4 | Bus

24K 1K 16
                                    

    TIFFANY menguap saat alarm di ponselnya berteriak membangunkan mimpi indahnya. dengan malas, dia meraih ponsel dan mematikan alarm.

Dia hendak berdiri, tetapi kakinya terasa keram untuk berdiri. Di pegangnya kaki kiri itu dan  merangkak ke kamar mandi.

     Menatap wajah di cermin kamar mandi sebelum mandi, itulah yang dilakukan Tiffany saat ini. Memegangi tangan yang semalam terluka. Perban putih masih terbalut acak-acakan disitu. Senyumnya terulas saat mengingat bahwa yang mengobati luka itu adalah Raka.

"Mas Raka.." Gumamnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mandi.

    Tidur Raka semalam, sangat nyenyak. Sampai sekarang pun dia masih tertidur, menikmati mimpi yang telah di siapkan oleh Tuhan.

     Setelah mandi dan membuatkan sarapan, Tiffany masuk ke kamar Raka untuk membangunkan.

"Mas.. bangun, udah pagi. Katanya ada meeting pagi?" Ucapnya.

Tiffany tahu bahwa pagi ini Raka ada meeting, dia tahu dari kalender di kamar Raka. Raka membulati tanggal itu dan dia menulis disitu dengan tulisan 'm.p' yang artinya meeting pagi.

"Mas.. Mas Raka bangun.." Mencoba untuk bersabar membangunkan Raka. Walaupun tangannya tidak menyentuh, tapi suaranya sudah mampu membuat Raka membuka mata.

"Apa sih?!" Tukas Raka, tangannya meraih bantal guling untuk menutupi telinga.

"Udah pagi.."

"Udah tau." Sahut Raka.

"Ada meeting pagi."

"Sok tau." Sahut Raka, masih dengan mata tertutup.

"Emang tau."

"Ssshh... keluar sana.." Teriak Raka dan Tiffany terkejut setengah mati.

Baru saja Raka menjawab pertanyaannya dengan nada rendah, dan sekarang? Dia berteriak secara tiba-tiba.

Tiffany akhirnya keluar. Lebih baik Tiffany langsung berangkat saja ke kampus daripada dia terkena sakit hati lagi karena ucapan Raka yang selalu mengusirnya jika akan makan bersama.

Baru saja Tiffany hendak masuk ke mobil, tiba-tiba suara Raka terdengar lagi.

"Heh, siapa yang nyuruh kamu berangkat?" Ujar Raka, berdiri di depan pintu, dia masih mengenakan celana boxer dan bertelanjang dada.

Tiffany mengerutkan dahi, dia tidak jadi naik dan memilih untuk menghampiri Raka untuk bertanya.

"Ada apa Mas? Kamu mau ngajak aku sarapan bareng?" Tanya Tiffany, sudah di hadapan Raka.

Raka mendelik, "Siapa yang nyuruh kamu buat kesini?"

"Lhah? Tadi Mas manggil aku?"

"Kapan? Mulai sekarang dan seterusnya kamu nggak boleh di antar jemput lagi sama supir. Terserah kamu, mau naik apa." Tukas Raka.

"Tap-tapi Mas?"

"Apa? Uang?"

Tiffany menggeleng.

Raka menghela napasnya dan masuk ke rumah dengan menutup pintu yang agak keras.

Tiffany memejamkan mata saat mendengar suara pintu itu dan berbalik badan.

"Non, kok nggak jadi masuk? Ayo Non.. nanti terlambat." Kata Pak Budi, yang baru saja selesai mengelap mobil.

Tiffany menggeleng, "Jalan kaki aja Pak. Biar sehat." Jawabnya dan tersenyum, menutupi kesedihannya kepada orang lain.

Brittle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang