16 | Sedikit Kebahagiaan

16.8K 630 25
                                    

     TIFFANY bangun dari tidurnya, dia berlari ke kamar mandi lalu memuntahkan sesuatu disana.

"Hoek.. huekk..." dia terus memuntahkan isi yang ada diperutnya, hingga 5 menit kemudian Tiffany keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi kasur.

Wajahnya terlihat pucat dan lemas. Sejak pertama Tiffany mual-mual, semakin hari semakin sering dia muntah.

Diliriknya jam dinding diatas nakas. Baru jam 3 pagi. Tiffany mengelus perutnya yang sudah terlihat menonjol. Lalu dia keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil air minum, sambil mengecek bahwa Raka sudah pulang atau belum.

Pasalnya, lelaki itu sedari kemarin tak kunjung pulang. Entahlah Raka kemana dan tidur dimana. Tiffany berharap semoga Raka baik-baik saja diluar sana dan cepat pulang.

Sebelum ke dapur, Tiffany melangkah menuju ruang tamu. Ditekannya saklar lampu dan lampu pun menyala, menerangi rumah besar itu.

      Tiffany merasa lega, saat dilihatnya Raka sudah pulang. Raka dengan pulas, tidur diatas sofa. Tiffany mendekat kearah kaki Raka dan mencopot kedua sepatu Raka yang masih bertender disana, beserta kaos kakinya.

     Selesai itu, dia kembali ke kamar. Bukan, bukan kamarnya. Tiffany masuk ke kamar Raka dan mengambil sebuah selimut disana. Lalu dia keluar lagi. Selagi masih bisa membantu, kenapa tidak? Fikir Tiffany.

Dan menyelimuti tubuh Raka, agar suaminya itu bisa merasa hangat, tidak kedinginan.

Sengaja, Tiffany tidak mematikan lampunya lagi. Dia meninggalkan Raka ke dapur untuk mengambil minum.

      Paginya. Tiffany bangun dengan wajah yang cukup terlihat cerah tidak seperti wanita sakit.

Kakinya turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi untuk menggosok giginya dan mencuci muka.

Tiba-tiba perutnya merasa mual lagi. Segera Tiffany membungkukkan kepalanya di wastafel dan disana dia hanya mengeluarkan sedikit cairan saja. Mungkin efek perut kosong. Fikir Tiffany.

Tiffany membasuh bibirnya dan keluar dari kamar mandi. Dia keluar dari kamar, menuruni tangga. Disana, dilihat kejauhan Tiffany samar-samar melihat kaki Raka sedikit. Tiffany tersenyum dan berfikir untuk membuatkan Raka sarapan sebelum Rakabangun.

Pagi ini di kulkas hanya ada selai coklat dan di meja makan hanya ada roti tawar. Mau tak mau Tiffany harus membuat kreasi dengan dua bahan itu.

Sudah 4 hari Tiffany tidak memasak, alasannya gampang; Raka sering tidak pulang dan dirinya akhir-akhir ini malas juga jika akan memasak.

Tiffany mulai memanggang Roti itu. Tak perlu menunggu waktu lama, roti pun sudah terlihat kecoklatan dan siap untuk diangkat ke piring saji, tinggal mengoleskan selai.

Setelah semuanya selesai, Tiffany meletakan roti itu di meja makan dan menutupi menu itu dengan tutup saji. Dia meninggalkan dapur, untuk membangunkan Raka.

Sampai di hadapan Raka, yang masih tertidur. Tiffany berjongkok mensejajarkan kepala Raka. Dielusnya Rambut hitam Raka dan tidak ada perlawanan dari sang empu.

Raka menggeliat, merasa terganggu saat Tiffany mengelus pipinya.

Tiffany gelalapan saat kepala Raka bergerak. Ia segera berdiri dan berkata, "Mas, bangun udah pagi.."

Sedikit-sedikit, Raka membuka matanya hingga akhirnya mata hitam itu terbuka sempurna, menatap seseorang dihadapannya. Raka segera mengubah posisinya menjadi duduk, dia menatap sebal kearah Tiffany.

"Jam berapa?" Tanya Raka dengan nada ketus.

"Jam tujuh lebih, kyaknya." Jawab Tiffany dan tersenyum.

Raka menghela napas lalu kembali merebahkan tubuhnya di sofa, "Nggak usah bangunin, sebelum jam 9 lewat!"

Brittle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang