17 | Gugurkan?

21.1K 715 21
                                        

    ROY duduk di hadapan Raka, sambil menopang dagu, "Gue punya usul nih, Ra?" Ucap Roy, seraya memperbaiki letak duduknya.

Raka yang sedari tadi duduk menyender di kepala kursi, langsung duduk tegap dan menjawab, "Apa?"

"Gimana kalo nanti, istri lo udah lahiran terus anak lo udah gede. Kita jodohin aja?" Kata Roy antusias.

Raka menghela napas malas, "Kita lagi ngebahas tentang keuangan kantor Roy... dan belum tentu juga, dia anak gue."

Seketika Roy memelototkan kedua matanya, "Hah?"

"Biasa aja!" Cibir Raka, "Gue nggak pernah tidur sekamar sama dia. Gue juga nggak pernha nyentuh dia, kecuali tangan, itu juga terpaksa." Lanjutnya.

"Terus? Yang di kandungan Tiffany, ntu anak siapa?" Tanya Roy mendesak.

"Dia di perkosa sama dosennya." Jawab Raka dengan wajah datarnya.

"Dan lo ngebiarin istri lo diperlakukan kayak gitu? Raka.. Tiffany itu istri lo..." Ucap Roy, emosi.

Sebenarnya Roy sudah tahu bahwa Tiffany tidak sedang mengandung anak Raka.

Kemarin lusa, Roy nekat menelfon Tiffany untuk mempertanyakan tentang kenapa Tiffany bisa hamil. Dan Tiffany menjawab bahwa dirinya tidak mengandung anak Raka, melainkan anak dosennya yang dibuat dengan tidak sengaja. Itu menurut Tiffany, karena ia pun tidak tahu kalau Dika melakukan itu, sengaja atau tidak sengaja.

"Iya. Dia istri gue! Tapi hanya sebatas status."

"Lo kejam ya, Ra. Kalo gue jadi elo, udah gue masukin ke penjara itu si-dosen. Enak-enaknya maen embat surga milik Boss gue.." Roy sengaja memanas-manasi.

"Gue nggak peduli. Mau dia diperkosa, dihajar, di bunuh, gue nggak peduli. Yang jelas kalo ada yang berani ngebunuh dia, gue bakalan kasih tuh orang, duit 16M."

"Mending Tiffany, lo cerain aja. Gimana? Daripada lo nyiksa dia mulu pake cara perlahan-lahan. Kasian deh.."

"Yang ada gue di pecat sama bokap gue pe'a." Sahut Raka kesal. Selanjutnya keduanya berdiam diri. Tidak ada pembicaraan.

Tiba-tiba Roy berdiri dan membenari jas yang di pakainya, "Gue keluar dulu Pak Boss." Katanya lalu meraih cangkir kopinya dan keluar.

Raka menghela napas, memandangi kepergian Roy.

                         ****

     Tiffany sibuk menyiram bunga-bunga di taman belakang. Wajahnya terlihat berseri-seri memperlihatkan kegembiraannya, seperti tidak ada beban. Sesekali, wanita itu bergumam melantunkan lagu yang dia bisa.

"Maaf Nona. Di depan ada Tuan Roy." Tiba-tiba suara wanita terdengar di kedua gendang telinga Tiffany.

Tiffany membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang Maid yang muda dengan kepala menunduk, "Roy?" Ulangnya. Maid mengangguk.

Tiffany menyerahkan alat penyiram bunga kepada Maid dan dia berniat untuk menghampiri Roy, tamunya yang tak di undang.

     Sampai di ruang tamu, Tiffany melihat Roy sedang duduk disana sambil tangan dan matanya sibuk dengan ponsel.

"Ehmm.." Tiffany berdehem.

Roy mendongak lalu berdiri, "Eh, Ibu Bos. Apa kabar nih?" Ujar Roy.

Tiffany tersenyum dan duduk dihadapan Roy, "Baik. Ada apa Roy?"

"Eh, mmm.. enggak, enggak ada apa-apa."

Tiffany mengerutkan dahinya bingung dengan jawaban dan suara Roy yang terlihat tergesa-gesa.

Brittle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang