tiffany terkejut mendengar suara benda terjatuh itu. Segera dia edarkan pandangannya ke penjuru rumah dan dia melihat Raka terkapar di samping Vas bunga yang terjatuh.

    Tiffany memelototkan matanya dengan mulut mengaga lebar. Beberapa detik kemudian dia berlari terpogoh-pogoh menghampiri Raka.

"Mas..Raka?... Mas....?. Mas Bangun..." Ujar Tiffany setelah sampai di hadapan Raka dan sekarang wanita itu sedang menopang kepala Raka dengan kedua pahanya.

Tangan Tiffany menepuk-nepuk pipi Raka, berusaha menyadarkan suaminya itu, "Mas.. mas... bangun..." Ucapnya lagi.

Lalu kepalanya mendongak melihat kanan-kiri, "...Ketua Maid....." teriaknya.

Ketua Maid berlari secepat mungkin menghampiri Tiffany. "Iya, Nona."

"Ketua Maid, tolong bantu saya membawa Tuan ke kamar." Ucap Tiffany dengan gemetar.

Ketua Maid mengangguk, tangannya sudah siap membantu Tiffany untuk membawa Raka ke kamar.

Mereka pun membawa Raka ke kamar. Setelah sampai di depan pintu kamar Tiffany,Ketua Maid bertanya, "Di kamar siapa Non?"

"Di kamar saya saja." Jawab Tiffany spontan dan diangguki oleh Ketua Maid.

Di rebahnya tubuh Raka, tepat di sebelah Rania.

Tiffany memerintahkan Ketua Maid untuk keluar dari kamarnya. Dia menyelimuti tubuh Raka dengan selimut.

"Mas, aku ambil minum dulu ya.." Ujarnya tanpa ada balasan dari Raka.

Beberapa menit Tiffany keluar dari kamar, mata Raka mengerjap lemah-lemah, dia meringis kesakitan saat kepalanya terasa pening.

Raka membuka mata dengan sempurna. Ada rasa asing saat memandang penjuru kamar yang dia huni. Kepala Raka menoleh ke samping saat mendengar suara tangisan kecil seseorang.

Raka mengerutkan dahi melihat sosok bayi mungil dan cantik, saat ini. Tangannya  tiba-tiba terulur dan mengelus pipi Rania dengan hati-hati. Senyumnya terulas saat Rania berhenti menangis.

Pintu kamar terbuka, disana terlihat Tiffany yang membawa nampan dengan isi penuh.

Raka mengumpat kesal saat itu, lalu ia membuang wajah kearah lain untuk menghindari tatapan Tiffany.

Tiffany berjalan menghampiri Raka, dia meletaka nampannya di nakas samping kasur, tepatnya di samping Raka.

"Kamu udah bangun?" Tanyanya.

Raka memejamkan matanya bersamaan dengan helaan napas menahan kesal, dia berusaha untuk beranjak dari tempat tidur.

"Mas, kamu mau kemana? Mas Raka.." Tiffany berusaha melindungi Raka agar tidak jatuh.

Brittle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang