18 | Ngidam

17.3K 676 14
                                        

    ENTAH sudah berapa lama Tiffany berjalan kaki. Tapi yang jelas Tiffany mempunyai tujuan, ia berniat ke apartemen Ofi dan Eva. Tiffany berharap, Raka tidak mengikutinya lagi.

Dia terus berjalan, bermodalan air mineral 1 botol yang beberapa menit lalu dia beli di warung jalanan.

"Ya Tuhan..." Gumamnya dengan kepala menengadah, menatap langit biru-putih yang diam-diam bergerak.

     Beberapa jam kemudian, Tiffany sampai di depan pintu apartemen Eva dan Ofi, dirinya menekan bel dan pintu pun terbuka.

Disana terlihat Eva yang sedang mengerutkan dahinya bingung, menatap Tiffany.

"Tiffa..?" Pekiknya kaget. Pasalnya, baru kali ini Eva melihat Tiffany berkunjung ke apartemennya, setelah 4 bulan mereka tak pernah bertemu ataupun memberi kabar.

Tiffany mengangguk dan langsung memeluk tubuh Eva diiringi dengan isakan.

Eva mengelus punggung Tiffany, lalu dia menggiring Tiffany untuk duduk di sofa.

Ofi yang sedang sibuk dengan ponselnya, saat melihat Eva datang langsung meletakan ponsel di meja dan menatap tak percaya dengan orang di hadapannya.

"Tiffany..? Kok lo ada disini? Kok... kok elo nangis?" Tanyanya seraya berjalan mengganti posisi duduk menjadi di sebelah Tiffany yang masih memeluk erat tubuh Eva.

"Hiks..hiks..hiks.. maafin ak.. aku..." Ucapnya.

"Maaf kenapa?" Itu suara Ofi.

Eva menatap Ofi sebal. Sahabatnya sedang sedih masih saja menanyakan pertanyaan yang tak patut di pertanyakan.

"Fi, udah deh. Biar Tiffa lega dulu." Ujar Eva dan Ofi mengangguk.

Tepat Ofi mengangguk, Tiffany melepas pelukannya, dia menghapus air matanya dan mengamati wajah kedua sahabatnya dengan saling bergantian.

"Maafin aku ya..." Ucap Tiffany dengan sendu, matanya menatap kedepan tepatnya sofa putih.

"Maaf buat apa? Lo nggak pernah nyakitin kita kok. Lo selalu baik sama kita." Sahut Eva sambil mengelus punggung Tiffany, agar lebih tenang.

"Aku udah ngehindar dari kalian." Tiffany menghela napas.

"Aku udah salah besar sama kalian. Selama 4 bulan, kita udah enggak kabar-kabaran lagi, kita udah enggak jalan bareng lagi dan semua itu salahku. Aku ngehindar dari kalian, karena malu. Aku malu sama kalian." Lanjutnya dengan nada lirih.

"Maksud lo apa? Lo malu atas dasar apa si Tiff. Nggak usah myalahin diri sendiri gini deh..." Ucap Ofi.

Tiffany kembali memperhatikan wajah kedua sahabatnya lagi yang sekarang sudah berekspresi cemas, secara bergantian.

"Aku bakalan cerita. Tapi aku mohon, kalian jangan ngebenci aku."

"Kita nggak bakalan ngebenci elo Tiff, bahkan kesalahan se-fatal apapun yang elo lakuin, kita nggak bakalan benci sama lo." Ucap Eva dan diangguki oleh Ofi.

"Sebenarnya....aku.. aku hamil."

Eva dan Ofi saling pandang dengan mata melotot. Tapi tiba-tiba Eva meletakan jarinya di depan hidung, membuat Ofi kembali memandang Tiffany. Keduanya tak berekspresi.

Tiffany menatap kedepan tanpa berkedip.

"Aku hamil anak Dika, mantan dosenku. Dika memperkosa aku waktu---."

"STOP, TIFF! STOP! Siapa yang berani ngehamilin lo?" Tanya Eva dengan nada tinggi sambil menatap Tiffany, tajam.

Tiffany menoleh, "Dika, dosen yang kamu suka." lalu menundukan kepalanya.

Brittle (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang