DERING ponsel Raka membuat sang pemilik memberhentikan acara makannya dan segera mengambil ponsel yang ada di saku jeans.Phone : Mama (Rahma)
"Hallo.." Sapa Raka.
"Hallo Raka... Raka.. Papa masuk rumah sakit, kamu sekarang kesini ya..? Mama nggak tau harus gimana."
Terdengar suara di balik ponsel sangat gemeteran dan ketakutan.
"I...iiya Ma, Raka langsung kesana."
"Makasih sayang, bawa Tiffany juga."
Mendengar nama istrinya disebut, Raka langsung saja mematikan panggilannya secara sepihak.
Cepat-cepat dia berlari ke kamar dan mengambil jas hitam, kunci motor dan helm. Raka akan menaiki motor, ke rumah sakit agar dirinya tidak terkena macet.
****
Tiffany mendengar derapan kaki yang sepertinya sedang terburu-buru. Dirinya merasa curiga dan memandangi pintu kamar dengan fikiran yang bertanya-tanya. Ada apa di luar?
Cepat-cepat Tiffany menepiskan prasangka buruknya dan kembali menyelesaikan tugas skripsinya yang baginya sangat menyiksa.
Raka, dengan cepat mengendarai motor ninjanya yang berwarna hijau muda itu.
Tin tin..
Hampir saja Raka di tabrak oleh mobil sedan jika saja mobil itu tidak menyalakan klaksonnya. Dia menghela napas dan kembali fokus mengendarai.
Baru sadar atas kekhilafannya. Dia tadi belum sempat bertanya dimana Papa-nya itu di rawat dan ruang apa. Raka berhenti sejenak di tepi jalanan dan mengeluarkan ponselnya.
Phone : Mama (Rahma)
"Hallo ma... ma, Rumah Sakitnya dimana? Ruangan apa?" Tanyanya langsung.
"Rumah Sakit Mitra Siaga, Papa udah di pindah di ruang rawat inap. Kamu nanti masuk ke kamar 12."
Raka mengangguk mengerti dan menutup panggilannya lagi tanpa pamit.
Di setirnya motor hijau itu lagi. Untung saja di Rumah Sakit Mitra Siaga, tidak jauh dari tempat Raka berhenti.
Raka akhirnya sampai di tempat yang dia tuju.
Setelah memarkirkan motor, Raka berlari masuk ke gedung megah itu. Mencari ruangan nomor 12, dan akhirnya ketemu.
"Paa..." Pekik Raka gusar saat melihat Riyan terbaring lemah di bed.
Dia memeluk tubuh Papanya dan meneteskan air mata.
Raka memang sangat cengeng jika Papa-nya itu terluka atau sakit. Jika Raka harus memilih antara Papa atau Mama-nya dia lebih memilih Papa. Karena Raka sangat mengagumi sosok Papa yang bekerja banting tulang untuk menghidupi keluarganya.
Rahma berjalan mendekat dan mengelus punggung Raka dengan terisak.
Merasa punggungnya ada yang mengelus, Raka melepas pelukan itu dan menghadap ke Rahma
"Papa kenapa Ma?"
"Jantung Papa kumat lagi."
"Tapi biasanya nggak separah ini Ma..."
"Mama nggak tahu, dokter belum menjelaskan."
Raka memeluk Rahma yang terus terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brittle (Tamat)
General FictionTentang wanita dengan hati rapuh yang harus menerima kenyataannya. Menjalain hidup bersama suami yang tidak mencintainya selamat dua tahun ini.